webnovel

Bab 15

Raja telah menjelma kembali menjadi manusia. Setelah beberapa saat menjadi harimau tadi, pemuda itu perlahan berhasil menyembuhkan luka dalam parah yang dideritanya akibat pertarungan tadi. Dadanya masih sedikit sesak, tulang-tulangnya terasa ngilu, tapi dia masih sanggup berlari cepat mengejar Puteri Merapi. Tapi tidak ada tanda-tanda bayangan puteri yang berbahaya itu sama sekali. Kemana perginya?

Bagaimana tiba-tiba Puteri Merapi muncul di perbatasan Majapahit dan berhasil menculik Citra? Dan kenapa dia tidak bersama-sama tokoh-tokoh Majapahit lainnya?

Waktu itu setelah dihembus oleh Gerbang Waktu hingga tiba di Pasar Bubrah, Puteri Merapi berniat untuk naik ke Puncak Merapi. Namun ternyata di sana sudah menunggu Lima Eyang Merapi yang segera mengusirnya pergi. Awalnya Puteri Merapi melakukan perlawanan dahsyat. Namun tentu saja puteri pemarah itu tidak sanggup menandingi kedigdayaan ilmu Lima Eyang Merapi. Puteri Merapi melarikan diri dalam keadaan terluka parah.

Sambil berusaha memulihkan luka-lukanya, Puteri Merapi berjalan menuju Istana Majapahit. Tujuannya jelas menemui Mahapatih Gajah Mada untuk meminta bantuannya mengusir Lima Eyang Merapi. Bukannya membantu, Mahapatih Gajah Mada malah menyuruhnya untuk melakukan penyelidikan dan pencarian terhadap keberadaan Citra dan Raja. Hal itu sebagai syarat agar nanti Mahapatih Gajah Mada mau membantunya menguasai Puncak Merapi.

Meskipun mengomel panjang pendek, Puteri Merapi berangkat memenuhi permintaan Mada atau Mahapatih Gajah Mada. Sebenarnya Mada memintanya berangkat bersama Hoa Lie dan Giancarlo yang juga sudah bergabung di Istana Majapahit. Tapi Puteri Merapi menolak dengan alasan tidak mau menjadi pengasuh bagi 2 orang yang berasal dari abad ke-21 itu.

Hoa Lie akhirnya berangkat bersama Giancarlo mencari jejak Raja dan kawan-kawannya. Mahapatih Gajah Mada tidak berharap terlalu banyak kepada 2 orang ini, tapi setidaknya mereka berdua yang tahu persis siapa Raja dan kawan-kawannya serta bisa membantu tokoh-tokoh Majapahit yang melakukan pencarian dengan mengidentifikasi mereka. Saat terjadi pertarungan antara Raja melawan Pendekar Santi Aji, Mpu Rakha Bumi dan Resi Amarta, sebetulnya Hoa Lie dan Giancarlo sudah hampir sampai di markas perbatasan pasukan Majapahit.

Namun sudah sedikit terlambat karena pertarungan telah usai dan ketiga tokoh itu telah kembali ke markas dalam keadaan terluka. Hoa Lie percaya diri bisa membantu karena gadis ini membawa serta 2 pistol Glock yang selalu terselip di pinggangnya. Giancarlo sama sekali tidak percaya diri. Dia tidak membawa senjata apa-apa dan tidak tahu bagaimana cara mempertahankan diri di abad kerajaan ini. Oleh karena itu, pemburu harta karun ini memilih untuk terus bersama Hoa Lie.

Putri Calon Arang diputuskan untuk tetap di istana. Membantu Mada memonitor perkembangan dan jika memungkinkan menyerang Raja dan kawan-kawannya dengan sihir hitam. Putri Calon Arang adalah seorang ahli sihir tiada tanding yang memiliki ilmu hitam yang sangat nggegirisi. Mada sangat mengandalkannya untuk hal ini. Putri Calon Arang adalah orang yang paling dipercayai oleh Mada. Dia tidak seperti yang lain. Tidak mempunyai kepentingan lain kecuali mengabdi kepada Mahapatih Gajah Mada.

Raja agak panik. Dia khawatir Puteri Merapi mencelakai Citra. Namun logikanya mengatakan bahwa Puteri Merapi tidak akan berani melakukan hal itu. Mada pasti akan menghabisinya. Sebab Citra tidak boleh mati terlebih dahulu sebelum perhelatan lamaran dengan Baginda Raja Hayam Wuruk terjadi.

