webnovel

BERTEMU DALAM PERMASALAHAN YANG SAMA

Kelihatannya Anggi masih menaruh rasa dan belum sepenuhnya melupakan Jaka, meskipun ia telah dimanjakan oleh Raka. Karenanya, Raka harus melakukan suatu hal guna mempercepat perpisahan sepasang suami istri tersebut.

Raka menghubungi Susi yang sedang bekerja di café. Ia meminta agar perempuan itu segera izin pulang dan menonton perseteruan Jaka vs Anggi, karena dirinya sebentar lagi juga akan meluncur ke sana.

Tak ingin ketinggalan, akhirnya Susi berpura-pura sakit perut demi mendapatkan izin pulang dari si bos. Dia pun memerolehnya dan langsung menanti angkutan umum di bibir trotoar.

Kemudian Rakalah yang lebih dulu sampai di rumah Jaka. Mana mungkin dirinya dan Susi sampai berbarengan. Bisa-bisa keduanya langsung dicurigai. Raka spontan mengambil tempat dan ikut meramaikan perdebatan tersebut.

Pria beranak satu itu sempat mendengar, kalau Jaka bertanya banyak hal pada Anggi. Dia pun segera muncul dan menangkis deretan pertanyaan itu.

"Kamu bisa berkilah, karena Anggi gak ada di lokasi. Namun, soal kebenaran siapa yang tahu? Bisa aja kamu ajak bosmu mengompromikan hal ini. Jaka-Jaka, kamu keterlaluan banget!"

Suara itu membuat Jaka dan Anggi membisu dan menoleh ke arah Jaka. Wanita berkulit putih tersebut begitu terperanjat. Padahal dia sudah melarang Raka untuk turut membersamai, tapi bisa-bisanya dia tetap bandel.

"Kamu! Kamu laki-laki yang kemarin bawa istriku, kan? Pasti kamu juga yang udah culik dia sampai gak pulang ke rumahku."

Jaka sontak mencengkram kerah kemeja Raka dan berniat untuk menghajarnya, tapi detik itu juga Raka dengan tenaganya mencampakkan lengan Jaka.

"Gak usah sok hebat kamu! Iya, selama ini Anggi memang di rumahku. Asal kamu tahu aja, Anggi bener-bener terluka atas perbuatanmu dan dia mulai kehilangan rasa. Lagipula, apa yang bisa kamu beri buat dia? Rumah kumuh dan pekerjaan bututmu itu? Jadi, jangan pernah salahkan Anggi kalau dia lebih memilih pria lain ketimbang suaminya sendiri. Aku dan Anggi sudah menjalin hubungan dekat," terang Raka.

Jaka dibuat tersedak oleh Raka. Dia menelan bulat-bulat ucapan tajam orang tersebut. Raka mengatakan bahwa dirinya memiliki hubungan khusus dengan Anggi dan hal itu langsung dibenarkan oleh Jaka, karena dia sempat melihat gambar keduanya sedang beradu cumbu.

Wajah Anggi menegang dan ia kikuk. Raka datang untuk membelanya, tapi justru mengundang amarah yang jauh lebih dahsyat di diri Jaka. Anggi sudah jelas ketahuan berselingkuh dengan laki-laki lain.

"Oh, jadi kalian sudah berpacaran?" tanya Jaka agak tertawa.

"Iya. Anggi ke sini bukan untuk kembali, tapi untuk berpisah denganmu."

"Perempuan yang selama ini kusayang dan kuperjuangkan tega mengkhianati. Apa aku pernah berbuat culas, Anggi?"

Baru saja Jaka bertanya demikian, rupanya Susi sudah nongol di depan pintu dan ikut nimbrung dalam pembahasan mereka.

"Pernah, Mas. Kita berdua pernah tidur dalam satu kamar dan kamu adalah pria pertama yang berhasil merenggut kesucianku," katanya tanpa basa-basi.

Istri Jaka yang mendengar terkejut bukan main dan menekan dadanya yang terasa sesak. Seakan dihujam dengan belati, Anggi tak percaya jika Jaka turut melakukan kegiatan terlarang.

"Selama ini Mas Jaka sembunyiin semuanya dari Mba Anggi. Dia juga pernah janji untuk tanggung jawab, tapi gak kunjung ditunaikan. Mungkin ini saat yang tepat buat bongkar semuanya," timpalnya lagi.

Mata Jaka melotot. Sesuatu yang ia simpan dengan rapi, malah dengan mudahnya dibongkar oleh Susi. Meskipun Jaka sebenarnya tak pernah melakukan tindakan itu, tapi dia tidak memiliki bukti kuat. Jaka memang merasa bahwa ia tidak menyentuh Susi barang sedikit pun, tapi di sana banyak ditemukan beberapa bukti yang membuat keyakin Jaka sedikit goyah.

