ReBirth 48
Chapter 21: Apa yang terjadi pada Lita?
Shin meminum tegukan terakhir dari tehnya, ia lalu mengelap mulutnya menggunakan tisu.
"Baiklah, tampaknya kini semuanya sudah normal," ucap Shin yang saat itu menatap Cera. Ia terlihat gelisah karena malu.
"Hey Cera," panggil Shin pelan.
"Iya master!" balas Cera yang saat itu tertegun kaget.
"Hentikan sikap canggungmu itu, aku kesini karena ingin meminta sesuatu," ucap Shin yang menatap Cera serius.
"A-apa itu Master?"
"Aku ingin sebuah motor," ucapnya yang menatap Cera dengan serius.
Cera terdiam, ia kemudian berfikir.
"Aaaaah, boleh saja. Tapi kenapa anda ingin mengendarai motor? Bukankah lebih baik mengendarai mobil seperti milik saya? Lagian mobil baru juga sangat langka di kota baru Zakaerta," jawab Cera yang saat itu langsung menanyakan apa yang ia pikirkan.
Shin terus menatap, ia menatap Cera dengan tatapan serius.
"Siaal! Aku harus menjawab apa, jika aku bilang aku hanya ingin bersenang-senang bukankah itu hanya menghancurkan pesona kewibawaanku? Aku adalah pemimpin dan harus menjadi contoh. Siaaal!" seru Shin di dalam hatinya dengan panik sambil terus memasang wajah serius.
Beberapa saat kemudian, Cera tersentak. Ia kemudian teringat berbagai cerita yang ia dengar dari Veila tentang aksi dari sang Mr.Silance. Ia adalah sosok yang tak bisa di prediksi, semua rencananya tidak akan terpikirkan oleh kita yang hanya bawahannya. Karena itu, kalau kau mengetahui rencananya dan malah ikut campur hanya merusak prediksi sempurna dari Mr.Silance.
"Aaaaa ...." Shin berniat menjawab, tapi .....
"Hentikan master, anda tak perlu menjawabnya. Kalau begitu mari kita langsung pergi untuk membeli motor," ucap Cera yang melakukan saran Five Prefix.
"Eh? Kenapa dia tiba-tiba berhenti? Yah, terserahlah. Jika itu artinya aku bisa mendapatkan motor." Shin bergumam dalam hati sambil merasa bingung.
"Baikah, ayo," balas Shin yang saat itu langsung berdiri.
"Baik."
Mereka berdua langsung bangun dan berjalan menuju pintu keluar, tapi langkah shin tiba-tiba saja terhenti ketika melihat seorang wanita berpakaian pelayan menyambutnya di pintu keluar.
"Master," ucapnya singkat.
Shin kaget, ia kemudian mencoba mempercepat semuanya sebelum muncul masalah lainnya.
"Sikap yang sangat bagus, sekarang aku serahkan perintah nya padamu Cera." Shin langsung melirik Cera.
"Baik Master, tolong urus semua hal di toko ini ya. Serta temukanlah pekerja baru," perintah Cera.
"Baik Nona, kalau begitu saya permisi untuk segera melakukannya," jawab pelayan itu yang kemudian berjalan masuk kedalam Kafe. Shin melihat wanita itu yang memiliki pandangan begitu dingin.
"Ayo master," ajak Cera yang sudah berjalan duluan, mereka kemudian bergerak ke arah parkiran di kiri.
Cera membukakan pintu mobil, bentuk mobilnya seperti limosin, tapi ukurannya lebih kecil.
Setelah Shin dan Cera masuk, mobil mereka langsung meloncur ke toko kendaraan. Tapi, di tengah perjalanan tiba-tiba saja Cera berkata.
"Master, bagaimana jika kita pergi ke toko busana dulu dan membeli baju untuk anda. Tampaknya baju anda terlihat tidak cocok untuk mengendarai motor."
"Okey," balas Shin dengan singkat.
"Yah, terserah. Selama aku mendapat motor aku tak terlalu memikirkan soal pakaian yang kukenakan," tambah Shin di dalam hati.
