Memegang beberapa lembar kertas dari kulit, Marvin merasa tergerak.
Dia mengenali bahasa itu tapi tidak berbicara dalam bahasa itu.
Itu adalah bahasa para Kurcaci Kuno. Sebelum suku Kurcaci jatuh, ras ini memiliki peradaban yang sangat baik. Prestasi mereka di bidang Teknik menyaingi para Orang Kerdil.
Marvin hanya mengetahui sangat sedikit tentang jatuhnya Kurcaci Kuno, tapi dia mengetahui cukup banyak soal kekuatan Teknik mereka.
'Sepertinya lembaran-lembaran ini berisi pengetahuan tentang Teknik mereka.'
'Aku tidak memiliki kelas Teknik, dan bahkan dengan pengetahuan bangsawan, aku masih tidak bisa membacanya.'
'Tapi benda ini harus dijaga dengan hati-hati, ini mungkin akan berguna nanti.'
Marvin tidak mengenali karakter yang ada di atas, tapi dia bisa mengerti tentang desainnya.
Ada simbol yang realistis di atas tumpukan dari kertas-kertas kulit itu. Jika tebakannya benar, itu seharusnya semacam konstruksi yang sangat terkenal di bidang Teknik, itu Mekanisme Gargoyle.
Tampaknya peti harta karun ini tidak digali oleh para Kurcaci, melainkan telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Marvin mengambil tumpukan kertas kulit itu bersama dengan batu permata yang terbuat dari material yang tidak diketahui dan menyimpanya dengan hati-hati.
Ada cukup banyak permata berwarna biru, tapi dia benar-benar seorang pemula di bidang [Geologi] dan [Menilai Permata] sehingga dia tidak bisa mengetahui asal permata ini.
He had to find a specialist jewel appraiser.
Dia harus mencari seseorang yang spesialis dalam menilai permata.
Tapi karena batu permata dan cetakan biru tentang mekanisme Gargoyle disimpan bersama, maka dia berasumsi kemungkinan dua hal ini berasal dari tempat yang sama.
...
Karena tumpukan dari kerta kulit para Kurcaci Kuno, gua kecil dan lembab ini tidak terasa kotor lagi.
Marvin dengan gembira mengikuti jalan kecil itu.
Dia segera tiba di ujung gua dan mulai merasakan ada sebuah dinding. Sebuah balkon kecil muncul di depannya setelah mendorong sebuah batu.
Matahari terbenam bisa terlihat di kejauhan saat kabut tebal mulai naik ke lembah.
Tubuh kecil Marvin berdiri di ujung balkon, melihat ke bawah.
Dia melihat gerbang biara tidak terlalu jauh. Kedua Biksu Menyedihkan itu menjaga pintu, benar-benar tidak tahu apa yang terjadi di dalam.
Para budak merah tua akan bersembunyi di belakang pintu Lorong Hantu untuk berdoa, jadi jika tidak ada masalah, mereka tidak akan pergi keluar.
Adapun Dewa Iblis, hanya ada beberapa dari mereka di dalam biara ini. Marvin berharap keberuntungannya tidak akan terlalu buruk karena biara ini cukup luas. Tentunya dia tidak akan bertemu salah satu dari mereka bukan?
Disisi dari balkon itu ada pohon kecil dengan akar yang dalam, bahkan tumbuh didalam batu.
Marvin mengikat salah satu ujung dari Tali Penuh Harapan itu ke pohon, dan satunya lagi ke pinggangnya.
Di bawah matahari yang terbenam, di memegang tali itu dengan kuat, dan dengan hati-hati turun ke bawah, sedikit demi sedikit.
Bayangan gesit Marvin bisa terlihat secara perlahan menuruni tebing dalam kabut.
Tiga menit kemudian, kakinya menyentuh bagian bawah.
'Berhasil turun dengan selamat.'
Dia memeriksa sekelilingnya dan tidak menemukan jejak dari para Dewa Iblis itu.
Setelah membaca mantra untuk melepas tali itu, Tali Penuh Harapan itu secara otomatis menggulung dirinya sendiri di atas, tanpa meninggalkan jejak.
Itu akan tetap siaga sampai Marvin ingin naik kembali. Dia hanya perlu membacakan mantra dan tali itu akan meregang kembali.
Bagaimanapun ini adalah skill dari peri tertinggi. Hanya mereka yang memiliki kemampuan untuk membuat sebuah peralatan yang pandai.
Mengambil keuntungan dari cahaya yang masih ada sedikit di langit, Marvin mempersiapkan dirinya untuk mulai berjalan masuk. Dia kemudian tiba di aula pertama.
Tapi pada saat itu, dia mendengar ada suara kuda yang tiba-tiba mendekat, datang dari ke dalam lembah itu.
'Tidak baik!'
'Itu adalah Dewa Iblis!'
'Dia sudah dekat!'
