webnovel

Ke Rumah Renata

Dari posisi nya Sean memperhatikan gerak-gerik Leo dari jauh, nampak nya lelaki itu sedang ada problem kecil, Sean melangkahkan kakinya, hendak menuju tempat Leo.

Tapi sebelum dia sampai ketempat Leo, bahunya di sentuh oleh seseorang.

Sean menoleh,bahu nya sedikit merasa ngilu karna pukulan tadi.

"Apa?" Tanyanya dengan wajah datar.

"Gua minta maaf karna udah buat Lu gini," sesalnya.

"Gapapa nggak alami karna kesalahan Lu kok."

"Tujuan lu apa?" sambung Sean. Cakra tampak ragu

"gua, gua mau tau kondisi Dara, gua gak bisa bohongi diri gua sendiri kalau gua rindu sama dia, Uda tiga tahun gua Cuma bisa mimpi, bahkan sekarang gua gak tau dia gimana dan dimana."

Sean diam tidak berkutik.

"Gua tau Se, gua tau kalau gua salah tadi, gua juga kepancing emosi, tapi gua memang benar-benar care dan sayang sama Dara," tuturnya.

Sean menghembuskan napas nya berat, matanya sedikit berkaca, mengingat kondisi Dara yang tidak sadarkan diri.

"Besok lu bakal tau," ucapnya berat.

Cakra tersenyum, sekali lagi dia memegang bahu Sean pelan.

"Makasih ya Se, lu emang sahabat terbaik

Gu-"

"Jangan sebut gua dengan sebutan itu lagi!" Sean menepis tangan Cakra dari bahunya kasar, mendengar kata sahabat dari mulut Cakra membuat telinga dan hati nya panas.

"Gua tau masa lalu kita buruk, tapi kalian bahkan gak pernah mau dengar penjelasan langsung dari gua." Nada Cakra sedikit menyesal namun ada nada bantahan disitu.

Sean pergi tidak memperdulikan omongan Cakra, hari ini moodnya benar-benar hancur, persetan dengan Cakra ataupun Leo, dia benci takdir nya, dimana dia tidak bisa berbuat apa-apa di saat orang yang dia sayang berada dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

"Kenapa gua selalu gak bisa menangin hati Dara? Gua selalu kalah. Apa gua seburuk ini buat wanita yang gua sayang? Kenapa Cuma Cakra yang selalu dia ingat? Padahal Cakra gak pernah ada selama dia sakit."

Mata Sean berkaca, dia merutuki kesialan nya sebagai seorang laki-laki, memukul stir mobil dengan tangan nya dan merebahkan kepala nya di sisi stir.

"Gua, nggak guna!" Jeritnya.

Dan hal yang paling menyakit kan bagi nya adalah dia tau, sekeras apa pun dia berjuang, dia akan tetap gagal.

***

Malam pukul 22.50.

Renata merebahkan tubuhnya di atas kasur, jendela kamar yang masih di biarkan terbuka membuat angin malam masuk tanpa aba-aba.

Suasana yang hening dan suhu udara dingin, membuat gadis itu mengusap lengannya, sedikit lelah dengan aktivitas yang baru selesai dia lakukan.

Sesekali gadis itu menguap, merenggangkan kedua tangan mungilnya, lalu duduk mengambil segelas susu yang terletak di nakas meja.

"Sebentar lagi aku tidur."

Itu yang tersirat dibenak Renata, dia meneguk susu namun tidak sampai habis, meletakkan nya kembali di nakas meja.

Mata nya melirik benda rectanguler yang terletak tak berdaya di kasur, ada beberapa notif WhatsApp dari beberapa group dan notif chat dari Leo?

Renata mengernyit, bahkan dia tidak pernah mengira isi chat Leo akan seperti, ini?

LEO

Belum tidur lu?

23.15

Kesambet apa Leo menanyakan sesuatu tentang diri nya, terlebih tentang hal yang bisa di bilang tidak penting , apalagi semalam ini.

Belum. Otw nih.

23.17

Udah jam sebelas ga ngantuk?

23.18

Ga, soalnya baru selesai bijr.

23.18

Iya tau.

23.19

Tau?

23.19

Renata mengernyitkan lagi keningnya, menunggu Leo selesai mengetik.

Tau Lu sok rajin.

Eww.

23.19

Emang, lu aja yang mals Pasti lu lagi rebahan gak jelas di kasur

23.19

Salah.

23.20

Gua kan bukan peramal mana gua tau lu lagi ngapain. G peduli juga.

23.20

Peramal oon.

23.21

Wkwkw.

23.21

Udah mau tidur?

23.21

Mau tapi lu ngechat terus

23.22

Ya udah tidur gih.