***
Sekitar 15 menit kemudian, Shin berjalan keluar dari tempat ganti baju. Tampak saat ini ia terlihat sangat tampan, dan dengan setelan rambut barunya membuat ia terlihat lebih memikat.
"Bagaiman tampilanku?" tanya Shin yang dengan gerakan tampan bertanya padanya.
Muka Cera Hanya memerah, ia tak bisa menjawab karena Shin terlihat sangat tampan.
"Hey Cera, apa kau baik-baik saja? Jangan melamun." Shin langsung menepuk kedua pundak Cera.
"A-ah, iya. Anda terlihat sangat tampan, kalau begitu saya ingin membayar pakaiannya dulu," jawab Cera yang dengan muka merah berjalan menuju pelayan toko itu.
Beberapa menit kemudian, mobil kembali jalan dan mereka berdua sampai ke toko yang di tuju.
Memang ada pembeli lainnya, tapi tak seramai itu shingga membuat Shin harus mengantri. Bahkan belum ada beberapa saat, seorang lelaki gendut langsung berjalan menghampiri Cera.
"Waah nona Cera, ada apa sayang kembali ke sini?" tanya Lelaki gendut itu sambil mendekati Cera.
"Haha, tidak ada tuan. Aku kesini hanya ingin membelikan motor untuk lelaki tampan ini."
Setelah mengucapkan itu, tiba-tiba saja Cera berbisik.
"Seperti biasanya, yang terbagus dan cocok untuknya," bisik Cera sambil menyeringai.
"Heheeh, saya paham apa yang anda maksud nona. Serahkan saja semuanya pada saya," respon lelaki itu.
Tiba-tiba saja tangan Shin di tarik untuk melihat-lihat deretan motor bagian dalam. Desain disana sangat keren sekali.
"Menurut saya, bagaimana daengan motor ini?" Lelaki gendut itu kemudian memperlihatkan sebuah motor keren mengkilap bewarna hitam.
Shin berjalan mendekati motor itu, ia melihat seluk beluk motor itu dengan seksama.
"Gilaaa! Keren banget njir motornya!" seru Shin di dalam hatinya.
"Huuum, menurutku ini saja sudah cukup sih," ucap Shin masih terus memandangi motor itu.
Setelah mengucapkan itu, Cera bergerak ke arah Lelaki gendutnya yang kemudian mereka berdua tampak berbincang-bincang. Sepertinya ini adalah saat skill negosiasi Cera akan sangat berguna. Setelah berapa lama, mereka berdua pun selesai setelah berjabat tangan.
"Oiya, motor ini juga memiliki sistem peta dan navigasi, tapi hanya peta Zakaerta saja yang ada, seiring berjalannya waktu. Peta akan bertambah dengan sendirinya," jelas pria gendut itu yang kemudian menyalan di bagian tengah setang motornya bisa menyala dan menampilkan peta.
"Buset, canggih amat. Bagaimana ya ekspresi Lita saat mengetahui kakaknya memiliki motor seperti ini?" tanya Shin yang dengan reflek bertanya seperti itu pada dirinya sendiri.
"Oiya, aku baru teringat. Hey Cera, bagaimana kondisi adikku?" tanya Shin yang saat itu melirik ke Cera.
Cera baru saja berjalan ke arah Shin setelah lelaki gendut itu pergi.
"Eh? Oiya, saat ini adik master sedang berada di akademi yang di bangun oleh para Enders. Apakah anda ingin menjenguknya?" jawab Cera sambil melihat ke arah motor.
"Tentu," balas Shin dengan semangat, karena dia saat ini memiliki tujuan.
"Baiklah, tunggu sebentar." Cera berjalan kembali arah lelaki gendut tadi, ia kemudian kembali dengan helm berwarna hitam yang sangat cocok dengan motornya.
"Baiklah, mari kita per ...."
Tiba-tiba saja perkataan Cera terhenti karena ia mendapatkan laporan dari bawahannya. Sepertinya terjadi masalah lagi di salah satu cabang toko lainya.
"Aaaah, bagaimana ini. Tiba-tiba saja saya mendapatkan laporan darurat."
Shin entah kenapa malah merasa senang.
"Yes! Aku bisa bergerak bebas!" teriaknya di dalam hati.