Marvin menjadi tegang dan menempelkan dirinya ke dinding tebing secara naluriah. Dia dengan cepat bergerak beberapa langkah dan menemukan sebuah celah kecil.
Bersembunyi!
[Bersembunyi (41+9) skill berhasil digunakan!]
[Bonus Efek Alam Liar…]
[Lingkungan (Dinding Gunung, Kabut Tebal) bonus…]
...
Seorang tinggi menggunakan baju pelindung menunggangi seekor kuda perang yang menakutkan tiba di ruang kosong di luar Lorong Hantu.
Ada sekitar sepuluh meter dari sini sampai ke pintu.
Marvin mencengkram belati melengkungnya dengan kuat, sangat gugup.
Dia tidak akan bisa mengalahkan Dewa Iblis semacam ini!
Dewa Setan sendiri hampir setinggi dua meter, dan dia menunggangi seekor kuda perang yang menakutkan. Marvin mungkin tidak cukup tinggi untuk mencapai pinggangnya.
Selain itu dia mengenakan satu set lengkap baju pelindung yang merupakan kutukan dari kelas Ranger.
Jika belati melengkungnya memotong baju pelindung yang kuat seperti itu mungkin akan bengkok. Sedangkan untuk mengenai bagian penting….
Karena makhluk ini sudah mati sekali, mereka tidak lagi memiliki bagian penting.
Berasumsi dia hanya seorang dengan peringkat 2, estimasi Marvin jika dia adalah Pembunuh Bayangan yang berada di puncak peringkat 2, itu masih akan menjadi situasi yang sulit untuk melawan salah satu dari mereka.
Pertahanan dan daya tahannya cukup tinggi untuk membuat seseorang geram.
Air suci akan berfungsi, tapi sayangnya, air suci yang ada di Keong Kekosongan Marvin hanyalah air suci dengan konsentrat yang rendah.
Air suci yang di jual oleh Gereja Perak telah dicampur. Kekuatan suci yang ada didalamnya mungkin hanya 1/100000.
Itu sudah cukup untuk membunuh mayat hidup, tapi menggunakan itu untuk menghadapi Dewa Iblis sangat tidak masuk akal, itu seperti membunuh seekor anjing ganas dengan parfum.
Marvin hanya bisa berdoa semoga skill bersembunyinya bisa menunjukkan efeknya.
Dewa Setan itu dengan cepat melewati Marvin tapi dia tiba-tiba berhenti.
Marvin menjadi tidak percaya diri.
Tapi bertentangan dengan harapannya, si Dewa Iblis itu tiba-tiba mengeluarkan beberapa kata yang terdengar aneh dan tidak menyenangkan.
Tidak butuh waktu lama untuk membuka pintu gerbang biara itu.
Dewa Iblis itu mengendalikan kuda perangnya untuk langsung masuk ke dalam, tidak melihat ke belakang.
Kedua Biksu Menyedihkan itu masih tetap tanpa ekspresi saat pintu itu tertutup lagi.
Debu-debu beterbangan.
...
'Beruntung aku tidak turun lebih lambat lagi dan pasti akan bertemu langsung dengan si Dewa Iblis itu.'
Tiga menit kemudian, Marvin basah kuyup oleh keringat, dan tidak berani untuk tinggal disitu lebih lama lagi, dengan cepat dia memasuki Lorong Hantu.
Skill Bersembunyi-nya menyelamatkan nyawanya kali ini. Mungkin Dewa Iblis itu tidak menduga akan ada seseorang yang bisa menyelinap melalui pengawasan dari dua Biksu Menyedihkan itu.
Tetapi jika itu terjadi waktu dia masih tergantung-gantung, dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk menyembunyikan dirinya atau buru-buru mengemas barang-barangnya.
Dewa Iblis ini pasti keluar untuk menjalankan misi. Bos mereka, [Pembalas] Fegan, adalah seseorang yang penuh dengan ambisi, tinggal di aula ketiga. Di masa lalu dia adalah pengikut dari lich yang sedang tertidur, tapi kemudian dia memiliki ide lain mengenai Keilahian itu.
Seorang pria yang merepotkan, dan Marvin tidak berniat untuk bertemu dengan Fegan untuk mengajaknya minum secangkir teh.
Tujuan utamanya kali ini adalah delapan belas kamar yang berada di antara aula pertama dan Lorong Hantu.
Mungkin ada para budak merah di kamar-kamar itu. Mereka tidak mati tapi Dewa Iblis merampas kemampuan mereka untuk berpikir, Membunuh mereka hanya akan mendapatkan jumlah pengalaman yang sangat sedikit dan bahkan tidak akan memberinya apapun.
Namun ada banyak harta karun didalam kamar-kamar itu, dan itulah yang menjadi target Marvin.
Marvin menggunakan Menghilang, berjalan dengan hati-hati di dalam Lorong Hantu yang tenang itu.
