Kirana melihat ke arah Kalima yang sedang sibuk membelah kayu bakar untuk api unggunnya nanti malam, ia menghela nafas panjang kemudian beralih ke air di hadapannya.
"Raden... Bagaimana jika aku gagal dalam latihan ini? Bagaimana jika aku tidak bisa menemuimu ke atas gunung sana? Aku... Merindukanmu, apa kau tidak merindukanku?" gumam Kirana termenung melihat aliran air yang tenang.
Kirana mengingat Raden Sastra dengan senyum isengnya, memang kebanyakan Raden bersikap menyebalkan tetapi Kirana justru merindukan hal yang menyebalkan itu. Kirana beralih menatap sekitar, kemudian ia memandangi air terjun yang tinggi yang sekarang berada di hadapannya sambil mengalihkan perasaan yang mulai merasa sedih.
"Apakah di atas sana ada sungai juga? Tapi sepertinya tidak mungkin, di atas hanya ada bebatuan dan terlihat rapat. Apa iya air terjun ini keluar langsung dari bukit itu?" gumam Kirana dalam hati sambil mendongak ke atas mengamati sumber air terjun itu.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com