webnovel

Raja Para Kesatria

Sebuah cerita perjalanan Pangeran Sura yang telah menghancurkan pusat kekuatannya untuk menyelamatkan Ibu, kakak dan neneknya dari kematian akan tetapi membahayakan dirinya sendiri dan mengakibatkan pertumbuhan kekuatannya mengalami hambatan sehingga tidak bisa mengembangkan keahlian beladiri ya di dunia yang penuh dengan raksasa dan monster. Akan tetapi Pangeran Sura mendapatkan Ilham dari para dewa sehingga bisa meningkatkan kekuatan jiwa nya dan membantunya dalam mencapai keinginannya

Hendy_Irvan · Oriental
Classificações insuficientes
26 Chs

Mari Kita Pesta

Dengan mengusap matanya Noris terbangun dan melihat Pangeran Sura dan Turi sedang berlatih satu sama lain. "Mengapa kamu bahkan terlihat rajin hari ini Mada?" Kata Noris sambil memakai kembali topengnya

Melihat Noris yang terbangun, Pangeran Sura berbalik dan berkata "bukankah udaranya sangat segar? mana mungkin aku melewatkan ini" kemudian menarik nafas dalam dalam seolah olah sedang menghirup udara pagi yang sangat segar.

"Ya ya ya terserah kamu" kata Noris tidak memperdulikan omong kosong Pangeran Sura. Tak lama suara perut terdengar dari Noris.

"Kakak aku tahu tempat yang banyak sekali buah jambu dan apel berbuah" kata Turi setelah mendengar bunyi perut Noris yang lapar.

"Benarkah?" Kata Noris berseri seri

"Tunggu apa lagi, mari kita kesana!" Kata Pangeran Sura. Mereka akhirnya pergi ke kebun buah yang sedang berbuah banyak.

Setelah beberapa saat Roni dan yang lain bangun, termasuk Instruktur Baron dan kepala desa Suri. Melihat dua orang yang tadi malam tidur di sampingnya tidak ada Roni bertanya kepada Putri Sonya dan Putri Rara, "Apakah kalian lihat anak anak nakal itu?"

"Tidak" Putri Sonya dan Putri Rara menggelengkan kepalanya. "Kami juga baru saja bangun, mungkin mereka sedang berjalan jalan di desa" lanjut Putri Sonya.

"Setelah mengerjaiku, berani beraninya mereka pergi jalan jalan tanpa aku" kata Roni sambil berjalan keluar dan mencari Pangeran Sura dan Noris.

"Kalian semua bersiaplah kalian akan menanam padi hari ini" goda instruktur Baron kepada murid muridnya. Roni kemudian mendekat kepada gurunya dan berkata "e.... Instruktur Baron, apakah tidak terlalu berlebihan jika kami harus menanam padi juga? Karena bandit bandit itu akan datang kapan saja."

Instruktur Baron tersenyum cerah ke arah Roni, jika Pangeran Sura dan Noris ada disana pasti hal itu membuat mereka merinding saat melihatnya. "Aku membuat kalian bekerja sebagai petani ini juga untuk latihan fisik kalian, selain itu kalian juga bisa menyamar saat bandit bandit itu tiba sehingga kita bisa menyerang saat mereka lemah." Ucap Instruktur Baron.

"Tapi setelah dipikirkan memang berlebihan jika kalian menanam padi di sawah itu" kata instruktur Baron seakan akan berpikir mencari solusi untuk itu sebelum akhirnya berkata lagi "maka kalian akan menanam disawah itu dan menggemburkan tanah di sawah sebelah timur" sambil menunjuk kearah matahari terbit.

Senyum yang tadinya ditunjukan oleh Roni karena ucapan gurunya sebelumnya, kini menggantung kering setelah mendengar kata kata berikutnya dari Instruktur Baron. Mendengar itu kedua Putri dari kerajaan Guntur langsung pergi untuk mengambil bibit padi dan pergi ke sawah yang akan ditanami padi, mereka tidak mau berurusan dengan alat pembajak sawah kemarin.

"He Heey, bukankah ini pekerjaan kita bersama?" Kata Roni kepada kedua Putri dari Kerajaan Guntur itu, tapi tidak ada balasan seolah olah mereka tidak mendengar teriakan Roni.

"Apakah Kamu keberatan?" Tanya Instruktur Baron dengan masih memperlihatkan senyum di wajahnya. Roni tidak menjawab tapi hanya menggelengkan kepalanya dan pergi mengejar Putri Sonya dan Putri Rara.