Raja sedikit tenang. Ah, betapa bodohnya dia! Raja menggeram lirih. Sekali lagi tubuhnya berubah menjadi harimau hitam. Raja mengendus sekeliling dengan daya penciuman yang puluhan kali lipat lebih tajam dibanding manusia. Raja melakukan itu terus sambil berjalan ke arah Puteri Merapi diperkirakan berlari.

Sampailah Raja di sebuah titik penyeberangan lain di Sungai Cipamali. Namun ini jauh lebih ke hulu dan sangat sepi. Hanya ada 2 perahu yang tertambat di pinggir sungai. Raja mulai merasakan aroma wangi Citra. Samar tapi Raja sangat yakin.

"Punten Mang. Apakah tadi Mamang menyeberangkan 2 orang wanita? Salah satunya berbaju putih?" Raja bertanya kepada tukang perahu tua yang sedang terkantuk-kantuk menunggu penumpang.

Orang tua itu gelagapan. Dia memandangi Raja sebentar lalu menunjuk perahu satunya.

Raja berjalan menghampiri tukang perahu yang masih muda dan sedang duduk melamun.

"Punten Kang. Apakah tadi Akang menyeberangkan 2 orang wanita? Salah satunya berbaju putih?" Raja mengulang pertanyaannya.

Pemuda itu mengangguk gembira.

"Iya. Wanita itu sangat baik hati. Memberi uang ongkos dengan berlebihan. Rezekiku hari ini sangat baik. Kasihan wanita temannya. Kelihatannya sedang sakit."

Raja mengucapkan terimakasih lalu beranjak meminta tolong orang tua yang terkantuk-kantuk itu menyeberangkannya. Orang tua itu kehilangan rasa kantuknya dan segera mengayuh perahu. Tempat penyeberangan di sini memang sepi. Tidak banyak orang yang menyeberang karena memang bukan jalan utama. Tapi dia memilih tempat ini daripada di pelabuhan yang penuh dengan persaingan ketat.

Tak perlu waktu terlalu lama untuk sampai ke seberang. Raja memberikan uang perak yang diberikan oleh Citra. Mata tukang perahu tua itu terbelalak lebar. Pemuda ini memberinya penghasilan selama 3 bulan penuh.

Raja menyelinap di semak belukar yang banyak terdapat di tempat itu. Dalam wujud harimaunya Raja mengendus lagi aroma Citra yang lebih kuat daripada di seberang tadi. Hmm, Puteri Merapi itu lewat sini belum terlalu lama. Raja berkelebat cepat setelah berubah menjadi manusia lagi.

Puteri Merapi mengomel besar. Citra sengaja berjalan pelan dengan alasan sangat lelah. Seandainya tidak takut pada hukuman Mada, ingin rasanya dia mendaratkan pukulan ke kepala Citra. Tidak mungkin dia menggendong terus. Tubuh Citra seberat tubuhnya. Apalagi gadis itu tidak dalam keadaan tertotok seperti tadi. Sangat berbahaya membiarkan Citra berada di bahunya. Gadis itu punya kemampuan sihir yang hebat. Bisa-bisa dia berubah jadi kodok.

Puteri Merapi sengaja membiarkan Citra berjalan di depannya. Untuk berjaga-jaga. Gadis ini tidak memiliki kemampuan olah kanuragan yang bisa menandinginya. Tapi tetap saja dia seorang gadis yang berbahaya.

Mereka memasuki hutan yang rapat oleh pepohonan raksasa. Puteri Merapi mengambil jalur ini karena sepi. Selain dia sendiri tidak menyukai keramaian, dia juga menghilangkan kemungkinan bertemu orang yang bisa membantu putri raja ini lepas darinya. Puteri Merapi bergidik jika ingat Raja. Pemuda itu punya kemampuan dahsyat. Dia tidak mampu menandinginya. Sihir dan ilmu hitamnya juga tidak mempan terhadap pemuda itu.

Syukurlah dia sudah mampus! Puteri Merapi sangat yakin. Tidak ada orang yang bisa keluar hidup-hidup dari pengeroyokan 5 orang tokoh sakti Tanah Jawa. Puteri Merapi tertawa terkekeh. Setidaknya satu orang yang ditakutinya tidak ada lagi di dunia ini. Dia akan menagih janji Mada untuk membantunya menguasai Puncak Merapi. Kembali Puteri Merapi tertawa panjang seperti kuntilanak.

Suara ketawanya langsung berhenti secara tiba-tiba saat Puteri Merapi mengangkat kepala dan keluar dari lamunan panjangnya. Orang yang ditakutinya itu berdiri di hadapannya dengan tatapan marah dan mengancam. Citra sendiri sudah berada di samping pemuda itu sambil tersenyum kecil.

-*****