webnovel

Reinkarnasi Menjadi Pohon

Novel Asli Indonesia Seorang pemuda biasa yang biasanya suka memakai headset ketika dia menabrak seseorang yang tiba-tiba lewat di depannya. Dirinya langsung kaget ketika membuka matanya. Di depannya hanya ada pepohonan hijau yang tinggi dan besar. Kemudian dia akhirnya sadar bahwa sekarang dirinya sudah tidak mempunyai tangan seorang manusia tapi tangannya adalah ratusan dahan pohon dan jarinya sekarang berubah menjadi ribuan ranting pohon. Kakinya terjebak di sebuah akar pohon. Rambutnya adalah daun lebat yang hijau dan tubuhnya menjadi batang pohon raksasa. Dari semua pilihan berpindah tempat ke dunia lain. Kenapa dirinya hanya bisa menjadi pohon. Bukankah ada pilihan lain? Seperti senjata, armor, tapi kalau sebuah pohon. Dia hanya bisa menerima ketidakberuntungannya. Tapi itu semua berubah ketika dia bertemu dan selalu diawasi oleh seorang Dewi. Namanya adalah Norma Leto. Dia memiliki gelar yang sangat banyak. Salah satunya adalah Pahlawan Elf. Kemudian ada lagi Manusia Abadi, Jenius Perang, dan Beastman Tercepat. Padahal dia hanyalah sebuah pohon.

Tamatoji · Fantasia
Classificações insuficientes
5 Chs

Ditabrak Seseorang

Karena Norma telah memperoleh gagasan manipulasi bentuk dan ukuran. Dia hanya bisa mencoba untuk melakukannya daripada harus hidup sebagai pohon yang terus diam di tempat tanpa melakukan apapun. 

"Coba saja gagasan tadi. Semoga saja bisa berhasil. Daripada harus menjalani kehidupan pohon yang terus diam di tempat tanpa ada sesuatu hal yang dilakukan. Itu seperti kutukan. Apakah aku memang dikutuk oleh para Dewa?" Tekad bulat Norma dengan sangat serius. Apakah sebuah pohon bisa serius?

Itu semua karena Norma sebenarnya agak hiperaktif. Jadi dia selalu ingin melakukan sesuatu daripada diam di tempat. Bahkan saat mendengarkan musik dia harus keluar rumah untuk memuaskan rasa keaktifannya dan akhirnya kejadian seperti ini terjadi.

Seperti hal yang dibayangkan dalam sekejap pohon raksasa yang telah menemani negeri para elf dari ratusan ribu tahun yang lalu mulai menyusut menjadi lebih kecil dan lebih kecil. Pohon itu terus menyusut sampai memiliki ukuran seperti pohon biasa pada umumnya. Dari pohon yang memiliki diameter ratusan meter dan  tinggi sekitar ribuan meter itu menyusut lagi menjadi pohon yang kira-kira memiliki tinggi sekitar satu meter. Sekali lagi Norma sangat terkejut dengan keberhasilan gagasannya yang menantang. Mungkin keberuntungannya sekali lagi berpihak padanya.

"Karena memanipulasi ukuran pohon berhasil. Sekarang waktunya untuk mencoba memanipulasi bentuknya. Jika ini berhasil maka aku akan bisa menjadi manusia lagi."

Pertama itu dimulai dari bawah. Dari kumpulan akar yang telah menyatu dengan tanah mulai menyusut dan mulai membentuk dua kaki yang normal. Kemudian diikuti bentuk tungkai panjang yang normal. Bagian paha juga sudah mulai terbentuk dengan bentuk yang normal juga. 

Setelah itu bagian yang paling penting yaitu pinggulnya terbentuk dengan sempurna disusul oleh bagian perut dan pinggang. 

Kemudian ini adalah bagian yang paling penting juga yaitu dadanya. Norma membuat dadanya terlihat sixpack dan tidak lupa dengan otot-otot yang menonjol. Tidak lupa dia membentuk lengan yang agak berisi dengan otot yang terlihat dari lapisan luar kulitnya. Diikuti oleh jari-jarinya itu dibuat senormal mungkin dengan ukuran yang pas.

