webnovel

Keluarga (Bagian 3)

Adrian benar-benar berpikir keras.

Adrian berpikir kemungkinan besar ibunya telah membuat perubahan yang sangat besar terhadap pendirian ayahnya saat itu.

Adrian mencoba untuk bertanya kepada ibunya untuk memastikan kebenaran nya.

"Ibu, apakah ayah dulu adalah orang yang tidak cenderung menghindari percintaan?"

"Hmm, iya. Ayahmu memang seperti itu dulu."

Adrian terkejut dengan pernyataan ibunya tersebut.

"Kalau begitu-!"

Sebelum Adrian selesai berbicara, ibunya langsung memotong kalimat Adrian.

"Maaf, ibu tidak bisa mengatakan usaha ibu untuk mendapatkan ayahmu saat itu kepadamu nak. Ibu hanya ingin kamu suatu saat bisa mengerti akan arti perasaan itu sendiri."

Adrian sudah menduga bahwa ibunya juga tidak akan semudah itu memberikan bocoran kepada Adrian.

Adrian tahu bahwa sejatinya orang tua nya melakukan hal ini agar Adrian tidak semena-mena dengan sikapnya karena jika dia telah mengetahui kisah remaja orang tua nya kemungkinan besar Adrian akan menjadi orang yang berpikir dangkal soal cinta, namun pada dasarnya Adrian sendiri juga tidak mempedulikan soal cinta atau apapun yang berhubungan dengan jatuh cinta ke lawan jenis.

"Baiklah bu."

Pak Andika menatap Adrian yang masih bersikeras berpikir tentang hubungan mereka berdua pada saat remaja.

"Kau benar-benar orang yang sangat berpikir kritis ya Adrian."

Saat Ayahnya berkata demikian, Adrian kemudian menatap ke arah ayahnya.

Pak Andika melanjutkan kembali kalimatnya.

"Sudah kubilang, kau tidak perlu memikirkan nya sampai sedalam itu nak. Kau tidak akan mendapatkan jawaban nya jika kau hanya memikirkannya saja. Pada awalnya ayah juga berpikir keras seperti itu, namun hal itu tidak akan memberikan jawaban apapun."

"Jadi, aku harus melakukan sesuatu untuk mencari jawaban nya?"

"Hmm, sebenarnya kau tidak perlu melakukan apapun untuk mencari jawaban nya."

Adrian kembali dibuat bingung dengan maksud perkataan ayahnya.

"Apa maksud ayah?"

"Jika kau ingin mendapatkan jawabannya, kau hanya perlu melakukan apa yang kau percayai saat ini."

"Jadi... Begitu ya."

Adrian paham dengan maksud ayahnya.

Maksud dari pak Andika adalah Adrian hanya perlu melakukan apa yang dia anggap benar saat ini.

Adrian menganggap bahwa menghindari perasaan jatuh cinta adalah hal yang benar baginya agar dia tidak mengalami masalah yang sama seperti masa lalu nya.

Berarti dari hal tersebut bisa dibilang bahwa pak Andika dulunya juga sangat berpegang teguh dengan prinsipnya.

Adrian dapat membayangkan bahwa jika Adrian terus mempertahankan prinsipnya, maka dia akan semakin dekat dengan apa yang ingin dia cari selama ini.

Adrian kemudian mengubah topik pembicaraan nya.

"Ngomong-ngomong ayah, kenapa ayah membeli mobil lagi?"

"Oh itu, ayah membeli mobil lagi karena mobil milik ayah yang dulu dibeli oleh pihak kantor dan mereka memberi ayah sejumlah uang. Karena mobil tersebut sudah menjadi milik pihak kantor maka ayah membeli mobil lagi."

"Oh, jadi begitu ceritanya."

Percakapan keluarga tersebut berlangsung lama.

Mereka berempat saling mengobrol satu sama lainnya dan suasana yang harmonis benar-benar menyelimuti kehidupan mereka.

