webnovel

REYNITA

panggilakurey · História
Classificações insuficientes
8 Chs

6

Kini Reynita sudah berada di cafe yang dijanjikan tadi bersama Tina

"Jadi apa yang ingin kau ceritakan kepadaku?", tanya Reynita langsung

"Eumm, jadi,,,,,

flashback on

Setelah kepergian Reynita tadi siang untuk membeli makan siang untuk Hendra, Tina tak sengaja bertemu Andra di pintu keluar pantry saat ia hendak membeli makan siang.

"Hai Andra, mari makan siang bersama", ajak Tina sambil tersenyum manis

"Aku ingin makan siang bersama Reynita", jawab Andra sambil berlalu dari hadapan Tina. Tina langsung menahan lengan Andra agar tetap di tempatnya.

"Reynita tadi sudah keluar duluan", ucap Tina

"Aku ingin bicara sesuatu denganmu", ujar Tina lagi

"Aku tak punya waktu untuk hal yang tidak penting", sarkas Andra

"Ini penting"

"Cepatlah kau ingin mengatakan apa?", desak Andra

"Aku,,aku,,aku menyukaimu", cicit Tina sambil menunduk tak berani menatap Andra

"Tapi aku tak suka padamu", bagai dihantam batu besar, hati Tina hancur, ternyata cintanya selama ini hanya bertepuk sebelah tangan. Tina menahan tangisnya agar tak pecah di hadapan Andra

"Jadi, benar selama ini bahwa kau menyukai Reynita?", tanya Tina

"Itu urusanku, bukan urusanmu", Andra melepas genggaman tangan Tina lalu masuk ke dalam pantry.

Tina tak dapat menahan air matanya lagi, ia langsung menangis sesenggukan sambil berlari menuju toilet khusus karyawan.

flashback off

"Jadi, yang membuatmu seperti ini adalah Andra?", tanya Reynita memastikan

"Iya, dan aku ingin menanyakan tentang hal ini", Tina menjeda kalimatnya

"Apakah kau menyukai Andra juga?", tanya Tina sambil menatap Reynita yang juga menatapnya

"Tidak, aku tidak pernah menyukainya", jawab Reynita mantap. Tina tersenyum.

"Kejar cintamu, tidak ada salahnya kan jika kau berjuang terlebih dahulu. Untuk urusan dia menerima atau tidak itu urusan nanti, yang penting kau sudah menunjukkan kepadanya", jelas Reynita sambil menggenggam tangan Tina

Tina tersenyum, "terima kasih atas dukungannya, aku akan berusaha lagi"

"Ya sudah sekarang kita makan dulu", Reynita dan Tina akhirnya memesan makanan

****

Kini Reynita telah sampai di rumahnya setelah menghabiskan waktu sorenya bersama Tina.

"Huhh, lelahnya", gumam Reynita sambil melepas sepatunya lalu menaruhnya di rak sepatu

Tak lama hp Reynita berdering menandakan panggilan masuk

"Halo", sapa Reynita

"Halo Rey, ini saya Dona, bisakah kau ke rumah sebentar"

"Ada apa ya bu?"

"Hanya ingin menemuimu saja, nanti Hendra akan menjemput, bersiaplah", belum sempat Reynita memberi jawaban panggilan tersebut secara sepihak

Reynita bergegas mandi lalu memilih pakaian yang cocok untuk dikenakannya menemui Dona. Setelahnya Reynita memasukkan hpnya ke dalam ransel dan keluar dari rumah menuju depan gang menunggu Hendra yang akan menjemputnya.

Tak lama setelah ia menunggu, Reynita melihat mobil Hendra mendekat ke arah tempatnya berdiri. Mobil tersebut berhenti dan membuka kaca mobil sehingga memperlihatkan sang empu mobil

"Masuk", perintah Hendra, Reynita segera masuk. Di perjalanan hanya ada keheningan yang menemani. Baik Hendra maupun Reynita tak ada yang memulai pembicaraan, karena pada dasarnya Hendra memang irit bicara. Sedangkan Reynita merasa bingung harus membuka percakapan darimana. Reynita hanya bisa memilin ujung bajunya sambil sesekali menatap keluar kaca mobil.

****

Reynita sudah sampai di rumah yang lebih tepat disebut sebagai istana.

