webnovel

Bab 8

Raja dan Citra mencoba sebaik mungkin menyamarkan diri. Mereka berubah menjadi suami istri pedagang kain keliling. Raja sedikit mengoleskan abu arang ke wajah dan lengan Citra. Terlalu cantik juga mencolok dan mengundang perhatian. Dia sendiri mengenakan caping sangat lebar sehingga nyaris menutup seluruh mukanya. Rambut panjangnya digelung berantakan ke atas seperti layaknya seorang saudagar miskin.

Raja memikul 2 gulungan kain di bahunya. Sedangkan Citra membawa bungkusan kecil berisi bekal pakaian mereka berdua. Tujuan mereka adalah Cipamali. Perbatasan Galuh Pakuan dan Majapahit. Mereka akan mulai penelusuran dari sana ke arah barat. Sepanjang jalan ke Cipamali mereka akan membuka telinga selebar-lebarnya. Siapa tahu ada informasi yang menunjukkan jejak keberadaan 2 orang yang berpakaian sangat aneh di abad 14 ini.

Mereka berjalan tanpa tergesa-gesa. Selain menyerap informasi sebanyak-banyaknya saat jualan kain di pasar, desa atau kota yang dilewati, mereka sepakat untuk menikmati perjalanan jauh ini. Raja dan Citra tahu bahwa banyak orang yang sedang mencari mereka berdua. Baik dari Istana Galuh Pakuan maupun Istana Trowulan. Kedua istana itu memiliki banyak orang sakti. Mereka harus bersikap sewajar mungkin di perjalanan.

Mahapatih Gajah Mada pasti sudah mendengar kabar bahwa Putri Dyah Pitaloka menghilang dari istana. Dia pasti sudah menduga bahwa Raja yang melarikan putri itu. Jelas sekali kejadian ini menganggu jalannya seserahan yang terjadi kurang dari 2 bulan lagi. Sekaligus mengganggu rencananya yang telah mempersiapkan segala sesuatunya di Pesanggrahan Bubat.

Mada lalu bertindak cepat dengan mengirim banyak orang untuk mencari keberadaan Putri Calon Arang dan Puteri Merapi. Termasuk juga menghubungi beberapa orang sakti dari pihak Istana Majapahit untuk membantunya melakukan pencarian terhadap Raja dan Citra. Beberapa orang sakti itu terdiri dari 3 orang hebat yang hanya turun jika bahaya mengancam Kerajaan Majapahit.

Mpu Rakha Bumi, Pendekar Santi Aji, dan Resi Amarta. Ketiganya adalah orang-orang sakti yang jarang menemui tandingan. Mada juga mendengar dari telik sandi bahwa Galuh Pakuan juga mengirim Resi Papandayan dan Resi Galunggung. Dua orang sakti dari Tlatah Pasundan yang setanding dengan Mpu Rakha Bumi dan kawan-kawan.

Satu hal yang membuat Mada khawatir juga bahwa berdasarkan laporan telik sandi, Panglima Narendra mengirim utusan khusus ke Ujung Kulon memohon Resi Gunung Sagara agar turun pertapaan dan membantu pencarian Putri Dyah Pitaloka. Ini cukup gawat. Resi tua itu mempunyai kemampuan di atas mereka semua yang membantunya. Karena itulah dia juga membutuhkan tenaga Putri Calon Arang dan Puteri Merapi.

Sayangnya Panglima Gagak Hitam dan Mpu Cadikala tidak masuk dalam pusaran waktu saat itu. Panglima Gagak Hitam yang sembrono itu malah terpental jatuh dan menjauh. Sedangkan Mpu Candikala sepertinya memang sengaja menghindar. Jika mereka berdua ada, Mada yakin kekuatan orang-orang sakti Majapahit akan lebih unggul dibanding orang-orang Galuh Pakuan.

Tidak mungkin dia turun tangan sendiri untuk mengimbangi kekuatan Resi Gunung Sagara. Selain belum tentu menang saat berhadapan, dia juga lebih penting berada di sini untuk memantau semua pergerakan. Sekaligus menyelesaikan persiapan di Pesanggrahan Bubat.

-----

Raja dan Citra pagi ini masuk ke daerah Cirebon. Kota pelabuhan yang cukup ramai. Mereka berhenti di sebuah pasar besar untuk berjualan kain yang dibawa. Banyak informasi tak terduga yang bisa mereka dapatkan di jalanan dan pasar-pasar.

Raja memasang telinganya baik-baik sementara Citra sibuk melayani pembeli. Hari ini memang hari pasar besar sehingga pembeli banyak berdatangan dari mana-mana.

