Suasana riuh pasar masih terlihat saat ini walaupun matahari sudah berada di puncaknya. Para penjual yang ada di sana berlomba-lomba untuk menarik orang-orang yang berlalu-lalang untuk membeli barang dagangannya. Di antara orang-orang yang berlalu-lalang, terlihat seorang gadis bangsawan yang memakai jeogori berwarna merah dan chima berwarna putih tulang sedang berjalan seorang diri. Tidak ada pelayan ataupun penjaga yang menemani gadis berwajah manis itu. Ia nampaknya sangat menikmati waktunya dengan berjalan-jalan seorang diri.
Gadis itu adalah Shin Yoo Ri, putri dari Menteri Personalia Shin Min Gyu. Yoo Ri memang sangat suka berpergian sendiri tanpa ditemani pelayannya seperti kebanyakan gadis bangsawan lainnya. Tapi terkadang hal itu membuat ia terkena omelan sang ibu, wajar saja dirinya ini adalah putri tunggal dari keluarga Shin jadi ia sedikit di manja oleh kedua orangtuanya, terutama oleh sang ibu. Dan apalagi dalam aturannya, seorang gadis bangsawan harus ditemani oleh seorang pelayan jika berpergian seorang diri.
Langkah kaki Yoo Ri membawa gadis itu ke salah satu penjual aksesoris yang sepi, tidak seperti penjual aksesoris lainnya yang banyak didatangi oleh pembeli. Maniknya memperhatikan setiap aksesoris cantik yang ada di sana. Sebuah norigae cantik berbentuk kupu-kupu berhasil menarik perhatiannya. Tangan gadis itu hendak mengambil norigae tersebut, akan tetapi ada tangan lain yang lebih dulu mengambil norigae incarannya itu. Yoo Ri mendengus kesal karena benda incarannya diambil lebih dahulu oleh orang lain. Ia menoleh dan mendapati seorang pemuda jangkung berdiri di sampingnya dan tengah memperhatikan norigae itu.
"Halmeoni, berapa harga norigae ini?"
"Dua nyang, Doryeon-nim."
"Baiklah aku akan beli ini."
Lagi-lagi Yoo Ri mendengus kesal karena pemuda itu yang akan membeli norigae cantik tersebut. Tidak mau incarannya menjadi milik orang lain, Yoo Ri menahan tangan pemuda tersebut yang hendak menyerahkan uang bayaran kepada sang penjual. "Tunggu doryeon-nim."
Sontak saja hal yang dilakukan Yoo Ri itu membuat sang pemuda menolehkan kepala kepada gadis itu dan menatapnya kebingungan. "Apa ada masalah agasshi?" tanyanya yang tidak tahu apa-apa.
"Iya, sebuah masalah besar," jawab Yoo Ri yang masih menahan tangan pemuda itu. Sebelah tangannya yang leluasa menunjuk ke arah norigae yang digenggam oleh pemuda itu. "Kembalikan norigae itu. Aku yang pertama kali melihatnya."
Kali ini sang pemudalah yang berdengus kesal setelah mendengar ucapan Yoo Ri tadi. Dengan gerakan sedikit kasar, ia menghempaskan tangan mungil Yoo Ri. "Ah, jadi itu masalah besarnya?" tanyanya. Ia sedikit mendekati wajahnya pada Yoo Ri, bahkan sedikit membungkuk agar bisa sejajar dengan gadis tersebut. "Tapi sayang, aku yang pertama kali mengambilnya, jadi ini adalah milikku, Agasshi." Dengan cepat, pemuda itu meyerahkan uang pembayaran norigae-nya dan setelah itu, tanpa merasa bersalah sedikitpun ia berlalu pergi meninggalkan tempat tersebut.
"DORYEON-NIM!" teriak Yoo Ri sangat kesal, membuat orang-orang yang berada di sekitar sana dengan kompak menoleh ke arah Yoo Ri.
Nenek penjual aksesoris itu tertawa kecil melihat Yoo Ri yang terlihat kesal. "Agasshi, tidak perlu kesal seperti itu. Saya masih memliki banyak norigae yang lebih cantik dari norigae tadi," ujarnya.
"Benarkah halmeoni?" tanya Yoo Ri bersemangat.
"Tentu saja. Tunggu sebentar ya." Nenek penjual itu berjongkok untuk mengambil persediaan norigae yang dimilikinya saat ini, setelah mendapatkan norigae cantik yang ia miliki, wanita tua itu tentu saja menunjukkan benda tersebut pada Yoo Ri. "Nah, lihat. Lebih cantik dari sebelumnya bukan?"