Akhirnya langkah terakhir adalah membentuk bagian yang terpenting dari bagian paling penting yaitu kepalanya. Dia membuat leher seperti orang normal pada biasanya.

Berikut adalah langkah yang paling terakhir dan terpenting yaitu membentuk rupa wajahnya. Tapi Norma adalah orang yang selalu menghargai dirinya sendiri sebagai orang yang sangat tampan. Memang Norma adalah orang yang narsis dan dia memang sangat rupawan tapi dia masih lajang.

Sesudah itu, Norma yang semula memiliki tubuh pohon raksasa. Kini sudah memiliki bentuk tubuh seorang manusia. Hanya saja sepertinya ada sesuatu yang janggal. Norma langsung memeriksa seluruh tubuhnya. 

"Apa ini? Kenapa kulitku menjadi seperti warna kulit pohon? Kenapa rambut hitamku menjadi hijau dan bahkan mataku pun hijau? Aku hanya ingin menjadi manusia. Kenapa malah menjadi lebih seperti manusia pohon. Fakta kalau aku memang pohon tidak bisa dirubah. Tapi kalau begini apa bedanya? Ada satu hal lagi yang aku pikirkan, kalau MP3 bisa memberiku kemampuan untuk bersuara walaupun aku hanya sebuah pohon. Apakah kemampuan yang ada pada pakaianku? Semoga saja. Itu adalah kemampuan untuk memanipulasi warna. Dengan adanya kemampuan ini hatiku bisa menjadi tenang." Sekali lagi pohon tidak mempunyai hati. 

Ketika dia mencoba untuk mewarnai kulitnya. Kulitnya malah berubah menjadi warna krem. Yap, itu adalah warna krem. Itu adalah warna yang cukup baru untuk sebuah kulit. Tapi itu hanya berlaku untuk di Bumi saja. Sedangkan di dunia ini bahkan kulit hijau saja bisa disebut kulit yang normal. Sayang sekali Norma tidak mengetahui itu.

"Hah, warna krem. Bukankah ini terlalu tidak nyaman. Kalau coklat tua itu masih bisa ditoleransi. Tapi kalau krem. Biar sajalah. Inikan dunia sihir. Rasanya seperti aku hanya bisa memanipulasi hanya sedikit warna. Mari coba warna apa saja itu."

Norma melakukan seri pergantian kulit dari merah, biru, kuning, hijau, putih, dan krem. 

"Mungkin pilihan warna paling bagus adalah krem. Kenapa hanya ada beberapa warna ini saja. Headsetku berwarna biru dan putih. MP3 berwarna merah, hijau dan kuning. Sedangkan putih adalah warna dari bajuku dan krem itu warna celanaku. Kalau begitu aku hanya bisa memilih kulit warna krem. Untuk pupil mata dan rambut biarkan berwarna hijau saja. Ternyata warna hijau cukup keren juga. Yang jelas mata dan gigi itu harus berwarna putih. Lidah dan bibir itu pasti harus memiliki agak sedikit merah. Kuku itu hanya perlu diwarnai sedikit merah, putih, dan krem."

Ketika Yano sudah selesai dengan modifikasi tubuh pohonnya yang telah menjadi manusia normal dengan wajah tampannya yang dibawa dari Bumi. Norma memiliki warna rambut hijau yang keren ditemani dengan pupil mata hijau yang bersinar dan dia memiliki tubuh sixpack yang sangat berotot namun tidak terlalu berlebihan. Kulit kremnya memberikan aura khusus tersendiri pada Norma. Sekali lagi Norma mulai terkejut.

"Aku lupa belum memakai pakaian. Aku mungkin terlalu bersemangat dengan ketampananku. Aku hanya harus memakai pakaian. Mana ada pohon punya pakaian. Mungkin coba gagasan untuk mengeluarkan headset dari tubuhku kalau itu berhasil mungkin barang lainnya juga bisa."