Sementara itu di kebun buah Desa Pagar Tani Pangeran Sura, Turi dan Noris mulai memanjat pohon pohon untuk mengambil buahnya. "Apel ini belum matang?" Tanya Pangeran Sura

"Tidak memang begitulah Buah apel di desa kami, bentuknya kecil dan berwarna hijau tapi rasanya sangat enak" kata Turi

Pangeran Sura dan Noris pun memetik buah itu dan kemudian mencicipinya. "Apel ini lebih asam dari dugaanku!" Kata Noris. Melihat itu Turi terkikik kemudian berkata "jika kalian mau, buah jambu dikebun depan itu rasanya manis" sambil menunjuk ke arah kebun jambu.

Kebun buah itu berada di depan Desa Pagar Tani dekat jalan utama desa sehingga banyak orang orang desa yang terlihat lalu di jalan dan menyapa Turi, Noris dan Pangeran Sura.

"Turi kenapa kamu tinggal bersama Paman Suri?" Tanya Pangeran Sura sambil menggigit buah jambu yang baru dia petik.

"Aku tinggal bersama kakek karena Ayah dan Ibuku sudah meninggal saat serangan bandit bandit jahat itu" kata Turi dengan mata tertunduk berkaca kaca. Tampak dari mata dan tau wajah Turi bahwa dendamnya telah terukir jelas di hatinya. Mendengar itu Pangeran Sura langsung merangkul Turi dan berkata "jadilah kuat dan lindungi desamu ini dengan kekuatanmu sendiri." Turi mengangguk dan mengusap air matanya yang mulai berlinang.

Tak lama saat mereka santai di dahan pohon pohon buah itu terdengar suara langkah langkah kuda dari jalan utama desa. Para penduduk yang sedang berjalan dijalan utama atau sedang bekerja di sawah langsung berlari menuju desa saat melihat rombongan pria yang menunggangi kuda.

"Itu mereka!" Kata Turi melihat ke arah jalan dan langsung bergegas turun dari pohon kemudian berlari ke jalan besar. "Berhenti Kalian!" Teriak Turi kepada rombongan orang orang yang menggunakan kuda mencoba untuk menghentikan mereka.

Sekelompok laki-laki menggunakan kuda berhent di depan Turi yang tangannya mengepal keras. "Hehehe anak manis, apakah kamu masih marah kepada kami karena membunuh kedua orang tuamu?" Kata salah seorang pria yang memiliki codet di matanya memimpin 10 orang lain di belakangnya.

"Pandangan matamu membuat kami takut, bolehkah kami lewat pria kecil?" Lanjut pria itu meledek Turi yang ada di depannya.

"Kalian semua binatang! Berani beraninya kalian datang ke desaku lagi!" Teriak Turi marah.

"Kurang ajar, Marlin bunuh dia!" Kata orang tersebut kepada seorang pria berkumis dengan membawa tombak dibelakangnya.

Kemudian Marlin bergerak maju dan mengacungkan tombaknya ke arah dada Turi. "Srrrhh" tiba-tiba sebilah pedang dingin berkilau menggorok leher Marlin yang sedang memacu kudanya.

Tubuh Marlin yang menjadi mayat jatuh ketanah dan kudanya di ambil alih oleh sosok yang telah membunuh Marlin dengan sebuah pedang unik. Melihat bagaimana Marlin mati begitu mudahnya komplotan bandit itu merasakan merinding di kepalanya, jika saja mereka yang diperintah untuk membunuh Turi bukankah mereka yang akan terbunuh?

"Hei anak kecil siapa kamu? Haha sepertinya kamu bukan dari desa ini.. Aku peringatkan untuk tidak ikut campur dengan urusan kami" Kata Pemimpin kelompok bandit itu dengan senyum menyeringai melihat sosok yang menggunakan topeng itu terlihat masih anak anak.

"Aku adalah malaikat pencabut nyawamu" kata Noris sambil menunjuk lawannya menggunakan katana di tangannya.

"Brengsek! Bunuh dia" kata pemimpin bandit itu dan memimpin anak buahnya untuk menyerang bersama.

"Shoo, shoo, shoo"

Anak panah dari arah pepohonan melesat dengan cepat dan telah membunuh 3 orang dari komplotan bandit yang menyerang Noris.

Noris juga terlihat memacu kuda itu kedepan bersiap untuk bentrok langsung dengan para bandit yang datang, Noris mengayunkan katananya menggambarkan sebuah bulan sabi di udara dan bertarung sengit dengan pemimpin bandit tersebut, sedangkan anak buahnya sedang kesulitan menghalau anak panah yang terlihat datang dari berbagai arah. Pangeran Sura membidik para bandit dari kebun buah dengan berpindah pindah dari dahan pohon satu ke pohon satunya, sehingga membuat para bandit kesulitan menebak arahnya.

Kuda yang di tunggangi Noris terkena sabetan pedang pimpinan bandit, karena itu Noris melompat kesamping dan tanpa kehilangan momentum. Dia membunuh satu lagi bandit dan mengambil alih kudanya sehingga pertarungan diatas kuda antara Noris dan pimpinan bandit kembali ketitik awal.