"Oh, jadi begitu, Mas? Kamu merasa sok suci dengan marahin aku, tapi kamu udah berbuat duluan sama Susi? Hahaha. Gak waras kamu, Mas!"

Perasaan Anggi semakin hancur ketika mendengar kabar menyayat hati itu. Dia jauh tidak menyangka, jika sang suami mampu berkhianat dengan tetangganya sendiri. Hati Anggi seolah dicabik-cabik. Ia ingin menghilang dari dunia detik itu juga.

"Susi, jaga mulutmu! Aku gak pernah sentuh kamu, Sus." Jaka berusaha membela diri.

"Udahlah, Mas! Untuk apa lagi ditutup-tutupin? Toh, Mba Anggi juga udah jatuh di pelukan pria lain kan, Mas?"

Jaka menatap paras istrinya yang tampak sangat kecewa itu, kemudian berkata, "Anggi, kamu udah kenal aku bertahan-tahun dan aku mustahil melakukan hal keji kayak begitu. Kamu percaya, kan?"

"Gak, Mas! Aku lebih yakin sama omongan Susi, karena aku udah pernah lihat kalian berduaan ditambah foto yang sekarang ada di tanganku. Pantas aja Susi baik banget sama keluarga kita, ternyata semua ini karena kamu adalah pacarnya."

"Kita pulang aja, Sayang. Sekarang kamu tahu siapa Jaka, kan? Bahkan, dia sudah lebih dulu khianatin kamu."

Raka semakin tergoda dengan keadaan menegangkan tersebut. Ia sempat melirik Susi yang juga turut meliriknya sambil tersenyum miring. Mudah sekali mengacau rumah tangga Anggi dan Jaka. Padahal selama ini keduanya adalah pasangan yang telah berjuang mati-matian demi bersatu.

"Kalau begini ceritanya lebih baik kita cerai, Mas," pinta Anggi mengakhiri perdebatan.

Tidak ada lagi yang perlu dipertahankan dari rumah tangga mereka. Keindahan yang selama ini dirasa hanyalah tipuan belaka. Anggi memang bersalah, tapi Jaka jauh lebih bersalah dengan berselingkuh sejak awal. Pikiran seperti itu yang sekarang tertanam dalam benak Anggi. Jadi, ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan Jaka daripada diteruskan, tapi endingnya tetap terluka.

Sementara itu Jaka yang tidak terima dengan permintaan istrinya langsung menggelengkan kepala. Jangan sampai kesalahpahaman menghancurkan pernikahan yang baru diraih selama beberapa bulan.

"Gak! Aku memang sakit hati sama kamu, Anggi, tapi sampai kapan pun aku gak bakal ceraikan kamu. Kita bisa perbaiki semuanya dari awal."

"Buat apa, Mas? Susi udah ternodai dan kamu harus tanggung jawab. Biarkan aku hidup bahagia dengan pilihanku, Mas."

"Kamu cinta sama Raka? Jawab, Anggi!" titah Jaka meminta penjelasan.

"Iya, Mas. Aku mulai mencintai Mas Raka. Dia pria yang bertanggung jawab dan bisa memenuhi semua kebutuhanku. Yang paling penting dia bukan pengkhianat kayak kamu."

Raka yang mendengar tentu saja jadi besar kepala. Secara tak langsung Anggi sudah menghina Jaka yang tak mampu memberikannya kemewahan. Raka sangat menyukai adegan ini. Di mana Jaka merasa terhina dan diinjak-injak harga dirinya.

"Ambil aja suamiku buat kamu, Sus. Kalian emang pantas bersatu. Sama-sama gatal!"

Anggi tak tahan lagi sehingga dia memutuskan untuk keluar dari rumah Jaka. Dia sempat menemukan Dita dengan wajah ketakutan dan dihiasi oleh air mata. Namun, Anggi sudah tak peduli dengan keponakan suaminya itu. Tadinya Dita sempat mengira, kalau Anggi akan bertanya tentang hubungan Jaka dan sang tetangga pada dirinya. Jika Anggi melakukannya, maka mau tak mau Dita harus berkata bahwa keduanya memang memiliki hubungan sesuai perjanjiannya kemarin bersama Susi.

Raka mengekor dari belakang dan langsung membukakan pintu mobil untuk Anggi, sedangkan Jaka berusaha mengejar istrinya, tapi dihalangi oleh Susi. Jaka tak mampu mengikhlaskan kepergian Anggi, apalagi semua ini terjadi di atas kesalah pahaman.

***

Bersambung