webnovel

Reingard dan Sihir Bagian 3

Disebuah perpustakaan Asrama Jayadille.

El sedang membaca beberapa buku dan mencari infomasi sebanyak mungkin tentang Reingard, namun ia tidak menemukan informasi apapun selain buku-buku pelajaran tentang sihir, ensiklopedia hewan-hewan mitoligi, dan beberapa buku sejarah benua Eurasia.

'Aku harus memulai dari mana?'

El memandangi buku-buku yang tersusun rapih dirak buku, ia hanya duduk ditengah ruangan sambil memegang buku catatan milik ayahnya.

'"Apa yang harus aku lakukan ayah? tempat ini penuh dengan bangsawan..!'

El kebingungan dengan keberadaanya di Reingard, ia merasa tebebani dengan tugas yang diberikan oleh Yussa, dan tentunya tempat terasing di benua Eurasia dipenuhi oleh bangsawan yang sangat ia benci dan membuatnya terasa sesak berada di tempat itu, bahkan hanya untuk satu hari saja.

Dia sama sekali tidak tertarik untuk bersaing dengan para murid lain di Reingard, bahkan setelah pengawas asramanya Tn. Bunisora menjelaskan bahwa setiap asrama harus saling bertanding, El semakin yakin bahwa ia tidak cocok berada di Reingard.

Saat El sedang merenung, sebuah suara langkah kaki tertdengar, langkah kaki itu begitu tenang, namun El tetap berusaha waspada karena apapun bisa terjadi ditempat asing yang baru ia kunjungi.

El bangkit dan bersembunyi dibalik rak dinding, sosok seseorang berbadan besar masuk dalam ruangan dan menuju salah satu rak buku, di depan rak buku tempat El menyembunyikan dirinya.

'Tn. Bunisora? Apa yang dia lakukan?'

Tn. Bunisora mengambil salah satu buku dihadapannya, dan tiba-tiba rak buku tersebut bergerak menjauh dari Tn. Bunisora. El yang sangat terkejut dengan pemandangan itu tidak sengaja menjatuhkan beberapa buku, dengan cepat ia merunduk dan menutup mulutnya.

'Sial.. sial. Raksasa itu pasti menghukumku.!'

Tidak lama keadaan menjadi hening, El yang masih cemas menyeka keringat di dahinya dan bangun perlahan.

"Syukurlah" gumam El.

"Apa yang sedang kau lakukan!?"

"Ah....." Teriak El sepontan. "Tidak ada tuan".

***

El duduk dengan gugup berhadapan dengan Raksasa secara langsung untuk pertama kalinya, walaupun ia tahu Tn. Bunisora adalah orang yang cukup ramah, tapi tetap saja tubuhnya yang berukuran 3x lebih besar dari El membuatnya serasa terintimidasi secara langsung.

Setelah tertangkap basah sedang menguntit Tn. Bunisora, El diajak keruangan pengawas asrama, anehnya ruangan tersebut memiliki ukuran pintu yang yang sama dengan kamar El, tapi saat masuk kedalam ruangan pintu tersebut mengantarkan El kesebuah hutan.

Dalam hutan tersebut, terdapat sebuah rumah raksasa sederhana, dan beberapa peternakan di sampingnya.

"Jadi... anu... Tn. Bunisora. Kita berada dimana?" ucap El gugup, saat terpaksa mengikuti pengawas asramanya kedalam sebuah rumah.

"Sebentar biar aku membuatkan mu minuman" ucap Tn. Bunisora yang sedang sibuk di dapurnya.

Tidak lama sebuah gelas besar yang terbuat dari kayu di letakan diatas meja dengan kasar, el yang sedang duduk dan memperhatikan sekitar terkejut bukan main.

"Minum lah..!" ucap Tn. Bunisora

El mengangguk dan mengambil gelas itu dengan kedua tangannya, ie meneguk minuman asing berwarna merah dihadapanya dengan hati-hati, ia mengerutkan dahinya sebagai refleks jika minuman tersebut memiliki rasa yang aneh.

"Ini buah naga...." Ucap El terkejut.

"Kau suka..? aku membelinya dari perkebunan Sam yang ada jauh disebelah Barat akademi Reingard.."

"Tentu saja, sudah lama sekali aku tidak meminum jus dari buah yang sangat berharga ini" El meneguk minumannya dengan cepat.

"Pelan-pelan bocah, tidak akan ada yang mengambil minumanmu..!"

"Ehh... maaf maaf" el menyeka bibirnya "Terimakasih Tuan"

"Jadi.. apa yang kau lakukan, diperpustakaan selarut ini?" ucap Tn. Bunisora

"Anu... eh.. apa sebuah pelangaran jika aku keperpustakan pada malam hari" ucap El gugup, ia menundukan kepalanya.

