webnovel

Merasa Ditipu

Leo terus diam saat di mobil, pasal nya lawan bicara nya juga melakukan hal yang sama seperti sedang sariawan.

Sekarang mereka berdua sudah sampai di sekolah, memarkirkan mobil nya lalu Leo menelfon orang suruhan untuk membawa pulang mobil itu.

Setelah urusan selesai, mereka berbaris di lapangan sekolah Bina Bangsa. Persami di bagi menjadi dua sesi, jadi tidak begitu ramai setiap sesi nya.

Mereka di bina oleh dua orang guru, pak Pendi dan buk Nini.

Pak Pendi adalah salah satu guru pembimbing ekstrakulikuler pramuka di Bina Bangsa, sedang kan buk Nini adalah salah satu guru kesehatan dan olahraga.

Semua murid sudah siap, mereka menunggu dua guru itu untuk instruksi, Renata sudah baris di barisan kelas 11 IPA 4, begitu juga Leo yang sudah masuk ke barisan kelas nya. Renata menekuk alis nya saat menyadari dia tidak menemukan Nanda.

Saat menoleh dari arah Kanan, mata nya menangkap sosok Nanda, yang sedang berjalan menghampiri barisan kelas sendirian, tidak ada Wisma.

"Woi Nat, kata Io mau bareng, tapi tadi gue ke rumah kata Bi Oori lo nya uda bareng sama temen cowok, emang siapa sih orang nya, sampe-sampe lo gak nungguin gue."

Nanda mendramatisir keadaan. Nafas nya terdengar mengebu dan nada bicara gadis itu sangat cepat.

"Tapi kan, lo sama lo sama Wisma." Renata melongo.

"Dih, sekarang lo malah bahas si Wisma, emang lo bareng siapa hah?" Nanda memajukan dagu nya.

Renata menggaruk kulit kepala nya, "Leo sih," jawab gadis itu merasa bersalah.

"Lah kok jadi sama Leo kan lo janjian nya sama gue nat!" Nanda tidak sadar jika nada bicara nya meninggi, tentu saja dia kesal, tapi kan di sini Renata juga korban kebohongan.

"Tadi si Leo bilang kalau lo udah pergi sama Wisma ke sekolah, makanya gue terpaksa berangkat sama dia."

"Ikut gue." Nanda menarik tangan agar gadis itu ikut keluar dari barisan, Renata menurut.

Dan sekarang meraka berada di barisan kelas Leo dan Sean, di samping barisan kelas Leo, adalah barisan Kelas Wisma, Arga dan Gibran, kelas 11 IPA 1.

"LO JEMPUT-JEMPUT RENATA SEENAK JIDAT LO, LO JUAL NAMA GUE SAMA WISMA, LO PIKIR GUE GAK BINGUNG APA! SAHABAT GUE JANJI NYA PERGI SAMA GUE, TAP-"

"Astaga Nan! Suara Io kek toa Pak sidi tau gak sih, berisik banget, pekak gue Nan!" Leo memotong perkataan Nanda, menutup telinga nya dengan tangan karna Nanda menjerit tepat di telinga nya.

"SALAH LO! NGAPAIN LO-"

"Mpmp!!" Lagi-lagi omongan Nanda terpotong, kali ini bukan oleh mulut gunting Leo, tapi bekapan tangan Wisma dari belakang.

"Aww!" Wisma mengibas-gibas kan tangan nya di udara, meringis sakit ketika gigi tajam Nanda menggigit tangan nya.

"Sakit beb."

"Siapa suruh lo bekap-bekap gue hah!? Ergh! Makan tu!"

Nanda memukul lengan Wisma.

"Gigi lo tajam amat Nan, kek gergaji." Wisma masih meringis.

"BODO AMAT." Kali ini Nanda menjerit ditelinga Wisma, lelaki itu langsung menutup telinga nya.

"Pekak gue beb."

"HEH HEH! ITU KENAPA BARISAN KALIAN BERCAMPUR-CAMPUR HA?! CEPAT KEMBALI NANDA RENATA WISMA! KEMBALI KE BARISAN MASING-MASING!!" seketika suara pak Pidi mengejutkan mereka.

