webnovel

SEMBILAN BELAS Secerah Pagi

Mereka duduk saling berhadapan. Hope menurunkan pedangnya yang terbungkus oleh kain dan menyandarkannya di kaki meja. Keduanya kemudian melihat menu.

Seorang pelayan menghampiri mereka, "Tuan dan Nona mau pesan apa?". Pelayan itu membawa sebuah nota kecil dan masih menunggu apa yang akan dipesan oleh keduanya.

Hope ingin mencoba menu sarapan yang baru dan tentunya makanan tanpa daging. "Aku pesan satu porsi pancake dan satu gelas besar susu!" pesan Hope dan pelayan kedai langsung mencatannya.

"Dan Anda Nona?" tanya sang pelayan lagi.

"Aku pesan sandwich dan minumnya jus jeruk!" ucap Aika.

Sang pelayan mencatat semua pesanan mereka, "Silahkan menunggu sebentar, Tuan dan Nona!"

Sambil menunggu, Hope kembali bertanya untuk memastikan sesuatu, "Jadi kau mengikutiku karena tau aku juga berasal dari dunia yang sama?"

Aika melanjutkan ceritanya, "Aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak terkejut jika kakak juga berasal dari dunia yang sama. Cara berpakaian kakak, aku sudah bisa melihatnya. Saat aku bertemu dengan kakak di pasar senjata, aku memutuskan mengikuti kakak. Aku juga mulai mengetahui kalau kakak cukup kuat."

"Dipanggil kakak lagi …," gumam Hope.

Panggilan "Kakak" adalah kebiasaan remaja Bali untuk memanggil sesoarang yang mereka anggap lebih senior.

Pelayan kemudian datang membawakan pesanan mereka. "Terima kasih!" ucap Hope.

Keduanya kemudian mulai makan.

"Jadi apa yang terjadi terhadapmu, Aika?"

"Aku mengalami kecelakaan pesawat terbang." ucap Aika.

Hope jadi teringat sesuatu. Dia pernah mendengar berita kecelakaan tersebut, "Jangan-jangan, tragedi penembakan pilot di dalam pesawat oleh pramugarinya sendiri, yang menjadikan semua orang tewas termasuk pelakunya karena pesawat kemudian jatuh?"

"Benar." ucap Aika.

"Apa sebelum kau kehilangan kesadaranmu lalu bertemu dengan Dewi?"

Aika mengangguk.

"Jadi Aika juga pasti pemain aktif The Exorcist?"

Aika kembali mengangguk lalu mengumam pelan, "Aku ingin pulang."

Hope juga merasakan hal yang sama, "Aku tidak tau jalan pulang. Kau mendatangiku pasti ingin menanyakan itu bukan?" suaranya menurun.

"Tidak hanya itu," Aika menghentikan makannya "Aku ingin meminta tolong pada kakak."

"Pertolongan?"

"Aku telah lama mencari Hero yang kuat. Dan sepertinya dunia ini penuh akan diskriminasi. Tanpa sengaja kemudian aku bertemu kakak di pasar dan aku menyadari kakak juga berasal dari dunia yang sama. Lalu aku memutuskan untuk mengikuti kakak saat itu juga. Aku kemudian melihat kakak menolong seorang Hero dari ras Dwarf. Jadi pikirku, kakak pasti mau menolongku." ujar Aika.

"Jadi apa yang bisa aku lakukan untukmu, Aika?"

"Aku ingin mengajak kakak untuk farming gold dan mengumpulkan bahan enhance," ucapnya.

"Farming Gold?"

Aika kemudian mengatakan untuk apa nanti gold yang didapat, "Aku sadar kalau aku ini begitu lemah, itu sebabnya aku tidak berani memasuki dungeon besar. Aku hanya bisa menyelesaikan quest kecil dan hanya mendapat sedikit gold. Sekarang gold yang kami miliki hampir habis. Selama ini kami hidup berpindah-pindah dan hanya bisa menginap di gubuk-gubuk kecil"

"Kami?"

"Aku tinggal bersama temanku Mara."

Hope mengetahui nama itu. Kemarin dia membeli sebuah pedang yang dibuat oleh blacksmith Mara. Apa ini hanya kebetulan, pikirnya. "Mara itu, apa dia seorang blacksmith?"