"Yah, menurutku tak masalah. Kalau begitu kusarankan kau segera tangani masalah itu saja." Shin memberi perintah sambil menerima helm dari Cera.
"Kalau begitu saya setel navigasi untuk ke akademinya tuan," respon Cera yang langsung mendekati motor shin. Ia pun melihat-lihat map di motor itu, lalu di setelnya untuk menunjukan arah ke akademi.
"Selesai, kalau begitu saya izin undur diri Master. Hati-hati dalam perjalanan anda," ucap Cera yang langsung berlari meninggalkan Shin dengan terburu-buru. Tampaknya gadis itu kini telah kehilangan rasa takutnya akan hawa di sekitar Shin.
Shin menatap lurus sambil memegangi helmnya.
"Baiklah, mari kita bersenang-senang!" serunya dengan semangat.
***
Beberapa menit kemudian~
"Wohoooo! Seru banget ini mah! Dan motor ini juga sangat cepat! Sepertinya tidak sia-sia pengetahuan ditubuh ini tentang berbagai jenis motor," seru Shin di dalam hatinya dengan senang sambil menyebut di jalan.
Ia terus menyalip motor-motor yang ada di depannya sambil mengikuti arah yang ditunjukan oleh navigasi. Setelah hampir 15 menit berkebut-kebutan akhirnya Shin bisa melihat akademi yang sangat besar.
Shin memelankan kecepatannya untuk masuk kedalam gerbang, dan pergi menuju tempat parkir.
Yang tak ia sangka adalah, banyak sekali murid yang saat itu sedang lalu lalang. Apakah sekarang jam istirahat ya?
Shin dengan bingung turun dari motor, lalu melepas helmnya. Ia kemudian menaruh helmnya sambil merapikan baju yang membuatnya terlihat sangat tampan.
Ia tak sadar bahwa saat ini sedang menjadi pusat perhatian. Shin yang masih belum sadar berjalan ke salah satu murid perempuan.
Dengan nadanya yang keren dan tampan, ia bertanya.
"Hey, apakah kau tau gedung untuk murid-murid yang masih SMA di mana?" tanya Shin dengan aura di sekitarnya yang menawan.
"I-itu, ada di bagian timur. Tepatnya di gedung K," jawab gadis itu terbata-bata.
"Terima kasih atas bantuanmu nona yang cantik, kalau begitu saya permisi dulu," respon Shin yang langsung pergi berjalan meninggalkan gadis itu.
Gadis itu yang sedang bersama temannya langsung beteriak kegirangan karena sangat senang bisa mengobrol sosok yang keren dan kaya seperti Shin.
Shin terus berjalan menuju area yang di beritahu sambil masih menjadi pusat perhatian. Walau begitu Shin tak menyadarinya karena terbiasa menganggap dirinya adalah karakter sampingan.
"Apakah ini gedung yang di maksud?" Shin melihat salah satu gedung yang ada logo K besar nya. Shin berjalan masuk ke gedung.
"Huuum, aku tak tau lokasi adikku ada di mana, apakah aku perlu bertanya lagi ke salah satu murid di sini?" gumam Shin di dalam hatinya sambil berjalan di koridor depan, ia kemudian secara tak sengaja melihat keremunan.
Karena kerumunan itu menghalangi jalannya untuk lewat, ia terpaksa harus melewatinya.
Tapi! Betapa kagetnya saat itu ia sedang melihat adiknya Lita. Sedang terduduk di lantai dan di siram air oleh salah seorang laki-laki di sana.
Shin tiba-tiba merasa sangat marah. Karena ia juga langsung ingat bahwa adiknya dulu juga sering di bully. Shin benar-benar merasa sangat kesal, hawa membunuhnya seketika naik.
Zabs!
Shin yang tadi ada di belakang kerumunan langsung menghilang, dan muncul di samping Lita sambil memegang tangan laki-laki yang menyiramkan air.
"Cukup," ucap Shin singkat.
"Eeeh? Siapa kau ini!" teriak laki-laki itu yang langsung mencoba melepaskan diri.
"Ka-kakak?" ucap Lita terbata-bata karena menangis.
>>Bersambung<<
~Higashi