Selepas mandi, Axel kembali menatap baju pernikahannya, lalu ia menatap dirinya dengan tubuh gagah, serta otot yang terbentuk di bagian dada sampai ke bagian bawah rongga dadanya, dan juga wajah tampan di cermin besar yang ada di kamarnya. Ia kembali mengingat bagaimana dirinya berlatih fisik untuk menghadapi perang, tapi semuanya akan berakhir.
TOK! TOK! TOK!
Ketukan pintu itu membuat Axel tersadar dari lamunannya. Ia pun bergegas untuk mengenakan pakaian dalam pelapis pakaian pernikahannya.
"Tuan muda, apakah sudah bersiap?"
"Masuklah," jawab Axel.
"Pakaian pernikahan belum dikenakan?" tanya perancang busana kerajaan.
"Bukankah ini tugasmu membantuku mengenakannya dan membuatnya terlihat sempurna untukku?" ujar Axel.
Biasanya perancang busana atau penata busana akan datang untuk membantu raja atau pangeran mengenakan baju yang akan digunakan dalam acara penting seperti ini. Mereka akan memastikan jika semuanya terlihat sempurna dan tidak ada bagian yang kebesaran atau kekecilan. Jika hal itu terjadi, maka saat itu juga akan diperbaiki agar terlihat sempurna seperti yang diharapkan.
Saat seperti ini, Axel berpikir akan lebih mudah untuknya menjadi warga biasa saja, agar jika ia tidak menyukai sesuatu, mudah baginya kabur dari situasi itu. Mungkin dia bisa saja pergi begitu saja dengan mudah, namun itu tidak mungkin terjadi.
Axel akhirnya berdiri dan membiarkan pelayan dan perancang busananya untuk memakaian pakaian pernikahan itu ke tubuh gagahnya. Dengan wajah datar, semua orang tampak begitu canggung, bahkan sang perancang busana yang ramah itu tak dapat berkata apa-apa untuk mencairkan suasana.
Suasana yang canggung itu pun membuat perancang busana gugup. Ia tidak sengaja menusukkan jarum jahit ke kulit pangeran. Tangannya langsung bergetar dan tubuhnya membeku tak berdaya, ia benar-benar terlihat begitu ketakutan.
Axel yang tidak enak hati pun melayangkan pukulan yang cukup kuat, membuat sang perancang busana kerajaan itu tersungkur ke lantai, dan berteriak kepada perancang busananya. Kejadian itu juga membuat baju pernikahannya robek parah.
"A-aku minta maaf, Tuan."
Saat itu juga pikiran gila Axel muncul, ia ingin menusukan benda tajam yang lebih besar ke tubuhnya. Matanya pun tertuju pada sebuah gunting milik perancang busana kerajaan yang tergeletak di atas meja. Hatinya yang masih menolak pernikahan ini pun terus mendorong untuk mengambil guntung itu dan menyakiti dirinya.
*
Pelayan wanita masuk untuk mengantarkan beberapa barang yang harus dikenakan Axel pada saat pernikahan nanti. Namun, saat ia masuk ke kamar Axel, seketika itu juga ia menjatuhkan barang bawaannya ke lantai karena kaget melihat Axel dengan gunting yang sudah di tangan dan siap di hunuskan ke dadanya.
Perancang busana yang masih terkapar tidak bisa berbuat banyak. Ia yang ketakutan hanya bisa menunduk diam. Pelayan wanita itu pun juga ikut menunduk dan menjatuhkan tubuhnya untuk membereskan barang bawaan yang tergeletak di lantai.
Alex yang juga kaget melihat pelayan wanitanya masuk tiba-tiba, menghentikan niatnya. Ia menurunkan gunting itu, dan menarik nafas sejenak. Wajah sedih, kecewanya pun berusaha ditutupi dengan menundukan pandangan ke arah lain.
Dari luar kamar, ibu Axel berjalan bersama pengawal dan dayang-dayangnya untuk melihat Axel. Tamu sudah berdatangan dari berbagai kerajaan, dan Charlotte beserta keluarganya juga akan datang sebentar lagi. Sedangkan Axel harus segera bersiap di altar untuk menyambut calon pengantinnya.