Walaupun begitu, Adrian akan tetap mencari arti sesungguhnya dari prinsip yang ia pegang selama ini.

Namun dalam benak Adrian timbul pula pertanyaan lain.

Sudah sejauh manakah ayah dan ibu nya berjuang untuk membuat kehidupan rumah tangga yang harmonis seperti ini.

Saat ini, pukul 20:30

Maria mengetuk pintu kamar kakaknya.

*Tok-tok*

"Kakak? Bolehkah aku masuk?"

"Iya. Masuklah."

Maria dapat mendengar suara kakaknya dari dalam kamar.

Dia kemudian membuka pintu kamar kakaknya perlahan dam melihat kakaknya sedang belajar.

Kemudian, Maria mendekati Adrian yang sedang belajar.

"Apakah aku mengganggu waktu belajar kakak?"

"Tidak, ini juga hampir selesai kok."

Maria duduk di kasur Adrian dan menunggu sampai kakaknya selesai belajar.

5 Menit kemudian, Adrian selesai belajar dan duduk disamping adiknya.

"Jadi, ada perlu apa kau kemari Maria?"

"Ada satu hal yang ingin aku bicarakan dengan kakak."

Maria tampaknya terlihat serius saat mengatakan nya.

"Satu hal? Apa itu?"

"Ini berhubungan dengan apa yang kakak bicarakan dengan ayah tadi."

"Oh, maksudmu soal masa lalu ayah?"

"Iya, Itu memang ada hubungan nya. Tapi bukan itu yang ingin aku bahas saat ini. Lebih tepatnya, aku ingin membahas apa yang kakak percayai saat ini."

"Ah, itu."

Maria memegang tangan kakaknya, dia terlihat murung dan menundukkan kepalanya.

"Ada apa Maria?"

Dilihat dari perilaku Maria, sepertinya dia terlihat sedih akan sesuatu.

"Setelah kakak tahu bahwa ayah dulunya sama seperti kakak, apakah kakak akan tetap memegang prinsip kakak?"

"Tentu saja, ini adalah hal yang sudah kupegang sejak saat itu."

"Kalau begitu, apakah kakak juga tidak akan jatuh cinta lagi kepada cewek?"

"Aku sudah berusaha untuk menghindari hal tersebut agar tidak terjadi dalam hidupku saat ini, jadi... Aku tidak tertarik dengan hal tersebut. Tapi jika aku dapat menemukan jawabannya... Mungkin aku bisa berubah seperti ayah saat ini."

Maria kemudian menatap wajah Adrian sambil tersenyum.

"Begitu ya. Aku harap kakak dapat segera menemukan jawaban nya."

"Hmm? Apakah kau tahu sesuatu mengenai hal tersebut Maria?"

"Tidak. Aku tidak tahu kalau soal petunjuk dari prinsip kakak. Aku hanya tidak mau kakak merasa tersiksa seperti saat itu."

"Kau tidak perlu khawatir Maria, aku sudah tahu apa yang harus kulakukan agar hal tersebut tidak terulang kembali.

Maria tahu bahwa sejatinya Adrian bukanlah seorang kakak yang tidak punya hati, melainkan seorang kakak yang hanya bersikap dingin untuk menghindari dirinya dari rasa jatuh cinta agar pengalaman buruk masa lalu kakaknya tidak terulang kembali.

Maria kemudian menatap kakaknya.

Dia tersenyum ke arah Adrian.

Setelah itu Maria melepaskan pegangan tangan nya dan berdiri dari kasur.

"Baiklah mungkin hanya itu saja yang ingin aku bicarakan saat ini."

Maria kemudian berjalan keluar dari kamar Adrian.

"Maria."

Saat Adrian memanggil namanya, Maria berhenti dan melihat ke arah kakaknya.