23.22

Tutup dulu jendelanya Bego.

23.22

What! Tutup dulu jendela nya?

Renata menoleh kearah jendela yang memang masih terbuka lebar. Oke, sekarang Renata yakin ada yang tidak beres.

"dari mana dia tau?" batinnya.

Lu tau dari mana jendela gua kebuka?! Peramal lu ha?

23.22

Ya enggak lah!

23.23

Terus?

23.23

Gua dari dua puluh menit lalu duduk di kursih deket kolam ikan yang didepan

Jendela kamar Lu bego.

23.24

Masa si gak tau

23.24

Renata duduk tercengang dengan mimik muka tidak percaya.

Serius?

23.24

Liat aja keluar jendela.

23.24

Gadis itu turun dari kasur, lalu pergi mendekat ke jendela, melihat keluar, benar saja seorang laki-laki dengan jaket hitam dalaman kaos putih itu duduk di kursih dekat kolam ikan di depan jendela kamar nya.

"Astaga Leo!"

Renata terkejut melihat Leo, dengan santai nya lelaki itu duduk dan menikmati rokok yang tinggal setengah batang itu, Leo memberi jarak antara mulut nya dan rokok itu dengan tangan kanan nya saat dia tau wanita yang baru saja dia chat kini tengah memperhatikan nya dari jendela.

Alis Renata terangkat.

"Lu ngapain kesini malam-malam?!" Renata menekan setiap kata yang keluar dari mulut nya.

Leo menjatuhkan rokok yang tadi dia hisap, lalu menginjak putung rokok itu.

Leo berdiri menghampiri Renata di sebrang jendela yang hanya memperlihat kan sepertiga dari bagian tubuh gadis itu.

Karna kamar Renata terletak dilantai dasar, jendelanya dibuat sedikit meninggi, Emily selalu memperhatikan segala sesuatu tentang putri nya.

"Lu ngapain?" ulang Renata.

"Gak tau, gua iseng aja kesini." Leo menaikkan bahunya, dia memang tidak tau kenapa dia bisa sampai kerumah gadis ini.

"Mending Lu pulang, udah malem, mama gua gak bakal nerima tamu jam segini, apa lagi tamu nya kayak lu."

Alih-alih menjawab iya, Leo malah melontarkan jawaban di luar ekspektasi Renata.

"Andai jendela nya ga dikasih trali gini." Leo memegang trali yang menjadi penghalang nya untuk masuk.

"Gua kan bisa leluasa masuk," sambung nya tanpa ragu.

Renata membulatkan mata nya. Bisa-bisa nya Leo berbicara seperti itu. Dasar Leo!

"Lu gila ya, main masuk rumah dan kamar orang, cewek lagi! Sembarangan aja lu."

Bentaknya tertahan, karna seingatnya Emily sudah tertidur, dia tidak mau membuat mama nya terbangun dan mengamuk melihat 'penyusup' seperti Leo ada di halaman rumah nya, di depan jendela kamar putri nya.

Lebih-lebih karna kamar Emily ada di atas kamarnya.

"Ya maaf."

"Pulang gih, nafas lu bau rokok."

Renata mengibas-ngibaskan tangannya di udara, menutup hidung nya dengan tangan kanan.

"Bagi air, kering tenggorokan gua."

Laskar menunjuk leher nya yang menampakan tonjolan jakun.

Renata menghela nafas nya, dia harus mengatur tingkat kesabaran jika sedang menghadapi lelaki ini.

Bergegas menuju meja, dia mengambil segelas air putih disebelah gelas susu yang hanya tinggal seperempat lagi, lalu memberikan air putih itu pada Laskar lewat celah-celah trali.

Laskar meneguk air itu hingga habis, lalu mengembalikan gelasnya pada Renata.

Renata mengendus mulut gelas bening yang kini telah ada di tangan nya, sedetik kemudian dia segera menjauh kan benda berbentuk tabung itu dari hidung nya.

"Bau rokok ew."

"Ya iya lah gua kan baru merokok, makanya gelas nya bau rokok, kalau gua minum bensin gelas nya bakal bau bensin, kalau gua minum Baygon gelas nya bakal bau Baygon, kalau gua-"

"Stttt. Gua gak peduli mau Lu minum apa pun, sekarang Lu pulang, uda jam setengah dua belas."

Renata memotong pembicaraan laskar yang membuat kepala nya pusing, gadis itu menunjuk jam dinding yang tergantung di sisi kamar nya.

"Iya bawel." Laskar mengacak rambut Renata dari celah trali, membuat rambut gadis itu menjadi berantakan.

"Tutup jendelanya dulu baru gua back to home, cepat." Titah Laskar.