Kedua mata Yoo Ri berbinar saat melihat beberapa norigae baru yang memang lebih cantik dari yang dibeli pemuda itu. Ia memperhatikan norigae-norigae itu lalu akhirnya memutuskan untuk membeli norigae berbentuk bunga berwarna merah muda. "Aku beli yang ini."
~"~
Kasim Kang---pelayan pribadi dari Putra Mahkota Yi Jin---berjalan sedikit terburu-buru sembari membawa beberapa buku yang semuanya cukup tebal dan memasuki kediaman sang putra mahkota. Pria berbaju giok itu sedikit mengatur napasnya sejenak sebelum meminta ijin masuk pada sang putra mahkota.
"Jeoha, hamba sudah membawakan buku-buku yang Anda minta," ujarnya namun sama sekali tidak mendapatkan respon apapun dari dalam sana. "Jeoha, hamba sudah membawakan buku yang Anda minta," ujarnya sekali lagi tapi tetap saja tidak ada respon apapun dari dalam sana. Kasim Kang mengembuskan napasnya kasar. "Jeoha hamba akan masuk."
Kasim Kang memberikan kode kepada dua dayang yang berdiri di samping pintu untuk membukakan pintu tersebut. Belum juga kaki sang kasim melangkah masuk ke dalam, Kasim Kang dikejutkan dengan kondisi kamar putra mahkota yang kosong, tidak ada sosok sang putra mahkota di sana, bahkan ia melihat jubah biru milik sang putra mahkota tergeletak di atas meja.
"Jeoha!"
~"~
Putra Mahkota Yi Jin tersenyum lebar saat kakinya berhasil mendarat dengan sempurna di atas tanah di luar istana. Ia akhirnya berhasil melarikan diri dengan aman setelah beberapa kali percobaan di hari-hari sebelumnya. Pemuda yang saat ini memakai pakaian biasa berwarna biru langit itu mulai melangkahkan kakinya, untuk mencari kesenangan yang ada di luar istana. Ia menelusuri setiap jalan, berpapasan dengan orang-orang yang berlalu-lalang dan tak jarang ia mengumbar senyumannya saat beberapa gadis bahkan wanita tersenyum ke arahnya.
Langkah kakinya rupanya membawa ia ke sebuah pasar yang masih ramai saat ini. Jujur saja, ini adalah kali pertama ia pergi seorang diri ke luar istana, tapi sebelumnya ia pernah ke luar istana, walaupun di temani oleh Kasim Kang. Yi Jin menghampiri salah seorang penjual aksesoris yang terlihat sepi dari pengunjung. Ia mengamati setiap aksesoris yang di jual oleh seorang wanita tua itu.
"Silakan, Doryeon-nim," ujar sang penjual ramah.
Yi Jin tersenyum sebagai respon dari ucapan sang penjual. Manik hitamnya lalu tertarik pada sebuah cincin yang cantik. Melihat cincin tersebut, ia menjadi teringat kepada seseorang. "Halmeoni, berapa harga cincin ini?" tanyanya seraya menunjukkan cincin yang di maksudkannya.
"Harganya dua nyang, Doryeon-nim," jawab sang penjual.
Yi Jin menganggukkan kepalanya. Ia kembali melihat-lihat ada barang apa lagi yang bisa menarik perhatiannya dan rupanya ada satu barang lagi yang menarik manik hitamnya itu. Sebuah binyeo giok yang sangat indah. Ia mengambil binyeo tersebut dan juga dengan cincin yang menjadi incarannya. "Aku akan membeli dua benda ini, jadi berapa harganya?"
"Cincin itu dua nyang dan binyeo lima nyang, jadi totalnya lima nyang, Doryeon-nim."
"Baiklah, ini uangnya. Terima kasih halmeoni."
"Sama-sama, semoga hari Anda menyenangkan doryeon-nim."
Yi Jin memasukkan kedua benda tersebut pada kantong yang ada pada lengan bajunya. Setelah itu ia kembali melanjutkan perjalanannya yang entah akan pergi ke mana. Dirinya sekarang benar-benar bingung harus pergi ke mana, tidak ada tempat yang bisa ia tuju saat ini. Baiklah sebenarnya ada, ia bisa saja pergi ke rumah kakaknya---Pangeran Jaehyang---tapi ia sangat malas untuk pergi ke sana, lagi pula tidak ada yang bisa dibicarakan dengan kakaknya itu.
Setetes air tiba-tiba mengenai hidungnya, membuat ia menengadahkan kepalanya. Langit yang sebelumnya cerah sekarang berubah menjadi gelap dan detik selanjutnya awan menurunkan hujannya, membuat para penjual bergegas melindungi barang jualannya dan orang-orang bergegas mencari tempat berteduh, begitu juga dengan Yi Jin yang segera berlari mencari tempat berteduh.