Ibu Axel melihat pelayan sedang membereskan barang-barang yang tergeletak di lantai depan kamar putranya. Ia sudah bisa menebak jika ada yang tidak beres dengan Axel, dia pun mempercepat langkah kakinya.
Di depan kamar Axel yang terbuka pintunya, ibunya melihat ke dalam, dan kembali melihat pelayan wanita itu. Ia menyuruh pelayan wanita itu memberikan barang-barang yang dibawanya kepada salah seorang dayangnya, lalu menyuruhnya pergi.
Ibu Axel melihat putranya memegang gunting dan baju pernikahan yang sudah terobek parah.
"Apa yang sedang kau lakukan?!"
Axel hanya bisa terdiam mendengar ibunya berbicara, menanyakan apa yang terjadi.
Perancang busana yang tersungkur pun bangkit dan memberi hormat kepada sang ratu. Ia masih terlihat gemetar dan ketakutan. Ibu Axel semakin yakin jika ada yang tidak beres dengan anaknya.
"Axel, ada apa sebenarnya?! Apakah ini bentuk dari protesmu?" Ibu Axel kembali mempertegas pertanyaannya.
"A-aku …"
Ibu Axel melihat ke arah perancang busana kerajaan. "Apakah kau bisa memperbaikinya dengan cepat?"
"Robekan sangat parah, apakah kita bisa mengenakan baju lainnya, Ratu?"
Ibu Axel melihat ke arah putranya yang masih terdiam dan menundukkan pandangannya. Ia menarik nafas dalam dan meminta baju lainnya yang bisa dikenakan pada acara pernikahan ini. Rasa pasrah pun timbul dari ibu Axel yang melihat betapa kacaunya Axel.
*
Ayah Axel memeriksa semua persiapan dari jendela kamarnya. Ia memperhatikan, jangan sampai ada hal kecil yang membuat suasana menjadi berantakan. Raja yang perfeksionis itu pun sampai melihat warna bunga yang berjejer di samping jalan berkarpet merah.
"Semua sudah sesuai dengan yang diharapkan. Apakah Axel sudah siap?" tanya raja pada ajudan pribadinya.
"Ratu sedang melihat dan membantunya bersiap, Tuan," jawab ajudan pribadi raja.
"Bagus kalau begitu. Aku akan melihat persiapan di dalam istana." Raja membalikan badannya dan berjalan keluar dari kamar.
Istana yang sangat megah itu pun dihias dengan begitu mendetail setiap sudutnya. Raja yang berjalan dari lorong ke lorong pun terus saja tersenyum bahagia karena dirinya akan segera pensiun dan anaknya akan naik tahta. Masanya beristirahat telah tiba dan dia sudah merencanakan perjalanan jauh bersama dengan istrinya.
Sepanjang perjalanan, sepenggal ingatan muncul dalam raja ketika dirinya membuat kesepakatan dengan Kerajaan Florin untuk menikahkan anak mereka. Kesepakatan yang sangat menguntungkan kedua belah pihak, dan menaikan martabatnya sebagai raja yang sukses memimpin kerajaannya.
Kala itu, bertemuaan untuk menjalin hubungan baik terjadi di Kerajaan Florin. Raja Florin memperkenalkan anaknya yang begitu cantik dengan senyum yang menawan. Seketika Raja Nirwana pun terpikat dan menetapkan jika anaknya, Axel, harus menikahi Charlotte.
"Anakmu tumbuh dengan begitu cantik dan anggun," ujar raja dari Kerajaan Nirwana itu.
"Tentu saja, aku menjaganya dengan baik. Lalu, bagaimana dengan anak lelakimu? Aku dengar dia menjadi pemimpin perang yang ditakuti," jawab Raja Florin.
"Ya, oleh sebab itu kerajaan kami semakin luas dan kuat. Bagaimana jika kita beraliansi, ini akan membuat kerajaan kita semakin kuat. Anak kita bisa menikah, dengan begitu Florin akan mendapatkan bagian dari Nirwana."
Kesepakatan sudah dibuat, dua kerajaan besar itu pun akan segera mengadakan acara mewah dan megah mereka dengan mengundang seluruh kerajaan yang ada di negeri itu. Dengan begitu pula, semua orang bisa mengetahui jika Florin dan Nirwana sudah bersatu, dan menegaskan kepada kerajaan lainnya untuk tidak macam-macam dengan dua kerajaan ini.
*