webnovel

Sayembara

"Apakah aman meninggalkan Cloe seorang diri di pondok?"

Kendati raut wajah Lucio tampak sangat datar, tetapi di balik suaranya Mr. Rolleen tahu pria muda itu sedang khawatir. Mereka sedang berada di jalan menuju kota. Beberapa hari lalu, Menteri Louis mengajak mereka bertemu dengan beberapa menteri kerajaan untuk mendiskusikan keikutsertaan pondok obat milik Mr. Rolleen dalam acara yang akan digelar sebentar lagi. Dalam satu bulan ke depan, kerajaan Naserin akan kedatangan tamu penting dari kerajaan tetangga—kerajaan North Dom dan Vuneel.

Kerajaan Naserin dan North Dom telah sepakat melaksanakan pemilihan peramu terbaik yang dapat mengobati penyakit langka, milik satu-satunya pewaris di kerajaan North Dom. Bukan tanpa alasan mengapa kegiatan ini dilaksanakan di Naserin. Mengingat Naserin terletak di tengah-tengah dua kerajaan lainnya, maka untuk menjangkau semua peramu yang ada di tiga kerajaan, pilihan terbaik adalah melaksanakannya di Naserin.

Kerajaan North Dom adalah salah satu kerjaan penghasil sutera terbaik. North Dom pula satu-satunya kerajaan yang dipimpin oleh seorang ratu yang bukan berasal dari keturunan bangsawan. Tetapi dia jelas bukan pribadi yang dapat dianggap mudah kendati darahnya cukup tabu untuk berada di garis kekuasaan. Namun, bukankah dia termasuk orang yang hebat, mengingat dia mampu berdiri di atas singgasana kendati tidak bisa ditampik bila dia mendapatkannya setelah suaminya—Raja Simon—tewas karena penyakit yang telah dideritanya sejak lahir.

Dari pernikahan mereka, keduanya dikaruniai seorang puteri bernama Atala. Usianya sepantaran dengan Cleo. Sayang sekali, tampaknya gen sang puteri lebih condong ke arah ayahnya lantaran gadis itu membawa penyakit turunan langkah tersebut. Ini bukan penyakit menular yang dapat menakuti semua orang, sebaliknya, penyakit ini justru terbilang terlalu unik. Sang puteri hanya akan tertidur pulas begitu matahari terbenam dan akan terbangun kembali di pagi hari, bertepatan ketika sinar surya menerpa wajahnya.

Raja Simon juga mengalami hal serupa saat remaja hingga dewasa. Sampai suatu ketika, beliau tidak lagi terbangun bahkan jika mentari telah terbit. Menyadari hal itu, Ratu Veren merasa khawatir lantaran puterinya pun memiliki penyakit yang sama. Dia telah mengupayakan banyak hal untuk mengobati kelainan tesebut, tetapi sayangnya, puteri Atala tidak kunjung membaik.

Hingga kemudian, Ratu Veren mendapati kabar dari beberapa sumber, bahwa di belahan dunia tertentu ada seorang peramu magis yang dapat membuat berbagai macam obat untuk mengobati penyakit apapun. Dari sanalah niat sang ratu yang kemudian membawanya pada langkah ini; mencari si peramu melalui sayembara yang akan dilaksanakan di Naserin. Sementara Mr. Rolleen yang mahir membuat ramuan pun diikutkan.

Bisa saja Menteri Louis merekomendasikan Mr. Rolleen untuk mengobati sang puteri, tetapi di satu sisi, ratu Veren merasa bahwa dirinya tidak punya banyak waktu sehingga dia tidak memiliki pilihan untuk menyegerakan sayembara ini. Menurutnya, peluang untuk menemukan obat jauh lebih banyak bila dia mengerahkan orang-orang terbaik dari berbagai negara. Lagipul, Mr. Rolleen sudah terlalu tua untuk mengikuti sayembara, sehingga mau tidak mau Lucio yang harus ikut serta.

Padahal, ini adalah salah satu kesempatan yang paling Cleo tunggu sepanjang hidupnya. Sayangnya, saat ini dia bahkan tidak bisa bergerak bebas. Gadis itu sedang menjadi tahanan pondok hingga batas waktu yang tidak dapat ditentukan. Bukankah itu mengerikan?

Sementara sudah satu minggu sejak pertengkaran Lucio dan Cleo di pegunungan, Mr. Rolleen pun tidak banyak bertanya mengapa keduanya tampak bagai orang asing ketika bertemu, padahal mereka berada di tempat yang sama. Walau terkadang Lucio masih sering menanyakan keberadaan Cleo begitu tidak menemukannya di dalam pondok, tetapi di pihak Cleo, gadis itu benar-benar bertingkah seolah Lucio tidak pernah ada dalam hidupnya.

"Tenang saja, aku sudah membuat pondok ilusi," jawab Mr. Rolleen sembari menjepit cerutu di antara bibirnya. "Musuh tidak akan menemukannya," imbuhnya.

Lucio mengangguk. Dia menatap keramaian pasar yang terlalu sibuk. Beberapa pejalan kaki atau bahkan kereta kuda silih berganti melintas dan melewati keduanya, hingga kemudian mereka berbelok ke arah jembatan besar yang menghubungkan kota dengan istana.

