webnovel

Queen Seohyun

Shin Yoo Ri jatuh hati pada pandangan pertama kepada seorang pemuda yang dijumpainya saat berteduh dari hujan. Yoo Ri tidak tahu jika pemuda yang disukainya itu adalah sang pewaris tahta, Putra Mahkota Yi Jin. Sejak pertemuan pertamanya dengan Yi Jin, Yoo Ri terus mencari keberadaan pemuda itu namun tidak pernah ia jumpai lagi. Pada akhirnya, Yoo Ri berhasil bertemu kembali dengan Yi Jin saat ia datang ke istana. Pada saat itu juga ia mengetahui jika pemuda yang ia sukai adalah sang pewaris tahta. Sejak saat itu Yoo Ri bertekad untuk menjadi pendamping bagi Yi Jin. Bagaimana kisah selanjutnya dari Shin Yoo Ri? Akankah ia berhasil meraih tekadnya untuk menjadi pendamping bagi sang pewaris tahta?

nhiefeliana · História
Classificações insuficientes
24 Chs

Chapter 12

Helaan napas terdengar untuk kesekian kalinya yang berasal dari Pangeran Agung Jaehyang, yang saat ini sedang duduk diam sambil memandang langit biru yang cerah siang ini.

"Sampai kapan aku harus seperti ini, Gongju," ujar Jaehyang.

Putri Soojin yang ditanya oleh kakaknya itu tidak menjawab pertanyaan tersebut, sang putri saat ini sedang serius melukis kakak pertamanya itu. Sudah hampir satu jam lamanya ia menyuruh sang kakak duduk diam seperti itu sebagai peraga lukisnya, namun lukisan tersebut masih belum juga selesai.

"Soojin-a, aku sudah pegal. Boleh aku sedikit melakukan peregangan?" tanya Jaehyang tanpa melihat sang adik sedikitpun, karena gadis itu menyuruhnya seperti itu.

"Astaga, orabeoni ini banyak bicara. Tunggu sebentar, lukisannya akan selesai," jawab Putri Soojin pada akhirnya.

"Baiklah, aku akan tunggu. Hasilnya harus memuaskan, jika tidak aku akan menghajarmu," ancam Jaehyang tidak serius tentunya.

"Kalau orabeoni berani menghajarku, akan aku laporkan pada abba mama."

Jaehyang tertawa mendengar keseriusan sang adik. Gadis cantik ini tidak bisa ia ajak bercanda rupanya. "Aigoo, aku hanya bercanda, tenang saja."

Hening. Tidak ada percakapan lagi diantara kakak beradik itu. Soojin kini hampir menyelesaikan lukisan kakaknya dan hanya tinggal diberi pewarna.

"Omong-omong orabeoni," panggil Soojin memecahkan keheningan mereka.

"Ada apa?" tanya Jaehyang. "Apa aku sudah bisa bergerak?"

"Ya sekarang kau bisa bergerak," jawab Soojin. "Satu lagi, apa orabeoni sudah tahu abba mama akan memberlakukan pembatasan pernikahan?"

Jaehyang yang sedang melakukan sedikit peregangan itu terdiam sejenak setelah mendengar berita tersebut. Ayahnya akan segera memberlakukan pembatasan pernikahan? Berarti pernikahan kerajaan akan segera berlangsung. Sepertinya ia akan dilangkahi oleh adiknya.

"Ah sepertinya seja jeoha akan segera menikah," ujar Jaehyang. "Aku baru mendengarnya darimu."

"Oh kau baru mendengar rupanya, aku pikir sudah mendengar sebelumnya."

"Lupakan soal itu, bolehkan aku melihat hasilnya?"

Jaehyang berjalan mendekati sang adik untuk melihat hasil dari lukisan sang adik. "Wah, kau pelukis yang hebat rupanya," pujinya setelah melihat hasil dari lukisan sang adik. Sungguh sangat bagus dan rapih, bahkan hasilnya tidak terlalu jauh dengan dirinya yang asli. "Karena sekarang kau sudah selesai melukisku, silakan untuk kembali ke istana. Eomma mama pasti menunggumu."

Soojin menghela napasnya berat setelah kakaknya itu menyuruhnya pulang. Ia sama sekali tidak ingin pulang. Dirinya ingin menginap beberapa hari di sini, menemani kakaknya yang selalu sendirian ini.

"Ayo segeralah pulang," usir Jaehyang walaupun sebenarnya ia juga tidak ingin adik perempuannya ini pulang.

"Baiklah, aku akan pulang. Sampai nanti orabeoni."

~"~

"Aggassi!"

Teriakan dari Bong A sang pelayan pribadi, membuat Shin Yoo Ri yang sedang asyik menyulam itu sejenak menghentikan kegiatannya tersebut. Gadis ber-jeogori hijau daun itu menatap Bong A yang sedang berlari kecil ke arahnya, yang berada di teras kamarnya.