"Benar." sahut Aika.

"Apa dia juga berasal dari dunia kita?"

"Tidak, dia yang menemukanku saat tak sadarkan diri di hutan. Lalu dia mengangkatku sebagai saudarinya."

"Aika," panggil Hope, dia pikir ini adalah sebuah kesempatan yang sangat bagus. Dia sudah tau kualitas pedang yang dihasilkan oleh Mara. "Mukin ini memang kebetulan, aku ingin bertemu dengannya."

"Aku akan mempertemukan kakak dengan Mara, tetapi sebelumnya aku minta pertolongan kakak." ucap Aika kemudian menyodorkan selebaran berwarna cokelat.

"Sebuah quest?"

Aika mengangguk.

Hope membaca selebaran itu, "Membasmi dua ratus undead dan boss mereka." ucapnya.

"Aku bisa memberikan setengah hadianya untuk kakak." ucap Aika, tatapannya memancarkan kalau dia sangat mengharapkan bantuan dari Hope. Aika benar-benar membuhtuhkan uang.

Hope tanpak terdiam. Dia sedang berpikir, aku tidak yakin dengan ini. Melewati dungeon pemula saja sudah membuatku kewalahan. Apalagi quest ini, peluangnya tipis aku bisa keluar hidup-hidup. Tetapi, Hope melirik ke arah Aika, sepertinya dia bisa diandalkan. Hope lalu mengambil keputusannya.

"Baiklah, Aika. Aku akan membantumu, tapi sebelumnya kita harus melengkapi item kita terlebih dahulu. Kita butuh armor, beberapa senjata tambahan, dan beberapa obat!" ujar Hope.

"Tetapi aku tidak memiliki banyak gold untuk melengkapinya." ucap Aika.

"Tenang saja dan serahkan itu semua padaku. Aku baru saja mendapat buruan yang besar." ucap Hope lalu tersenyum.

"Kakak yakin?" Aika ingin memastikannya. Dia takut itu malah merepotkan Hope.

"Tentu saja," tatapan Hope sangat serius. "Ayo belanja, dan lagi pula aku sudah bosan dengan pakaian olah-ragaku yang ini."

Hope kemudian meminum susunya sampai habis, kemudian segera mengajak Aika pergi setelah menaruh beberapa keping emas di atas meja.

"Ayo Aika!" ajak Hope.

Hope mengajak Aika menuju pusat perbelanjaan—jika di dunia Hope ini adalah sebuah mall—bangunan tiga lantai yang lumayan besar.

Hope dan Aika masuk ke dalam. Tujuan Hope adalah lantai tiga, tempat pakaian dan perlengkapan persenjataan. Lantai satu hanya tempat untuk makan dan berbagai kebutuhan rumah tangga. Sedangkan lantai dua adalah tempat penjualan berbagai macam aksesoris.

Tidak ada tangga ataupun lift, jadi harus menggunakan Warp untuk pergi ke lantai atas. Warp adalah lingkaran cahaya sebesar hula-hoop yang memungkinkan untuk mengirim orang ke tempat lain dalam sekejap.

Mereka menuju bagian senjata—ruang seperti toko suku cadang—yang setiap dinding dan sudut dipenuhi oleh senjata dan armor.

Hope menuntun Aika menuju bagian pojok kiri di arah timur, ke tempat jual-beli peralatan logam dalam sekala besar. Bisa dibilang tempat ini adalah distributor senjata dan perlengkapannya ke seluruh pasar di Weeds Town.

Segala jenis senjata dan armor berjejer sangat rapi—senjata dan armor disusun begitu rapi seperti buku di perpustakaan.

"Ini adalah perpustakaan senjata," ucap Hope. "Kau bebas mebeli apapun yang kau suka di sini, Aika!"

Hope akan membayar berapapun harga senjata yang nantinya Aika pilih, tapi Aika sepertinya merasa tidak enak.

"Apa tidak apa-apa …,"

"Kau jangan sungkan," jeda Hope. "Aku memiliki banyak uang, bahkan aku sanggup membeli setengah isi toko ini!"

