Sepuluh tahun berlalu, Fang Yin sudah menjadi gadis yang sangat cantik. Meski begitu, gurunya, Luo Jin tidak mengijinkannya berpenampilan menjadi seorang wanita karena keadaan saat ini yang sedang sangat memprihatinkan di mana pelecehan terhadap wanita sangat tinggi. Untuk itu Luo Jin menyarankan kalau sebaiknya Fang Yin tetap berpenampilan sebagai laki-laki karena dia juga akan turun gunung.
Luo Jin hanya mengijinkan Fang Yin turun gunung kalau dia tetap menyamar menjadi seorang lelaki dan akhirnya Fang Yin menuruti apa yang di katakana oleh gurunya. Hari ini, Fang Yin akan menemui Yueyue di sekolahnya. Dia berpikir apakah Yueyue masih ada di asrama mereka dulu atau sudah pergi tidak tahu. Seingat Fang Yin, seharusnya pendidikan mereka sudah selesai dan kini Yueyue pasti sudah kembali bersama dengan ayahnya.
"Guru, aku akan pergi sekarang! Aku mohon do'a restu kepadamu." Fang Yin mengepalkan kedua tangannya di depan kepalanya tanda hormat kepada gurunya yang sudah merawatnya sejak kecil. Luo Jin sendiri mengetahui kalau Fang Yin seorang perempuan saat Fang Yin mendapatkan menstruasi pertamanya. Saat itu Luo Jin begitu panik dan memanggil tabib untuk memeriksa keadaan Fang Yin yang tiba-tiba sakit perut. " Fang! Segeralah pergi. Hati-hati dan jangan melupakan kami di sini!" pesan Luo Jin yang sebenarnya sangat berat melepaskan kepergian murid yang sudah seperti putrinya sendiri itu.
"Terima kasih, Guru! Aku pamit sekarang." Fang Yin segera meninggalkan kuil dan segera menuju ke ibu kota untuk segera mencoba mencari keberadaan Yueyue yang sangat dirindukannya. "Dia pasti sangat mengkhawatirkanku saat aku tak pernah menemuinya lagi, maafkan aku Yueyue…" gumam Fang Yin dalam hati. Dia tersenyum lalu kembali meneruskan perjalanan dengan kuda yang di berikan oleh Luo Jin. Setelah satu hari perjalanan, akhirnya Fang Yin segera sampai di asrama tempat dulu dia tinggal. Suasananya sudah pasti berubah karena Fang Yin sudah sepuluh tahun meninggalkan tempat ini.
Fang Yin memasuki sekolah lalu menemui kepala sekolah, lalu dia segera bertanya dan tentu saja kepala sekolah tidak tahu menahu tentang Yueyue karena pergantian kepala sekolah lima tahun yang lalu. Akhirnya, Fang Yin keluar dan pergi dari sekolah dengan tangan kosong. Kini satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah kembali ke perbatasan. Dia akan menemui pamannya yang bertugas di sana. Fang Yin segera menunggangi kudanya menuju ke perbatasan yang dulu dia dan pamannya tinggali. Akan memakan waktu tiga hari dengan kereta, tetapi kalau dia menunggang kuda, dua hari pasti akan sampai.
Fang Yin segera meninggalkan ibu kota. Sementara itu di ibukota kerajaan Xia, jendral Zhang Hao sedang membaca surat dari Wu Shang Tang tentang perjodohan yang mereka sepakati dulu saat Jendral Zhang Hao berada di penjara bawah tanah saat menjadi tahanannya. Wu Shang Tang saat itu menjodohkan Fang Yin dengan putra sulung Wu Shang Tang yaitu Wu Quan Qi yang akan menjadi penerus untuk memimpin suku Gurun mereka di padang Rumput, sayangnya Fang Yin telah kabur saat berada di sekolah. Saat ini Jendral Zhang Hao sedang sangat bingung. Sedangkan saat ini Wu Shang Tang sedang berdebat dengan putranya Wu Quan Qi yang juga menolak keras perjodohan ini.
"Ayah, maafkan aku! Tetapi aku tidak akan pernah menerima perjodoohan ini. Aku sudah memiliki kekasih da aku hanya akan menikahinya." Quan Qi menolak dengan tegas apa yang sudah di atur oleh ayahnya dan hal itu tentu saja membuat Wu Shang Tang marah besar sehingga dia kemudian mengancam putra kesayangannya itu. "Qi Er, kalau kamu menolak perjodohan ini, aku akan menghapus namamu dari silsilah keluarga kita dan kamu tidak di perbolehkan berada di sini lagi! Kamu harus mencari kehidupanmu sendiri. Kami tidak akan menjadi keluargamu lagi dan aku akan menganggap kamu sudah mati! Ucap Wu Shang Tang dengan penuh amarah, sementara istrinya Yuanyuan merasa sangat sedih saat suaminya mengusir putra satu-satunya.
"Yang Mulia, jangan seperti ini. Qi Er masih muda, dia akan menerima setelah melihat calon istrinya nanti." Yuanyuan sangat mencintai putra dan suaminya tetapi anaknya itu memang sangat keras kepala. Sementara Shao Er adalah anak yang mereka temukan di depan barak mereka dulu dan menganggapnya sebagai anak kandung mereka dan mengatakan kalau Shao Er dan Quan Qi adalah saudara kandung. "Biarkan kalau dia tetap mau pergi! Aku tidak memiliki putra seorang pembangkang!" mendengar apa yang ayahnya katakana, Quan Qi segera menghampiri ibunya dan berpamitan. Setelah itu, Quan Qi segera meninggalkan barak mereka di padang rumput menuju ke dunia luar yang selama ini tidak pernah dia rasakan karena selama hidupnya Quan Qi hanya berada di padang rumput itu.
Shao Er sangat bahagia saat melihat Kakaknya di usir, dia kemudian akan membunuh Kakaknya karena takut kalau suatu saat nanti dia akan kembali dan merebut kembali perhatian kedua orangtuanya. Segera setelah Quan Qi pergi, Shao Er mengumpulkan pengawalnya dan meminta mereka untuk mengikuti Quan Qi dan membunuhnya setelah kakaknya melewati perbatasan. Sementara Shao Er pura-pura menghibur Ibunya yang sedang bersedih karena kehilangan putra kesayangannya.
Quan Qi segera mengambil kudanya dan membawa beberapa barang yang di butuhkannya lalu segera meninggalkan baraknya. Dia akan menuju ke ibukota untuk melamar menjadi seorang prajurit di sana, dia yakin akan di terima karena kemampuan yang di milikinya. Dia merasa bebas sekarang meski hatinya sangat sedih karena dia harus berpisah dengan ibunya. Tetapi tekadnya sudah sangat kuat, dia telah mencintai Yin Er sejak mereka bertemu sepuluh tahun yang lalu. Kini dia akan mencarinya dan akan menikahinya kelak.
"Yin Er, apakah kamu masih hidup? Saat aku menemukanmu nanti dan kamu juga belum menikah, aku akan menikahimu. Tunggu aku menjemputmu!" gumam Quan Qi dengan senyuman di wajah tampannya. Tanpa dia ketahui, di belakangnya ada beberapa orang pengawal terpilih yang mengikutinya, setelah Quan Qi keluar dari perbatasan, para pengawal suruhan Shao er segera melepaskan panah beracun dan karena Quan Qi tidak siap, dia akhirnya tertembak di dada sebelah kirinya. Quan Qi tumbang seetika dan para pengawal itu segera membuang tubuh Quan Qi ke sungai besar yang berada di sekitar perbatasan.