"Mungkin suatu saat, aku akan memikirkan kembali tentang prinsipku ini, dan mungkin saja aku akan mulai mempercayai seseorang. Tapi, rasa percayaku kepada cewek mungkin tidak akan seperti dulu."

Maria sangat terkejut saat yang mendengar kakaknya berkata demikian.

"Iya."

Maria terlihat sangat bahagia, setelah itu Maria keluar dari kamar Adrian dan menutup pintu kamar Adrian.

Maria bersandar dibalik pintu kamar Adrian.

"Kak Yulia... Sepertinya tindakan kakak saat ini dapat memberikan sebuah pengaruh kepada kakakku."

Maria mengeluarkan sebuah benda dari dalam kantung baju nya.

Benda itu adalah gantungan yang diberikan oleh Adrian kepada Yulia.

"Tapi ya, tidak kusangka kak Yulia akan ceroboh dalam menyimpan benda ini.

Maria tersenyum kepada dirinya sendiri.

Kemudian dia mulai berjalan ke kamarnya.

Disisi lain, Yulia berada di dalam kamarnya dan sedang mondar-mandir memikirkan sesuatu.

Yulia mengambil sebuah foto yang terletak di meja belajarnya.

Yulia melihat foto tersebut dan sedikit tersenyum saat melihat foto tersebut.

Itu adalah potret siswa-siswi semasa Yulia masih duduk di bangku SMP.

Disana terdapat pula foto Adrian di dalam foto tersebut.

Yulia kemudian berbicara sendiri dengan dirinya.

"Adrian... kamu memang.... tidak pernah berubah ya sejak saat itu."

Yulia memegang foto tersebut dan memperhatikan potret Adrian di dalam foto tersebut.

"Berapa kalipun aku mencobanya, dia tetap saja keras kepala dengan prinsipnya."

Yulia menghela nafas sembari meletakkan kembali foto tersebut diatas meja belajarnya.

"Namun itulah sisi yang aku sukai dari dirimu. Kamu sudah berjuang melawan kehidupan yang keras sampai sejauh ini dan prinsipmu tidak pernah goyah sedikitpun."

Yulia mulai tidur dikasurnya dan menutup dirinya dengan selimut.

"Kenapa aku memikirkan si Adrian yang keras kepala itu sih?! Padahal dia orangnya dingin seperti itu tapi.... Kenapa aku justru menyukainya? Arggh aku sudah tidak mau tahu lagi, Adrian pasti akan menganggapku aneh jika aku bertingkah seperti ini di depan nya."

Wajah Yulia kelihatan memerah, dia menutup seluruh tubuhnya dengan selimutnya.

Sepertinya Yulia merasa malu dan salah tingkah sendiri di kasurnya.

Dia memukul-mukul kasur dengan kakinya.

Yulia kemudian menepuk pipinya sendiri agar dia bisa merasa tenang saat berhadapan dengan Adrian.

"Ayolah diriku... Bersikaplah normal di depan Adrian."

Yulia kemudian merasa tenang dan tak lama kemudian dia tertidur lelap di kasurnya.

Perjalanan Adrian mencari jawaban atas prinsipnya dimulai dari sekarang.

Adrian sekali lagi mendapatkan sebuah masalah karena teman semasa SMP nya ternyata menyukai Adrian yang bersikap dingin kepada cewek.

Disisi lain, masalah Adrian dengan cewek pemalu yang bernama Aira masih belum selesai sepenuhnya.

Adrian dihadapkan dengan masalah yang akan menentukan kesungguhannya dalam memegang prinsip nya tersebut.

Apakah Adrian akan mulai jatuh cinta lagi kepada cewek ataukah dia akan tetap memegang teguh prinsipnya tersebut?

Adrian telah bertekad untuk mencari jawaban nya tanpa menimbulkan masalah yang dapat memicu seseorang untuk menyukainya.

Sehingga Adrian ingin agar dia mendapatkan jawabannya tanpa harus berurusan dengan masalah cinta.

***