"Aggassi!" panggil Bong A setelah gadis pelayan itu berada di hadapan nonanya. Tidak ada respon apapun dari Yoo Ri, yang hanya terdiam sambil memandangnya. Bong A sedikit mengatur napasnya sebelum akhirnya menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan, "aggassi, ada berita bagus untuk Anda."

"Berita bagus?" Yoo Ri terlihat antusias dan penasaran dengan berita bagus apa yang didapatkan pelayan pribadinya itu. "Apa itu? Cepat katakan padaku."

"Jusang jeonha akan memberlakukan pembatasan pernikahan," jawab Bong A membuat Yoo Ri menjerit tertahan.

Gadis bangsawan itu terlihat sangat bersemangat dan senang dengan kabar baik yang ia dengar itu. Jika pembatasan pernikahan akan diberlakukan, berarti pernikahan kerajaan akan berlangsung, dan artinya keinginan dirinya untuk menjadi pendamping putra mahkota akan terwujud. Baru membayangkan dirinya berjalan bersama sang pewaris takhta menuju singga sana saja sudah membuatnya tersenyum bahagia.

"Itu adalah berita yang sangat baik, Bong A-ya. Terima kasih sudah menyampaikan berita itu padaku," ujar Yoo Ri sambil menggenggam kedua tangan pelayan mudanya itu. "Bong A-ya, jika aku terpilih menjadi putri mahkota, kau harus ikut bersamaku ke istana dan jadilah pelayanku yang setia.

"Tentu saja, Aggassi. Bong A pelayanmu ini akan menjadi pelayan yang setia untuk Anda dan akan selalu mendukung Anda."

"Terima kasih, Bong A-ya."

~"~

Tangan lentik Chae Yoon terulur saat manik matanya menangkap jepitan rambut cantik di salah satu penjual. Kebetulan saat ini ia sedang pergi keluar rumah untuk berjalan-jalan ditemani oleh pelayannya, yang sedang ia tugaskan membeli camilan kecil. Seulas senyuman tersungging di wajah gadis itu kala mencoba jepit tersebut di rambut hitamnya sambil bercermin.

"Aigoo, kau memilih jepit yang bagus, Aggassi. Jepit itu sangat cocok untukmu," puji penjual aksesoris tersebut.

"Kalau begitu aku akan membeli ini satu," ujar Chae Yoon karena senang mendapat pujian dari penjual tersebut. Ia menyerahkan beberapa keping uang kepada sang penjual. Setelahnya ia tidak segera beranjak dari sana karena menanti pelayan pribadinya kembali.

Sambil menunggu pelayannya kembali, Chae Yoon melihat-lihat lagi aksesoris yang terpajang di sana, semuanya sangat cantik tetapi ia tidak ingin berbelanja berlebihan. Aksesoris di rumahnya juga masih banyak dan bagus-bagus, jadi ia hanya membeli satu aksesoris saja.

"Aggassi."

Panggilan dari suara gadis yang tidak asing di telinga membuat Chae Yoon menolehkan kepalanya. Ia tersenyum mendapati pelayan pribadinya---Cho Rong---yang sedang berlari kecil ke arahnya sambil membawa bungkusan berisi camilan yang dipesannya.

"Aggassi, maaf sudah membuatmu menunggu lama," ujar Cho Rong setelah berada di samping sang nona. Gadis yang berusia lebih muda dari nonanya itu terlihat terengah-engah karena sudah berlari.

"Tidak apa-apa, kau tidak membuatku menunggu lama," ujar Chae Yoon lalu beranjak dari tempatnya berdiri. "Apa tadi banyak yang membeli di sana?"

Cho Rong menggelengkan kepalanya sambil memberikan sebuah kue beras kepada nonanya. "Tadi aku membaca pengumuman yang dipasang pihak istana."

"Pengumuman dari istana? Tentang apa?" Chae Yoon terlihat mulai antusias saat mendengar pelayannya menyinggung pengumuman dari istana. Firasatnya mengatakan jika pengumuman tersebut pasti mengenai pembatasan pernikahan.

"Pembatasan pernikahan, sepertinya tidak lama lagi akan diadakan pemilihan putri mahkota," jawab Cho Rong. "Aggassi, jika Anda ikut serta dalam pemilihan tersebut, Anda pasti akan terpilih menjadi putri mahkota karena seja jeoha menyukai Anda," ujar gadis itu dengan memelankan suara saat mengatakan fakta tersebut.

Chae Yoon tersenyum mendengar ucapan pelayannya yang mengetahui hal tersebut. "Aigoo, walaupun seja jeoha menyukaiku tetap saja keputusan siapa putri mahkota kelak diputuskan istana dalam," jelas Chae Yoon walau sebenarnya ia merasa senang dengan fakta tersebut dan berharap bisa terpilih menjadi pasangan dari sang putra mahkota.

"Tidak ada yang tidak mungkin, Aggassi. Aku akan berdoa kepada langit agar Anda yang terpilih menjadi putri mahkota."

Chae Yoon yang merasa senang dengan ucapan Cho Rong mengusap lembut puncak kepala gadis itu. "Terima kasih atas doamu, Cho Rong-a."