webnovel

Riddle of You

Cinta itu sederhana, manusia itu yang rumit! Ben dan Daisy, bukan sepasang kekasih dan belum menikah, saling mencintai hingga diumur mereka yang hampir berkepala tiga. Hanya saja, lamaran Ben selalu ditolak oleh Daisy karena Ben telah menyembunyikan sesuatu darinya. Apakah itu?

raen_ · Urbano
Classificações insuficientes
13 Chs

Jam dan Bunga

Di sebuah restoran ternama di Kota X

Semua anggota rapat projek D di bawah perusahaan Tomioka menyelenggarakan pesta penutupan atas keberhasilan projek tersebut.

Semuanya menikmati hidangan seafood yang ada, menikmati hari santai mereka, dan tak lupa dengan bir wajib yang selalu menjadi ikon di saat ada perayaan.

Di mana ada alkohol, di situlah mereka bersenang-senang. Ada yang tahu batasannya dan ada yang sengaja melewati batasnya. Hingga...

"Hei, Pak Tua. Singkirkan benda menjijikan itu dari sepatuku!"

"Apaa? Kau yang meletakannya di sana. Dan aku bukan orang tua, Pesek!"

"Hah?! Kau mau menghinaku?! Jelas kau yang terakhir duduk di sini! Kau yang meletakan sepatu baumu di atas sepatuku!"

Untuk orang mabuk, masalah kecil bisa menjadi masalah yang besar.

Tentu saja itu menjadi tontonan untuk karyawan lain, apalagi karyawan magang di sana.

"Kak, mereka itu selalu begitu ya?" tanya anak magang dengan polosnya. Dia sengaja minum sedikit untuk menjaga image-nya.

"Pak Ben dan Bu Daisy maksudmu? Ya, mereka selalu menghibur."

Ternyata mereka berdua sebagai hiburan para karyawan kantor.

"Monyet kau! Hahaha..." Daisy menertawai Ben dengan sangat puas meski dia tak tahu apa yang harus dibanggakan.

"Heh ikan! Bagaimana kau bisa tertawa tanpa di air, hah?!" Balas Ben tak mau kalah.

Di sisi lain,

"Kak, mereka takkan bertengkar, kan?" tanya anak magang yang menjadi khawatir dengan tingkah mereka. Meskipun baru magang, dia tahu bahwa tingkah tersebut bisa membawa citra buruk untuk perusahaan.

"Apa maksudmu? Mereka tampak romantis."

Hah? Apa tidak salah? Anak magang itu mulai memperhatikan sejoli mabuk itu lagi lebih jelas, takutnya kalau dia mulai mabuk karena minumannya.

Nyatanya, mereka lah yang paling ramai di antara yang lain.

Anehnya, semua karyawan lama bersikap biasa saja.

"Apakah mereka pernah memiliki hubungan?" tanya anak magang itu.

Kakak senior yang mendengarnya mulai meliriknya.

"Kau sebentar lagi akan bekerja di perusahaan ini, kurasa takkan masalah jika kau tahu tentang ini. Dan ya, mereka memiliki sebuah hubungan spesial."

Anak magang itu melirik sejoli mabuk itu sebentar dan bertanya kepada seniornya lagi.

"Apakah hubungan mereka buruk?"

"Hey! Kau jangan meniru tingkah mereka!" Kata senior yang lain. Dia terlihat sedikit mabuk. "Merekaa... tidak layak ditiru."

"Bu Daisy sebenarnya tidak kuat minum banyak, sehingga dia gampang mabuk. Namun untuk Pak Ben, dia selalu meminum sisa bir Bu Daisy hingga akhirnya ikut mabuk juga."

Itu bahkan terdengar sangat konyol, apalagi pihak perusahaan membiarkan mereka begitu saja.

Bagaimana tidak? Siapa yang mau menegur seseorang yang menduduki kursi CEO di Tomioka Group?

Bennedict Tomioka adalah CEO di perusahaan tersebut, yang secara diam-diam datang ke acara tersebut meski dia tak diundang. Dia datang ke sana dengan urusan pribadinya, bukan urusan kantor yang menjenuhkan. Dan sebenarnya, ruangan pribadinya ada di sebelah ruangan itu tapi dia menyelinap untuk melihat Daisy.

Setelah acara pesta kecil itu selesai, semua karyawan akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Untung saja, merekalah yang paling akhir pengunjung di restoran itu sehingga keributan antara Ben dan Daisy tidak terlihat memalukan di luar. Hanya ada beberapa karyawan yang harus menunggu taxi atau jemputan di depan restoran, dan mereka juga menyaksikan adegan itu.

"Daisy sayangku... kuantar pulang yaa..." Ben menarik tangan Daisy yang hendak pergi pulang jalan kaki.

Untuk diingat, Daisy juga sedang mabuk. Jarak dari restoran ke rumah nya hampir lima kilo meter, tak mungkin dia berjalan kaki pulang ke rumah.

"Kau panggil aku ikan tadi sekarang sayang?! Aku mau jalan kaki!"