"Hahahah kau lucu sekali!" Tn. Bunisora mengelus kepala El dengan lengan besarnya "Bukan.. bukan, hanya saja jarang sekali seorang murid yang datang kemari dengan keangkuhan keluarga yang mereka bawa, mengunjungi perpustakaan."

"jangan samakan aku!"

"Ada apa bangsawan kecil? Hahahha"

"Aku bukan bangsawan!!!" teriak El, ia mengebrak meja dan bangkit.

Tn. Bunisora terdiam sesaat, kemudian memasang senyuman ramah "Hahahaha, mata mu sungguh bagus, untuk anak seumuran mu... duduklah,,"

El duduk kembali dan meredakan amarahnya, ia tahu perbuatanya itu sangat tidak sopan, "Maafkan aku"

"Tidak apa.. kau ingin jus tambahan?"

"Tidak usah.. minuman ini terlalu berharga untuk orang sepertiku.., Tuan bolehkan aku bertanya sesuatu?"

"Ya silahkan!"

"Kita berada dimana...? bukannya tadi kita berada diasrama? dan pintu tadi... Kenapa aku keluar pada sebuah pohon besar dihutan ini?"

"Tenang-tenang, bocah.. biarkan aku mencerna pertanyaanmu"

Tn. Bunisora mengambil gelas kosong dimeja, meletakannya pada tempat pencucian barang dan kembali duduk di depan El.

"Cubebox!"

"Apaa..? apa itu?" tanya El kebingungan

"Sepertinya aku harus menjelaskan dari awal... kau tau sejarah Reingard?"

El mengangguk tidak yakin, "Sedikit"

"Dahulu kala Eurasia hanya sebuah dataran luas tanpa nama, dengan penduduk yang berhubungan baik, tanpa perbedaan, tanpa memandang status, bahkan berbagai Ras saling menghargai dan hidup berdampingan.. semua dimulai saat ras Elf berperang dengan manusia"

"Aku pernah dengar sejarahnya, 15 tahun yang lalu.. para Elf memberontak dan berbuat onar karena suatu alasan.. akhirnya mereka kalah dan punah dari benua ini."

"Ya kurang lebih seperti itu, peperangan tersebut terjadi selama 3 tahun, perang yang sangat panjang... dan selama peperangan para Elf memiliki sihir unik sendiri yang bisa mengatur ulang sebuah mantra sihir dan menuliskan perintah baru.. Cubebox salah satunya, mereka membuat Cubebox diberbagai tempat untuk bersembunyi."

"Aku tidak mengerti..? semacam teleport?"

"Mudahnya seperti ini.. jika kau bercermin akan ada dua sisi. Tubuhmu yang sekarang adalah ruanganku didalam asrama dan pantulan tubuhmu dicermin adalah Cubebox"

"Jadi ini bukan hutan sungguhan?"

"Hahaha kau menganggap ini hutan sungguhan? Kemari ikuti aku"

El keluar dari rumah dan berjalan mengikuti Tn. Bunisora. Ia diperintahkan untuk berlari menuju pepohan didepan mereka.

"Lari lah, jauh kedalam hutan!"

El mengangguk, ia ditemani serangga aneh yang pernah ia lihat saat di acara penjamuan makan malam kemudian ia mulai berlari kedepan secepat yang ia bisa, saat ia yakin sudah berlari cukup jauh, tiba-tiba ia melihat punggung seorang raksasa. 'Tn. Bunisora? Aku kembali ketempat semula'

"Kau mengerti?"

"Sedikit, tempat ini seperti kotak yang tidak berujung?"

"Ya seperti itulah.." ayo kembali kedalam.

"Ini menganggumkan.." ucap El girang. "Apa kau bisa membangun sebuah kota disini?"

"Jangan bercanda bocah.... ruangan ini sudah diatur oleh pembuatnya agar nampak seperti hutan, aku hanya menempati peninggalan para Elf."

"Luar biasa... kita seperti berada didimensi lain"

"Bisa jadi... sejak dulu aku selalu ingin mempelajari sihir ini, tapi aku terlalu malas.. aku lupa sesuatu.. siapa namamu?"

"Aku.. ee...!"

"Ada apa? Sejak tadi aku tidak melihat lencana keluargamu"

"Aku seorang Ash! Ash EL"

Tn. Bunisora terkejut bukan main, ia bahkan terhentak dari tempat duduknya, El hanya menunduk, dia tahu betul ekspresi orang yang mengetahui nama belakangnya, semuanya akan menatapap jijik.

"Wahahahahahah ini sangat menarik" teriak Tn. Bunisora "Sepertinya para murid tahun ini akan benar-benar menjadi pengacau! Hahahhaa"

El kebingungan dengan ekspresi raksasa didepannya, yang tertawa puas. "Ada apa?"

"Maaf-maaf... aku terlalu banyak tertawa.. aku penasaran akan jadi seperti apa kalian, kau benar-benar panda yang menarik Purgis"

"anooo... bisakah aku mendapatkan pejelasan?"