"Sungguh?" Aika belum yakin. Dia merasa jika Hope hanya ingin menyenangkannya saja.

"Untukmu, aku akan memberikan yang terbaik." ucap Hope sehingga membuta telinga Aika memerah.

Aika terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apapun untuk membalas ucapan Hope. Akhirnya dia berjalan mendahuli Hope sambil melihat-lihat armor.

Toko hanya memiliki satu pintu dan satu orang penjaga—fungsinya sama seperti super market. Calon pembeli mengambil sendiri barang yang mereka inginkan lalu pergi ke bagian kasir untuk membayarnya.

"Aika," Hope menghentikan langkah Aika, "Sebaiknya kita menuju bagian untuk kelas epic atau unique!"

Aika mengangguk.

Hope mengajak Aika menuju baigian belakang, ke tempat kelas epic dan unique dipajang.

"Pilihlah!" seru Hope.

Aika mengambil sebuah pedang jenis kesatria—bentuknya seperti pedang Kesatria Templar—sedikit berat dan berwarna perak.

"Mata yang bagus, Aika." ucap Hope.

"Tapi harganya cukup mahal." keluh Aika.

Hope kemudian mendekati Aika dan memngambil sebuah prisai berwarna perak berbentuk tempurung kura-kura, sebuah prisai sebesar kertas koran yang dibuka penuh.

Hope meniup sisa debu yang menempel pada prisai sambil berkata, "Perisai ini adalah pasangan pedang yang kau pegang," Hope memberikan prisai itu kepada Aika.

Hope kemudian mengambil satu set armor berwarna hitam dan memperlihatkannya kepada Aika, "Aika, ini adalah armor yang cocok dengan pedang dan prisai itu. Mereka masuk dalam kelas unique dan memang khusus dibuat untuk warrior wanita."

Aika menaruh pedang dan prisainya ke lantai lalu mengambil armor yang diberikan oleh Hope.

"Cobalah di ruang ganti!" ucap Hope.

Toko senjata memiliki empat ruang ganti untuk mencoba armor. Di sudut bagian belakang toko.

Aika menuju ruang ganti, sementara Hope merapikan pedang dan prisai tadi.

Tiba-tiba Hope mendengar suara dari arah belakangnya saat sedang berjongkok. Suara itu mengatakan, "Adikmu pasti akan mati jika kau masih saja tetap berada di dunia ini. Bisakah kau masih tetap bersantai?"

Hope sangat terkejut mendengarnya. Dia menoleh ke belakang. Tidak ada siapapun di sana lalu Hope mendapat sebuah bisiakan, "Aku bisa membawamu kembali ke dunia asalmu dan mungkin saja adikmu sudah tak tertolong."

Hope menjadi marah, "Siapa kau?" geramnya. Dia tidak percaya dengan suara itu. "Adikku dalam bahaya?" Hope terlihat menyeringai, "Jangan bercanda!"

Wajah Hope kemudian ditabrak oleh bayangan hitam seperti asap. Asap itu kemudian berkumpul untuk mengambil wujud menjadi seseorang.

"Iblis," gumam Hope, dan tidak mungkin iblis bisa masuk ke wilayah suci. "Siapa kau?" tanya Hope.

Hanya Hope saja yang bisa melihat sosok yang kini berdiri menatapnya. Sosok yang terlihat begitu mengerikan. Dia mengunakan jubah hitam yang sudah sangat lusuh. Wajahnya tertutup oleh kerudung. dia berdiri bungkuk sambil membawa lentera bercahaya hijau dengan tangan tanpa dilapisi daging.

"Iblis tengkorak," gumam Hope. "Apa mau mu?"

Hope merasa dia bukanlah iblis sembarangan karena bisa menembus benteng suci.

Hope tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. Hope malah dipancing masuk ke dalam ruang ganti dan tidak menemukan siapapun di sana selain sebuah portal berwarna merah.

"Portal," gumam Hope. Apa maksudnya ini, pikirnya. Bisikan tadi menggagunya, dia bahkan melupakan Aika. Untuk mengejar penjelasan dari iblis yang membisikinya, dia memutuskan untuk memasuki portal.