Istana Naserin dibangun di tengah-tengah danau besar. Hal ini manfaatkan pembuatan strategi bila kemungkin hal buruk terjadi pada kerajaan. Invasi kerajaan lain misalnya.

Mr. Rolleen menarik napas lantas menghembuskan asap cerutunya begitu mereka berhasil melalui jembatan penghubung dan mulai memasuki permukiman bangsawan.

Tetapi tingkah aneh Lucio, keheningan kelam yang melanda, memaksa Mr. Rolleen memutar otak untuk mencari bahan pembicaraan.

Ditatapnya Lucio yang berjalan di sebelahnya. Pria muda itu tampak tenang. "Lucio," panggil Mr. Rolleen. Di sampingnya, Lucio melirik sekilas lalu kemudian kembali menatap ke depan, "sejujurnya, aku tidak ingin bertanya mengapa beberapa hari ini kamu dan Cleo terlihat bagai orang asing. Tetapi, tingkah kalian sudah sangat keterlaluan sehingga aku merasa sangat kesepian." Helaan napas Mr. Rolleen terdengar berat, tetapi tampaknya hal itu tidak berpengaruh banyak terhadap rekasi Lucio. Pemuda itu masih diam mendengarkan. "Jadi katakan, ada masalah apa di antara kalian?"

"Tidak ada yang terjadi," jawab Lucio cepat. Dia lantas melirik Mr. Rolleen yang sedang menatapnya dengan kening berkerut. "Semua baik-baik saja, dan jangan khawatir sebab satu-satunya perempuan yang akan aku nikahi di masa depan hanyalah Cloe, jika itu yang kamu khawatirkan. Aku tidak pernah berniat berurusan dengan lawan jenis karena mereka merepotkan. Setidaknya aku sudah cukup mengenal Cleo meski kepribadiannya sangat buruk."

Bibir Mr. Rolleen mencebik dan langkahnya terhenti. Lucio berbalik dan menunggu pria tua itu melanjutkan, "Tentu saja kamu akan menikahi cucuku apapun yang terjadi." Lucio di depan sana tersenyum, tetapi sebaliknya wajah Mr. Rolleen justru tampak murung dan hal itu membuat Lucio bertanya-tanya. "Tetapi aku juga tidak ingin melihat Cloe tersiksa saat bersamamu."

Mendadak raut wajah Lucio mengeras. Ada kerutan samar di dahinya saat bertanya, "Apa maksudnya?"

"Lucio ...," entah mengapa Lucio merasa waspada begitu mendengar Mr. Rolleen memanggil namanya. Binar ketenangan dalam raut wajah sang peramu tampak transparan tetapi anehnya Lucio tidak dapat menebak isinya, "..., sekarang aku merasa ragu untuk menikahkan kalian berdua di masa depan. Yang aku lihat, Cleo sama sekali tidak menerima keberadaan mu." Mr. Rolleen mendongak, menatap langit kebiruan. Tampak mengagumkan kendati tanpa bercak awan yang melengkapi. Lalu di detik berikutnya, Mr. Rolleen menatap Lucio dengan senyum pudar. "Dan sepertinya ... kamu pun tidak menginginkan Cleo dalam hidupmu."

Itu benar, pikir Lucio.

Akan tetapi, Lucio justru tidak mengerti begitu menyadari bahwa kini kedua maniknya melebar dan dia menatap Mr. Rolleen tidak percaya. Dia tiba-tiba mengeram, "Aku sama sekali tidak mengerti maksudmu? Bukankah kamu sendiri yang memintaku untuk menikahi Cloe sehingga aku dapat menjadi muridmu seutuhnya?"

Mr. Rolleen terkekeh. "Aku tahu," jawabnya. Tetap jawaban itu sama sekali tidak memuaskan dahaga ingin tahu Lucio yang besar.

"Lalu apa?"

"Lucio ... dengarkan aku," Mr. Rolleen menghentikan ucapannya seolah sesuatu yang besar telah menjanggal lehernya hingga dia merasa pedih untuk melanjutkan, "sepertinya aku akan merasa bersalah bila menyatukan kalian sementara kalian tidak memiliki perasaan satu sama lain." Lucio di posisinya masih tidak bergeming. "Bagaimana kalau kita buat kesepakatan," sambung Mr. Rolleen sembari tersenyum.

Lucio mengernyit. "Kesepakatan apa?"

"Mulai sekarang aku tidak akan menentukan masa depan kalian dengan cara menikahkan kalian. Dengan kata lain, kalian boleh menikahi siapapun yang kalian cintai di masa depan. Aku tidak akan memaksa." Suara Mr. Rolleen terdengar sangat jelas, tetapi anehnya telinga Lucio terasa mendengung tidak keruan. Ada apa ini? pikirnya. "Mengenai kamu menjadi muridku, aku tidak akan mengingkarinya. Kamu akan tetap menjadi muridku jadi tenang saja. Tetapi sebagai gantinya, bila di masa depan kalian memang tidak ditakdirkan untuk bersama, bisakah kamu menjenguk Cleo sesekali untuk memastikan gadis itu baik-baik saja." Mr. Rolleen terkekeh.

"Kamu tahu sendiri bagaimana kelakukan Cleo," sambung Mr. Rolleen sembari tersenyum getir. "Aku berharap kamu mau menganggapnya sebagai keluarga meski dia menyebalkan."