"Bos kita harus kembali, ada roh hantu yang terus memanah kita! Jika begini terus kita akan mati" kata salah seorang bandit yang susah payah menghindari anak panah yang terbang ke arahnya.

"Shoo"

"Srrrhh"

Sebuah anak panah tanpa diduga langsung menembus leher pimpinan bandit itu sehingga dalam keterkejutannya pimpinan bandit itu mati dengan mata melotot dan darah keluar dari leher serta mulutnya.

Melihat bahwa Bosnya mati dengan mudah bandit yang tersisa semua menghambur melarikan diri karena ketakutan. Mereka meninggalkan senjatanya dan mayat rekan rekannya yang tergeletak di tanah.

Melihat bahwa bandit bandit itu pergi Turi sangat senang karena bisa menghentikan bandit yang akan masuk ke desanya. "Kakak terimakasih kak terima kasih" Turi sangat gembira dan berjingkrak jingkrak.

Noris turun dari kuda dan berkata "dialah orang gila yang membunuh orang orang ini!" Sambil menunjuk ke arah Pangeran Sura yang sedang duduk di dahan pohon dengan menutup matanya.

Pangeran Sura memasuki keadaan meditasi setelah melakukan serangkaian serangan menggunakan kekuatan batin penguasa Indra dalam memanah. "Hehehe lama tidak bertemu Sura, bagaimana kabarmu?" Kata Seorang paruh baya dengan pakaian khasnya.

"Halo Raja Nanggi, kenapa ketika aku ingin bertanya sesuatu tentang kekuatan batin aku tidak bisa bertemu denganmu dan disaat seperti ini bahkan aku bisa melihat jelas dirimu di depanku?" Kata Pangeran Sura memarahi Raja Nanggi

"Hahaha kamu memang benar benar bocah, tempramen mu luar biasa" kata raja Nanggi tertawa.

"Kamu selalu bisa bertemu denganku ketika kamu bermeditasi Sura, aku selalu ada disini ketika kamu memiliki pertanyaan. Aku akan senang hati menjawab pertanyaan pewarisku jika aku bisa menjawabnya, tapi ingat aku hanya sisa energi batin yang ditinggalkan Raja Nanggi jadi jangan berharap lebih." Kata Raja Nanggi.

"Huhhh.. baiklah, jadi kenapa kamu sekarang memanggilku?" Tanya Pangeran Sura.

"Hahaha cobalah sesuatu dengan penglihatanmu, kamu pasti akan menemukan jawabannya." Jawab Raja Nanngi sebelum hilang dan Pangeran Sura kembali sadar. Melihat bahwa Noris dan Turi sudah tidak ada, Pangeran Sura bergumam rendah "kenapa mereka meninggalkanku sendirian?"

Sementara itu penduduk desa yang bersembunyi melihat bahwa Turi dan Noris telah berhasil menghalau serangan bandit itu mereka berteriak senang dan membawa kedua orang itu keliling desa dengan wajah bahagia. Noris yang kebingungan tidak bisa melakukan apa apa karena sudah di tarik dan di gendong oleh penduduk desa.

Disisi lain Roni dan kedua Putri dari kerajaan Guntur itu sedang beristirahat setelah menanam padi di sawah. "Kemana dua anak nakal itu, tidak mungkin hanya kita bertiga yang harus menggarap sawah itu" kata Roni dengan nafas berat.

"Apa katamu? Maksudmu kamu sendiri bukan kami, kalau bukan karena kamu tidak akan pekerjaan itu jadi kamu yang menggarap sawah itu sendiri" Kata Putri Rara dan pergi meninggalkan Roni.

"Hey hey bagaimana janji kita tentang susah senang bersama?" Teriak Roni

Kemudian terdengar suara sayup dari kejauhan membuat Roni dan Putri Rara dan Putri Sonya memandang ke arah jalan utama, suara suara itu mulai terdengar jelas dan terlihat banyak warga yang sedang menggendong Turi dan Noris diatas pundak orang orang desa yang sedang berteriak.

"Kota kita aman!"

"Bandit bandit sudah mati"

Sorakan dari warga desa menggema dan membuat warga desa yang melihatnya pun ikut senang dan ikut mengarak Turi dan Noris.

"Siapa yang membunuh para Bandit?"

"Tuan muda Turi dan temannya yang mengenakan topeng!"

Bisik bisik warga yang melihat dan mulai ikut mengarak keliling desa.

"Semua cukupkan kerja kalian mari kita adakan pesta untuk malam ini, para bandit telah mati" kata para warga yang terlihat sangat senang.

"Aaaah akhirnya aku tidak harus bekerja keras hari inii, oh terima kasih tuan Noris kamu penyelamat ku. Mari kita Pestaaaa" teriak Roni sambil berlari kearah kerumunan dan ikut berteriak bersama warga desa.