"Panjang umur tuh tua bangke," umpat Leo dari tempat nya, seperti nya Leo masih dendam dengan guru yang pernah menghukum dia membersihkan toilet selama seminggu .

"Hus! Mulut nya."

Renata dan Nanda langsung kembali ke barisan, begitu juga Wisma.

"Tua-tua aja belagu," ejek Leo lagi.

"Kena karma baru tau lo bekicot," bisik Sean dari belakang.

"Baru bersuara lo Se, jangan galau-galau lagi," balas Leo.

"Gue bakal coba move on kalau itu yang terbaik."

Sean memasuk kan tangan nya ke saku celana, lalu menghembuskan nafas.

"Cari yang lain bro, mereka saling cinta, nggak mungkin lo bisa milikin Dara," bisik Leo di sela-sela pidato pak Pidi, wakil kepala sekolah itu ternyata juga akan ikut.

"Iya gue tau," jawab Leo dari belakang dengan nada yang pasrah.

"ADU DUH DUH! SI LEO INI MEMANG MULUT NYA TIDAK PERNAH BISA DIAM! MAJU KAMU LEO!"

Lagi-lagi itu pak PIDI.

"Bapak kalau marah-marah gak usah bawa-bawa adudu juga."

"HEH ! KAMU INI! MAJU SEKARANG!"

"Jabatan wakil kepsek aja belagu."

"HEH! Jangan bisik-bisik kamu sini maju!"

"Siapa yang bisik-bisik sih pak, dih pekak njir."

Leo berjalan keluar barisan, dari barisan nya Renata mendengus melihat kelakuan lelaki itu.

"Gralikgus Leo, manusia aneh kedua setelah kak Bianca," gadis itu merotasikan mata nya.

***

Cakra memeriksa ruang kerja Emilion dulu , dia berfikir akan bisa menemukan sesuatu yang berguna untuk menyudahi masalah nya ini.

Sudah satu jam lebih dia memeriksa ruang kerja sang papa , sekarang yang lelaki itu dapat hanya rasa lelah, dan tidak terbayar oleh apapun, Cakra sedikit heran kenapa di ruang sepenting ini tidak ada hal penting yang di simpan.

Dengan rasa kecewa dia keluar dari ruangan , ruang yang sudah lama tidak di tempati namun masih bersih karna selalu di bersihkan setiap minggu nya.

Hendak pergi namun langkah nya tertahan saat mendengar suara benda jatuh dari ketinggian.

Brakh

Dengan cepat Cakra mengalihkan pandangan nya ke arah benda itu, buku.

Cakra memungut buku yang jatuh dari atas lemari, buku yang sudah kusam dan berdebu, lantas dia memanjat kursih untuk melihat apalagi yang ada di atas sana, mungkin dia bisa menemukan sesuatu lagi.

Setelah melihat keseluruhan, Cakra turun, tidak ada benda lain selain buku itu.

Cakra pergi dari ruang kerja Emilion, lalu menutup pintu.

Masuk ke dalam kamar nya dan mengunci pintu kamar, dia duduk di tepi kasur dan menatap buku itu lekat-lekat.

Penuh debu, kusam.

Dengan bantuan tangan nya, Cakra membersihkan sampul buku, meniup nya hingga dia sedikit terbatuk karna debu lolos masuk ke hidung nya.

Dengan rasa penasaran dia berusaha membuka buku yang lebih mirip dengan sebuah buku diary.

Sial nya buku itu terkunci dengan pin. Cakra mendengus, dengan kesal dia meninggalkan buku nya di atas kasur, lalu masuk ke kamar mandi.

Beberapa menit kemudian dia keluar dengan rambut acak-acakan, kaos dan celana panjang. Ia buru-buru sekarang

Melihat pantulan diri nya di cermin lalu memakai jaket hitam dan segera membawa buku itu keluar dari kamar, dia akan pergi ke tempat dimana seharus nya dia mendapat jawaban dari semua pertanyaan nya.

Dia harap begitu.

Semoga Alex tidak mengecewakan. Hanya itu yang di harapkan nya. Ia ingin semua soal soal itu terjawabkan. Dan yang pasti ia benci kutukan ini.