"Daisy sayangku... Kau pasti mabuk. Rumahmu sangaaat jauh. Kau tak bisa jalan kaki dengan heels-mu itu." Suara Ben seperti rengekan anak kecil.

Daisy menundukan kepalanya untuk melihat kedua kakinya yang terilhat seperti melayang. Dia tertawa melihatnya.

"Aku akan terbang." Katanya samping mengangkat salah satu tangannya ke atas seperti Superman yang sedang terbang.

Ben akhirnya memeluk tubuh itu. Dia tak ingin Daisy betulan terbang.

Pemimpin projek D akhirnya keluar paling akhir dari restoran. Selaku adik yang baik, dia mendekati tingkah Ben yang baginya sangat aneh. Dia tahu dan sengaja membuat kakaknya mabuk dan ditonton oleh karyawannya sendiri.

Oh, dia juga tahu kalau ini sebagai tontonan wajib bagi karyawan Tomioka.

"Kak Ben, ayo pulang." Dia menyentuh pundak kakaknya. Dia berniat untuk menarik kakaknya agar melepaskan Daisy yang terlihat kesal.

Ian melihatnya kalau Daisy sedang menjadi tiang.

"Tidak mau, Ian!" Ben tahu kalau itu adiknya. "Aku harus menahan Daisy agar tidak terbang."

Jika bukan karena abangnya, Ian pasti sudah membawanya ke rumah sakit jiwa.

"Kak Daisy bisa dipesan-" Ian tiba-tiba berhenti karena kakaknya langsung melirik tajam ke arahnya. Meskipun dalam keadaan mabuk, tatapan itu masih cukup mengerikan untuk Ian hingga membuatnya sedikit bergidik.

Atau mungkin kakaknya berpura-pura mabuk?

"Daisy, ayo pulang bersamaku..." Ben kembali ke mode anak kecilnya.

Daripada dibilang berpura-pura, Ben seperti memiliki kepribadian ganda.

Daisy melihat wajah Ben di bawah kepalanya. Dia baru sadar kalau Ben ternyata yang menahan dirinya agar tidak terbang.

"Aku mau naik mobil mewah!" Katanya.

"Ya, aku punya mobil mewah dan supir! Aku ini sangat kaya!"

Daisy menengok ke segala arah untuk melihat mana mobilnya. Tapi, dia hanya menemukan Ian yang berdiri di belakang Ben.

Dia tersenyum.

"Dia supirmu?"

Dasar calon kakak ipar sialan!

Ben ikut menengok.

"Ya!"

Sialan.

Ian memang kesal dengan tingkah kakaknya dan calon istrinya itu. Mereka memang sudah tidak memiliki akal sehat mereka lagi.

Tapi, bukan adik yang baik jika dia tak menjalankan perintah kakak kesayangannya.

Dia akhirnya meminta sejoli itu untuk menunggu, sedangkan dirinya akan mengambil mobil. Dia melihat kunci mobil kakaknya menggantung di saku celananya seperti meminta ke Ian untuk membawanya. Ian menariknya lalu pergi. Seperti apa yang diminta Daisy, dia menginginkan mobil mewah untuk mengantarkannya pulang. Dan seperti biasa, kakaknya membawa mobil Mercedes-Benz yang menjadi kesayangan Daisy.

Sebelum menaiki mobil tersebut, Ian meminta supir pribadi yang dibawanya untuk membawa mobil itu tanpanya namun supir itu harus mengikutinya.

"Itu mobilnya..." Kata Ben yang melihat mobilnya datang.

Ian membuka pintu mobil dengan tombol di kendali pengemudi agar kedua pemabuk itu mau masuk.

"Minggir rakyat jelata!" Kata Daisy pada Ben yang terlalu mendempet padanya. Padahal kursi di belakang masih luas.

Daisy duduk seperti seorang putri bos. Dia duduk menyilangkan kakinya dan melipat tangannya di dadanya.

Ben yang tak mau bergeser, makin mendempet Daisy dan bersender padanya.

Pada akhirnya, Daisy marah-marah di sepanjang perjalanan.

~Riddle of You~

Ian dan supirnya akhirnya berhasil membawa dua tubuh yang sudah tak sadarkan diri. Mereka berdua sudah membuat kekacauan di mana Ian sudah mencapai kesabaran maksimalnya. Ya, meski dia beruntung bahwa Daisy muntah di mobil kakaknya, tapi akan sangat merepotkan untuk mengurus mobil itu.

Di belakangnya, sudah ada seseorang yang baru saja sampai di tempat itu.

"Ah, Vincent. Kau ingin membantuku dengan jaminan keselamatan hidupmu?"

Itu terdengar sangat buruk. Tapi dia menyetujuinya.

"Mintalah seseorang untuk membawa dan membersihkan mobil kakakku, dan dua orang untuk membersihkan badan mereka."

Ian menunjuk ke arah Ben dan Daisy yang sudah tertidur lelap di ranjang yang sama.

"Baik, Tuan."

Ian akhirnya pergi. Sebelum benar-benar menghilang, dia berhenti.

"Vincent, suruh dua orang itu untuk membiarkan tubuh mereka tetap telanjang."

.

Jam dan Bunga I