webnovel

Queen Seohyun

Shin Yoo Ri jatuh hati pada pandangan pertama kepada seorang pemuda yang dijumpainya saat berteduh dari hujan. Yoo Ri tidak tahu jika pemuda yang disukainya itu adalah sang pewaris tahta, Putra Mahkota Yi Jin. Sejak pertemuan pertamanya dengan Yi Jin, Yoo Ri terus mencari keberadaan pemuda itu namun tidak pernah ia jumpai lagi. Pada akhirnya, Yoo Ri berhasil bertemu kembali dengan Yi Jin saat ia datang ke istana. Pada saat itu juga ia mengetahui jika pemuda yang ia sukai adalah sang pewaris tahta. Sejak saat itu Yoo Ri bertekad untuk menjadi pendamping bagi Yi Jin. Bagaimana kisah selanjutnya dari Shin Yoo Ri? Akankah ia berhasil meraih tekadnya untuk menjadi pendamping bagi sang pewaris tahta?

nhiefeliana · História
Classificações insuficientes
24 Chs

Chapter 18

"Kita bertemu lagi rupanya."

Putri Soo Jin mengerutkan keningnya saat mendengar kakak keduanya itu berakata seperti itu. Ia memandang Yoo Ri lalu kembali memandang sang kakak dengan kerutannya masih menghiasi keningnya. "Kalian berdua saling mengenal?" tanyanya karena penasaran.

"Kami hanya pernah bertemu sebelumnya," jawab Yi Jin dengan senyuman tipis tersungging di wajah tampannya. "Belum mengenal secara pribadi."

"Begitu rupanya." Soojin mengangguk-anggukkan kepalanya. "Lalu, di mana kalian pernah bertemu?"

"Saat pesta ulang tahun jusang jeonha, Gongju mama," jawab Yoo Ri. Ia tidak ingin memberi tahu jika awal pertemuan dirinya dengan sang putra mahkota adalah di luar istana, karena itu pasti akan membuat pewaris takhta itu dalam masalah.

Yi Jin yang mendengar jawaban dari Yoo Ri kembali menarik ujung bibirnya. Ia tidak mengira gadis itu akan memberikan jawaban tersebut, bukannya memberitahu awal pertemuan mereka yang terjadi di luar istana.

"Kalau begitu, Jeoha, gongju mama, saya pamit undur diri. Terima kasih sudah mengantar saya," ujar Yoo Ri lalu membungkuk sejenak sebelum akhirnya meninggalkan mereka berdua.

"Tapi kita belum sampai di gerbang keluar istana," gumam Soojin. Gadis itu lalu menoleh ke arah sang kakak yang sedang memandangi punggung Yoo Ri yang semakin menjauh.

Entah bagaimana, tetapi Soojin justru menangkap arti tatapan yang diberikan Yi Jin kepada Yoo Ri adalah tatapan rasa suka. Namun pada kenyataannya adalah sebaliknya. Karena pikirannya tersebut, Soojin menarik kedua ujung bibirnya dan merasa senang karena berpikir sang kakak menyukai gadis itu, dari pada Kim Chae Yoon.

"Baiklah, aku juga akan kembali ke kamarku. Sampai jumpa, Orabeoni," pamit Soojin yang lalu pergi begitu saja meninggalkan sang kakak.

~"~

Song Sanggung---pelayan pribadi dari putri Soojin---merasa sangat penasaran dengan sikap sang putri yang sedari tadi terus saja tersenyum sejak kembali ke kamar. Wanita ber-dangui hijau itu ingin bertanya apa yang sedang dipikirkan sang putri sampai membuatnya tersenyum, tetapi Putri Soojin selalu melarangnya untuk bertanya apapun jika sedang berpikir seperti ini. Sang putri menyuruhnya menunggu karena mungkin saja ia akan memberi tahu apa yang sedang dipikirkannya.

"Song Sanggung," panggil Soojin pada akhirnya.

"Ah ye, Mama. Ada apa?" tanya Song Sanggung terlihat senang. Ia berpikir sang putri pasti akan memberitahunya alasan gadis itu tersenyum.

"Aku rasa orabeoni sudah mendapatkan calon istrinya," ujar Soojin membuat pelayan pribadinya itu terkejut.

"Mama, kenapa Anda bisa berpikir seperti itu?" tanya Song Sanggung penasaran.

"Kau ingat gadis yang kita temui tadi? Putri dari Menteri Shin Min Gyu." Soojin sedikit mencondongkan tubuhnya. "Orabeoni sepertinya menyukai gadis itu."

Song Sanggung terdiam karena tidak tahu harus memberikan jawaban apa atas ucapan sang putri. Pasalnya, tebakan Putri Soojin sering kali meleset dari dugaannya. Pernah waktu itu sang putri berpikir jika Pangeran Agung Jaehyang menyukai seorang gadis, hanya karena sang pangeran beberapa kali bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Tapi rupanya, sang pangeran tidak memiliki perasaan apapun kepada perempuan itu, dan tidak lama kemudian perempuan tersebut menikah dengan laki-laki lain.