Norma mengendalikan pikirannya masuk ke dalam tubuh pohonnya. Yang benar saja dia benar-benar bisa merasakan koneksi dengan setiap barang yang terbawa dari Bumi. Kemudian dia mencoba untuk mengeluarkan sebuah celana Levis krem dan baju kemeja putih polos. Ketika dia memakainya Norma mulai merasakan sedikit rasa sebagai manusia. Kemudian dia lupa satu hal yang sangat penting tapi dia tidak tahu.

"Iya juga. Aku sekarang di negeri para elf. Kalau aku berpenampilan seperti ini aku pasti akan disebut penjajah. Seperti apa yang diceritakan. Para elf tidak suka orang asing apalagi orang dari ras lain dan lebih penting lagi para elf sangat menyukai kedamaian. Sebaiknya aku harus mengubah model telingaku menjadi telinga runcing dan kulit krem itu memang terlihat lebih cocok untuk seorang elf." Gumam Norma dengan mengubah bentuk telinga yang semula melengkung menjadi runcing dan agak panjang.

"Bukankah aku seperti elf tampan yang nyata di dunia sihir. Tidak akan ada yang mengenaliku kalau seperti ini. Di ingatan pohon tua itu para elf juga selalu tampil seperti ini. " Narsisme Norma mulai menanjak lagi.

"Tapi rasanya masih ada sesuatu yang tidak aku perhatikan. Tapi apa? Biarlah nanti juga akan tahu sendiri."

Norma tidak tahu bahwa matahari sudah mulai terbit sementara dia malah bingung dengan dirinya sendiri. Dia masih memikirkan apa hal yang dikhawatirkannya.

Tapi seketika di pagi hari yang indah ini ada seseorang yang berlari dengan cepat ke arah Norma. Tapi Norma sama sekali tidak menyadari bahwa ada orang yang berlari dengan sangat cepat sekali.

Bahkan sepertinya orang yang berlari itu tidak memperhatikan apa yang akan terjadi di depannya dan Dejavu yang terbalik telah terulang kembali.

Brakk!

Norma ditabrak oleh seseorang yang tidak tahu bagaimana rupa wajahnya dan dia langsung kabur tanpa melihat ke belakang seperti halnya seseorang yang dikejar singa. Hanya saja Norma merasakan ada barang yang dijatuhkan oleh seseorang yang telah menabraknya. Sebagai pohon suci yang telah hidup ratusan ribu tahun tabrakan itu hanya seperti sebuah gigitan semut yang sangat kecil. Bahkan itu tidak terasa bagi pohon yang tidak bisa merasakan rasa sakit. Rasanya itu seperti bukan sebuah tabrakan. Posisinya pun masih tetap sama dengan posisinya berdiri tadi tanpa ada perubahan apapun bahkan pakaiannya pun tidak bergerak. 

Ketika Norma bergerak untuk melihat apa yang dijatuhkan orang yang telah menabraknya itu sekali lagi membuat nya terkejut. Itu adalah pedang yang indah dengan ukiran yang sangat istimewa dan dia bisa merasakan energi murni yang ada didalam pedang. Ketika dia memegang pegangan pedang itu. Sekali lagi itu membuatnya terkejut lagi. 

Tanpa sadar dia telah berpindah tempat ke sebuah arena raksasa yang sepertinya terbuat dari sisa penebangan pohon yang memiliki ukuran yang hampir memiliki ukuran diameter tubuh asli Norma. Tapi yang membuatnya lebih terkejut lagi. Arena ini telah ditempati oleh banyak elf yang berkumpul dengan membawa pedang yang terlihat sama persis seperti yang dipegang Norma. 

Juga ada banyak kursi yang terbuat dari kayu yang langsung terhubung ke tanah melingkari seluruh arena dan di kursi tersebut ada lebih banyak elf yang telah duduk di setiap kursi kayu. Tapi yang lebih membuatnya terkejut adalah ada sebuah pohon tinggi dengan banyak ukiran berwarna emas itu lebih terlihat seperti singgasana kayu dan emas dan yang lebih penting lagi ada seseorang yang duduk di singgasana itu. Itu adalah seorang elf paruh baya dengan mahkota emasnya.