Walaupun Biara Merah Tua bukanlah kota di bawah tanah dan kemungkinan ada jebakan di dalamnya sangatlah rendah, tapi tetap saja pekerjaan yang dikerjakan Marvin saat ini adalah pekerjaan yang sangat berbahaya, jadi dia haruslah lebih berhati-hati.
Memicu jebakan akan menjadi hal yang sangat mengerikan, terlebih lagi jika itu adalah jebakan alarm.
Lukisan-lukisan menggantung di kedua sisi dari Lorong Hantu. Semuanya adalah potret. Ksatria, bangsawan, penyihir, orang terpelajar…
Semua potret-potret orang ini semuanya tersenyum, tapi senyumannya sangat aneh.
Jika kamu menatap lukisan itu terlalu lama, itu akan membuat tulang punggung kamu gemetar.
Mata mereka terasa seperti sedang menatap balik ke arahmu. Senyum mereka terlihat menyembunyikan sesuatu yang jahat.
Ada sesuatu tentang lukisan-lukisan ini.
Tetapi Marvin tidak memeriksanya, karena dia sudah sering pergi ke Biara Merah Tua ini. Selama dia tidak memperhatikan lukisan-lukisan itu, dia tidak akan mendapat masalah.
Dia mengikuti jalan yang ada di Lorong Hantu untuk beberapa waktu sampai dia tiba di sebuah persimpangan.
Jalan tersebut memiliki tiga jalur yang berbeda. Setiap jalur menuntun ke kamar-kamar, masing-masing jalur memiliki 6 kamar dengan total 18 kamar
Di ujung dari jalur yang ketiga itu ada aula pertama.
'Tujuan Akhir.'
Marvin lebih condong kearah sebelah kiri. Dia berencana untuk menyisir kamar-kamar itu satu demi satu mulai dari yang sebelah kiri, untuk mencari peti harta karun.
Benda-benda tidak biasa mungkin saja ada di dalam peti harta karun itu. Marvin pernah mendapat belati yang tidak biasa di tempat ini di kehidupannya yang lalu. Belati itu memiliki efek yang cukup bagus, jadi dia menggunakannya cukup lama.
Pada saat itu, dia tiba-tiba menangkap sekilas sebuah lukisan di sudut matanya.
Lukisan ini cukup istimewa dan Marvin tiba-tiba tertarik untuk melihatnya.
'Oh? Lukisan ini… Kenapa aku tidak pernah melihatnya di kehidupanku yang lalu?'
Marvin, sedikit terkejut, melihat lukisan yang terakhir di sisi kiri dinding dari Lorong Hantu.
Sebuah lukisan wanita muda, warna rambutnya sama seperti warna gandum dan senyumnya sangat menarik.
Dia sangat berbeda dari lukisan orang-orang yang lain. Senyumnya terasa sangat tulus.
'Aneh.'
Ini adalah perbedaan pertama antara dunia permainan Marvin yang dulu dan dunia saat ini.
Dia tetap diam dan memperhatikan deskripsi dari lukisan itu.
Tapi nama lukisan itu membuat dia melompat mundur, ketakutan.
[Gadis Tanpa Kepala!]
Apa ini adalah hantu?!
Wanita di lukisan itu jelas seorang wanita muda yang baik!
Marvin tiba-tiba dipenuhi perasaan aneh.
Dia merinding, tiba-tiba melihat ke jendela statusnya dan informasi pertempuran.
Tidak ada yang terjadi.
'Apakah itu hanya perasaanku saja?'
'Tidak ada kutukan dan tidak ada tekad… Apakah keberanianku berkurang?'
Marvin bergumam, kembali melanjutkan perjalanannya.
Dia dengan cepat mendekati kamar pertama, dengan perlahan dia mendorong pintu itu meninggalkan lubang kecil.
Dia bisa melihat sebuah kasur dari kayu di dalam kamar tersebut berkat cahaya redup dari matahari yang terbenam, dan duduk di atas tempat tidur itu seorang pria dengan acuh tak acuh.
Budak Merah Tua!
Marvin membuka pintu itu dengan kakinya dan menjaga tubuhnya tetap rendah, lalu berguling di lantai sebelum menyerang dari ujung tempat tidur itu.
Si budak merah tua itu terbangun dan baru saja mau mengeluarkan suara tapi belati melengkung Marvin telah memotong tenggorokannya.
Tidak ada darah. Tidak ada teriakkan.
Si budak merah itu mati begitu saja.
Mereka bukan boneka yang memiliki jiwa jadi Marvin hanya mendapat 11 exp saja dari membunuhnya.
Sama seperti Pencuri dengan level rendah, bahkan lebih buruk.
Tapi ada kompensasi lagi di dalam kamar itu.
Sebuah peti kayu yang lusuh tampak berada disisi tempat tidur yang kosong itu.