webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Realista
Classificações insuficientes
312 Chs

Makan

Ruang kelas mulai sepi ketika siswanya satu persatu pergi meninggalkan ruang kelas hendak menuju kantin untuk mengisi perut masing masing. Tapi tidak dengan Nathalie dan yang lainnya. Mereka lebih memilih tetap di dalam kelas untuk menyantap bekal sebelum nanti saat istirahat kedua mereka bisa pergi ke kantin untuk membeli makanan lagi.

Benerapa siswa lain juga sepertinya memilih untuk tetap berada di dalam kelas dan tidak beranjak. Memilih memakan bekal yang mereka bawa. Termasuk Tiara yang duduk bersama dua siswa yang sepertinya bersedia berteman dengan gadis itu. Sebenarnya Nathalie sedikit merasa kasihan, namun posisinya saat ini sedang serba salah sehingga gadis itu memilih untuk tetap diam dan tidak berkomentar banyak.

"Lihat mamaku tadi masak udang asam manis," seru Karin semangat.

"Ada orang di dunia ini yang suka udang?" tanya Angel lengkap dengan wajah menyebalkannya, "Aku sih udah phobic. Ga doyan. Udang gaenak. Amis. Baunya bikin mual,"

Capítulo Bloqueado

Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com