Tn. Bunisora bangkit dari dtempat duduknya, ia menyeka air mata yang keluar karna tertawa cukup lama. Sampai akhirnya ia sadar waktu sudah semakin larut.

"Kau caritahu saja sendiri, tidak akan menarik jika aku ceritakan semua... sebentar lagi matahari akan segera terbit, sebaiknya aku mengantarkan mu kembali kekamar.. ayoo!!!"

***

"Keluar kau penguntit.. hahahha" ucap Tn. Bunisora.

"Seperti biasa kau memang yang terbaik dalam merasakan hawa keberadaan" Tn. Purgis yang sedari tadi bersembunyi didalam rumah, akhirnya menunjukan diri. "Jadi dia murid yang kau asuh?"

"Ya.. Bocah yang dikutuk.. lagi pula kau ketua penerimaan murid tahun ini. Pasti kau merencanakan sesuatu? Panda licik!"

"Wow wow, sabar dulu raksasa... aku hanya menerapkan metode baru dalam penerimaan siswa, aku bahkan tidak mengenal langsung para siswa itu" Ucap Tn. Purgis. "Kita mengadakan pertemuan ini untuk berbagi informasi bukan?"

"Yayaya.. dimana nenek tua itu"

"Kau merindukan ku raksasa buruk rupa?" ucap Ny. Sopia, ia membuka pintu perlahan dan sebuah angin sejuk masuk kedalam rumah beserta aroma wangi yang menenangkan.

"Bisakah kau datang dengan normal Shopia?" protes Tn. Purgis sambil beberapa kali bersin karena angin yang dibawa Ny. Shopia.

"Hah" ucap Ny. Shopia menggelengkan kepalanya, ia meraih kursi disamping Tn. Bunisora dan duduk "Kalian sungguh tidak berkelas.."

"Bisakah kita mulai? Kalian selalu seperti sepasang suami istri yang bertengkar"

"Mana mungkin!!!!" Teriak Ny. Shopia dan Tn. Purgis.

"Aku akan mulai. Di asrama Jayadille memiliki 3 murid yang benar-benar harus diwaspadai, anak seorang kepala sipir penjara Nusaq.., seorang anak misterius yang mengenakan topeng sejak pertama datang kemari, dan anak yang terlibat langsung dengan komite keamanan Reingard.." ucap Tn. Bunisora.

"Wah.. wah.. sepertinya anak-anakmu sunggu berantakan." Ejek Ny. Shopia "Dan kau melupakan satu orang lagi, Anak yang dikutuk Ash El"

"aku mengesampingkan bocah itu, karena dia cukup ramah"

"Sepertinya asrama Equasted akan memimpin tahun ini..." Potong Tn. Purgis "anak-anaku sunggu berpotensi, Keluarga terkaya di benua Eurasia. Arasyd, anak dari pemimpin organisasi penyihir wanita. Dan yang terakhir, Seorang anak yang memiliki aura bangsawan kelas atas kekaisaran Eurasia, tapi aku tidak yakin betul."

"Sebaiknya kau melindungi bocah itu, kau tahu para komite kemanan Reingard, sedang memilih murid-murid berbakat untuk kepentingan mereka sendiri?" ucap Ny. Shopia

"Aku tahu betul. Itulah tujuan kita berkumpul saat ini" Tn. Purgis memandang Ny. Shopia dengan serius.

"Jadi bagaimana dengan para penghuni Asrama Luxivillary?" tanya Tn. Bunisora.

"Aku tidak begitu yakin" Ny. Shopia merubah tatapannya seketika "Mereka anak-anak yang terlihat cukup baik, saat ini aku hanya memperhatikan satu orang?"

"Siapa yang kau khawatirkan?"

"Pemilik sihir element terkuat." Potong Tn. Purgis "Eagust Lust!"

"Ya kau betul panda.. Keluarga Eagust sejak dulu terkenal dengan sihir element cahaya mereka tapi anak ini sedikit aneh" ucap Ny. Shopia cemas "ia memiliki sesuatu yang dingin ditubuhnya"

"Hahahhahaha kau bergurau, bocah aneh yang selalu membawa pedangnya dan datang membuat kericuhan tidak mungkin mengancam Reingard" Ucap Tn. Bunisora

"Bukan begitu, aku sudah menggunakan sihir ku, untuk melihat energi kehidupan, sifat, kekekuatan, psikologis, dan mental para penghuni asrama Luxivillary. Tapi ada yang aneh dengan Lust, Jauh didalam hatinya menyimpan sesuatu yang gelap, dan dingin... aku tidak yakin apa itu."

"Ya setidaknya tahun ini akan menjadi sangat menarik...," ucap Tn. Bunisora

"Kita awasi terus perkembangan mereka,.. terutama untuk acara besok" Tn. Purgis bangkit dari kursinya dan berjalan keluar "kalian harus mempersiapan acaranya bukan?"