Siang ini matahari bersinar terik sekali, seakan benar benar berada diatas kepala. Aksara sedikit melenguh. Keringatnya mulai mengucur deras melewati pelipisnya. Tapi agaknya itu bukan sebuah masalah besar, pemuda itu lebih memilih memberikan seluruh atensinya pada gundukan tanah basar bertaburkan kelopak mawar merah dan putih.
Nama abah tertilus di nisannya.
Lagi lagi, Aksara tidak bisa menahannya, mulai menangis di pundak ibuk yang justru terlihat tenang menaburkan bunga diatas makam abah.
Tidak ada yang sangat kacau kecuali Mas Yudhis yang terpengkur di tanah, mengusap nisan abah seraya menangis tanpa suara. Mas Abim di belakangnya mencoba menenangkan, sesekali mengusap air matanya yang tanpa ia sadari mengalir deras.
Sedang Arjuna, pemuda itu duduk diam. Tatapannya kosong dengan wajah pucat. Tangannya yang bergetar sesekali mengusap makam abah.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com