"Tadi pagi-pagi sekali ada 2 orang wanita aneh yang memborong habis daganganku. Persediaan daging ayamku langsung tandas. Aku bersyukur sekali karena tidak perlu lama menunggu hingga siang agar daganganku habis"

"Wah! Kau beruntung! Meski tidak seberuntung dirimu, dagangan ikanku juga laku separuh. Pembelinya juga 2 orang wanita yang menurutku sangat aneh."

"Ha ha ha. Kalian sama-sama beruntung kawan. Aku juga. Hampir semua persediaan kain jualanku yang berwarna putih juga diborong oleh 2 wanita cantik dan aneh."

"Siapa ya 2 wanita aneh yang mendorong gerobak besar itu? Lagipula mereka sama sekali tidak memakai jasa kuli angkut membawa barang sebanyak itu. Berat."

"Iya. Aku juga melihat waktu mereka berdua mendorong gerobak besar itu. Seolah mendorong mainan saja."

"Aku curiga mereka dari Padepokan Sekar Halimun. Hiiihh. Ngeri!"

Raja yang mengikuti perbincangan itu menyela sedikit sambil membetulkan capingnya yang melorot.

"Ngeri kenapa Mang? Apakah mereka seperti kuntilanak atau wewe gombel?"

"Hah?! Sialan kau Jang. Ngeri atuh lah. Siapa yang tidak mengenal padepokan misterius yang berisi orang-orang sakti itu. Kau tahu, dulu pernah ada serombongan orang kasar yang meminta uang kepada semua pedagang di pasar ini. Pas kebetulan saat itu ada 2 wanita aneh berpakaian serba putih yang sedang berbelanja barang-barang seperti tadi. Kawanan orang-orang kasar berjumlah belasan itu keok semua dihajar."

Raja berpikir itu pasti perguruan silat atau padepokan kanuragan. Tidak ada yang aneh di zaman ini. Ah, sebaiknya dia fokus menjual kain saja. Dilihatnya Citra mulai kewalahan diserbu pembeli. Tapi kalimat selanjutnya dari para pedagang membuatnya tercengang.

"Aku sempat bertanya tadi, untuk apa membeli kain putih sebanyak ini Neng? Mereka hanya menjawab singkat. Untuk kami pakai sebagai pakaian."

Seorang pedagang perempuan ikut nimbrung dalam pembicaraan.

"Ya memang kau dasar genit. Kau juga bertanya-tanya hal lain kan?"

"Hahaha iya. Habisnya mereka cantik dan menarik. Kalau untuk orang macam kau mungkin bertanya 1 pertanyaan saja aku susah payah Ni."

Terdengar ledakan ketawa para pedagang. Wanita tua yang dipanggil Ni melengos kesal.

"Aku cuma nanya begini, untuk pakaian berapa orang Neng? Mereka sempat saling pandang lalu buru-buru menambah beli lagi 2 lembar kain putih. Salah satu berbisik ke yang lainnya. Jangan lupa bahan pakaian untuk orang baru yang diistimewakan oleh Nyai. Si Kedasih itu."

Buru-buru Raja menyela dengan pertanyaan.

"Mamang dan Nini tahu di mana letak Padepokan Sekar Halimun itu?" Raja berseri-seri mukanya. Kedasih ada di sekitar sini.

"Tidak ada yang tahu tepatnya Jang. Hanya saja menurut isu, berada di tengah-tengah belantara Gunung Ciremai. Dekat dengan sarang harimau dan juga genderuwo."

Raja menjadi kecewa. Titik terang berubah samar lagi.

"Siapa yang kira-kira tahu di mana letak padepokan itu Mang?"

Semua pedagang kini memandang Raja dengan pandangan menyelidik.

"Untuk apa Jang? Apa kau mau mencarinya? Aku sarankan jangan. Bisa-bisa kau dikunyah oleh harimau yang banyak terdapat di Gunung Ciremai. Atau kalau tidak, kau ditelan oleh dedemit dan genderuwo yang juga bersarang di sana."

Raja hendak membuka mulutnya lagi. Namun ditahannya karena wanita yang disebut Nini tadi memberikan jawaban yang mengejutkan.

"Kalau kau benar-benar ingin tahu, pergilah ke padepokan kecil di lereng Ciremai yang bernama Padepokan Lembah Ciremai. Aku dengar pimpinannya sering mengadakan pertemuan dengan orang-orang dari Padepokan Sekar Halimun."

Raja melonjak kegirangan. Disentuhnya lengan Citra yang keringatan setelah melayani pembeli yang berjumlah belasan.

"Istriku, syukurlah dagangan kita habis. Ayo kita naik Gunung Ciremai!"

Citra yang kelelahan memandang cemberut. Apa-apaan sih? Dari tadi dia saja yang sibuk berjualan sementara Raja asik ngobrol. Sekarang setelah dagangan habis terjual dan dirinya kelelahan, eh ini malah diajak naik gunung.

********