"O-oh? Kenapa kau diam? Apa kau berpikir jika tebakkanku kali ini juga salah?" tanya Soojin yang mengerti maksud diamnya sang pelayan.

"Ti-tidak, Gongju mama. Hamba tidak berpikir seperti itu," jawab Song Sanggung gugup. Sepertinya ia harus belajar untuk sedikit berbohong agar sang putri bisa senang.

"Benarkah?" selidik Soojin yang dijawab dengan anggukkan kepala sang pelayan. "Kalau begitu baiklah. Oh iya, tolong siapkan camilan untukku. Aku ingin makan beberapa camilan."

"Baik mama. Hamba akan meminta dapur istana untuk menyiapkan camilan untuk Anda," jawab Song Sanggung. Wanita itu lalu berdiri, memberi hormat kepada sang putri, sebelum akhirnya keluar dari kamar gadis itu.

Sementara Soojin, ia kembali memikirkan Yoo Ri. Ia berharap putri mahkota yang terpilih adalah gadis itu, dan bukannya Kim Chae Yoon. Memikirkan jika Chae Yoon yang akan terpilih saja sudah membuatnya merinding. Ia tidak menyukai Chae Yoon, sampai kapanpun ia tidak akan menyukainya.

~"~

"Aku pulang."

Yoo Ri berjalan memasuki rumahnya dengan senyuman yang tidak hilang dari wajahnya itu. Ia senang karena sudah bertemu kembali dengan sang putra mahkota, tidak sia-sia juga dirinya memaksa ibunya agar mengizinkannya mengantar bekal makan siang sang ayah. Semuanya berbuah manis dan membuatnya sangat senang tentunya.

"Aggassi," panggil Bong A yang sedang berjalan mendekati sang nona.

"Oh Bong A-ya, ada apa?" tanya Yoo Ri dengan riang setelah pelayan pribadinya itu berada di dekatnya.

"Bagaimana? Apa Anda bertemu dengan seja jeoha?" tanya Bong A terlihat penasaran.

Yoo Ri tersenyum semakin lebar setelah mendengar pertanyaan dari pelayannya itu. "Dilihat dari wajahku, menurutmu apa aku bertemu dengannya atau tidak?"

Bong A memerhatikan raut wajah sang nona yang terlihat berseri. "Anda bertemu dengan seja jeoha rupanya," jawabnya.

Yoo Ri menganggukkan kepalanya. "Dia semakin tampan dan aku semakin tidak sabar untuk bersanding dengannya nanti."

"Saya doakan Anda bisa terpilih menjadi putri mahkota, Aggassi," ujar Bong A membuat Yoo Ri semakin senang bukan main.

~"~

Para pria bangsawan itu berbaris dengan rapih sambil membawa aplikasi putri-putri mereka, untuk diserahkan kepada petugas yang menerima aplikasi tersebut. Hari ini merupakan hari pendaftaran calon kandidat putri mahkota bagi Yi Jin. Sang raja yang tadinya akan menyelenggarakan hal tersebut dua bulan lagi, memilih untuk mempercepatnya sesuai keinginan sang istri.

Sementara di luar sana para pria bangsawan itu sibuk mendaftarkan putri mereka, di dalam istana Ratu Kim dan juga Ibu Suri Min sedang menikmati teh mereka di kediaman sang ibu suri.

"Hari ini pendaftaran untuk pemilihan putri mahkota sudah dimulai, ya?" tanya Ibu Suri Min sebagai basa-basi.

"Ye, Eomma mama. Hari ini pendafataran sudah dimulai. Aku dengar banyak yang mendaftarkan putri mereka dalam pemilihan ini," jawab sang ratu.

"Begitu rupanya." Ibu suri mengangguk-anggukkan kepalanya. "Setelah pendaftaran selesai, apa kau mau membantuku untuk memilih gadis mana yang lolos dalam pendaftaran ini?"

Ratu Kim tersenyum lebar. "Tentu saja aku akan membantu Anda, Eomma mama."

Tanpa disadari kedua wanita istana itu, mereka sudah memulai pertarungan dalam pemilihan putri mahkota bagi sang pewaris tahta.

~"~

"Aggassi!"

Teriakan melengking dari Bong A membuat Yoo Ri yang sedang serius menyulam di teras kamarnya itu terkejut bukan main, bahkan ia sampai tidak sengaja menusuk jarumnya pada jari telunjuknya. Ia memberikan tatapan tajam kepada pelayannya saat gadis itu sudah berada di hadapannya.

"Kau ini, kenapa berteriak seperti itu? Membuat kaget saja," protes Yoo Ri.

"Maafkan saya, Aggassi," ujar Bong A menyesal. "Saya datang untuk memberi tahu sesuatu pada Anda."

"Sesuatu apa?" tanya Yoo Ri yang terlihat penasaran.

"Sesuatu yang sangat penting."