"Ayo", Hendra berjalan duluan mendahului Reynita

"Eh, kalian sudah datang, ayo Reynita kita makan dulu", ajak Dona yang baru saja melihat Reynita datang bersama Hendra.

Reynita hanya bisa mengikuti kemauan sang ibu dari direktur tempatnya bekerja itu. Reynita mengikuti Dona menuju ruang makan. Di sana sudah ada Cakra Wijaya, papi dari Hendra yang duduk di ujung meja dan ada seorang gadis yang terlihat lebih muda dari Reynita, dia adalah adik Hendra, Pricilia Wijaya.

"Mari duduk Reynita, jangan sungkan", Reynita memilih tempat duduk yang berada di samping Pricilia. Reynita merasa nyaman berada dekat dengan Pricilia yang sangat ramah dan juga supel.

Setelah makan malam bersama, Dona mengajak Reynita berkumpul bersama di ruang keluarga.

"Oh ya kak Rey, bisakah aku berbicara denganmu berdua saja", pinta Pricilia setengah berbisik

"Baiklah", Mereka berdua pergi menuju kamar Pricilia

"Apa yang ingin kau bicarakan Pricilia?", tanya Reynita saat mereka telah berada di kamar Pricilia.

"Ck kak, jangan panggil aku dengan sangat lengkap panggil saja aku Sisil, ok", tawar Pricilia

"Baiklah Sisil, jadi, apa yang ingin kau bicarakan?", ulang Reynita

"Bisakah aku meminta saran kepadamu kak?", tanya Pricilia pelan

"Bisa saja, tentang apa?", tanya Reynita lagi

"Aku menyukai teman satu fakultas ku tapi dia tak pernah meresponku", keluh Pricilia

"Jadi, kau ingin dia peka terhadap perasaanmu, begitu?", goda Reynita

"Tentu saja, karena awalnya dia yang menaruh perhatian terhadapku, tapi setelah aku mempunyai rasa terhadapnya malah dia yang seperti menghindariku", jelas Pricilia

"Kau sudah pernah bertanya padanya?", Pricilia menggeleng

"Bagaimana kau bisa tahu tentang perasaannya padamu sedangkan kau saja tak pernah menanyakannya langsung", jelas Reynita

"Aku tak sanggup jika harus berhadapan dengannya langsung", Pricilia menunduk

"Ck kau ini, kau menyukainya kan?, beranikanlah dirimu jika begitu", jelas Reynita lagi

"Aku yakin kau bisa", Reynita menyemangati Pricilia

"Terima kasih untuk saran dan dukungannya kak", ucap Pricilia tulus

"Sama sama manis"

"Oh ya kak, apakah kau tidak tertarik dengan kak Hendra?", tanya Pricilia tiba tiba

"Kenapa kau menanyakan itu padaku?", Reynita balik bertanya

"Jawab saja pertanyaanku kak, apa kau tak menyukai kak Hendra?", ulang Pricilia lagi

"Apa aku pantas mendampinginya?", tanya Reynita balik

"Kau sangat pantas kak. Kau baik, cantik, sopan, dan pendengar yang baik. Aku yakin kak Hendra juga menyukaimu", jelas Pricilia. Jelas saja membuat Pipi Reynita merona menahan malu

"Hei kak, kenapa pipimu merona merah?, apakah kau benar benar menyukai kak Hendra?", goda Pricilia

"Ti, tidak, aku tidak menyukainya", jawab Reynita gugup

"Kau tidak bisa berbohong padaku kak", ucap Pricilia

"Aku hanya ingin mengingat kan kak, jika kau benar menyukai kak Hendra, sepertinya kau akan menjadi patung saja, karena kau tahu sendrikan bahwa kak Hendra sangat irit bicara", jelas Pricilia sambil terkekeh pelan

"Kau ini banyak bicara, ayo kita keluar", Reynita mengajak Pricilia kembali ke ruang keluarga untuk menghindari Pertanyaan dari Pricilia

Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam sepuluh malam.

"Hendra, kau antar Reynita pulang ya", titah Dona

"Aku ikut, boleh?", pinta Pricilia

"Tidak, kau tidur saja, ini sudah malam, besok kau akan telat bangun", tolak Dona

"Tidak apa bu, biar Sisil menemani saya", ujar Reynita, Pricilia tersenyum sumringah

"Baiklah, karena ini permintaan dari Reynita, mami akan mengizinkanmu ikut", Pricilia meloncat kegirangan di tempatnya