Beberapa orang berkumpul di pinggiran kota, di gang kecil yang gelap. Mereka adalah salah satu dari anggota Rebellion. Mereka sedang merencakanan sesuatu.
"Apa kau menemukan mereka ?" ucap salah satu dari orang itu yang
"Ya, mereka sedang berda di kedai makan" jawabnya
"tetap awasi mereka, sampai waktunya tiba" perintahnya
Mereka menjawab "baik"
Di kedai makan
Bert dan Lisa selesai makan siang. Bert memanggil pelayan untuk membayar makanan. Dan salah satu pelayan wanita berumur 40-an menghampirinya.
"Berapa harga makanan kami ?" tanya Bert kepada pelayan itu
Pelayan itu menatap Bert, nampak penasaran dia bertanya "apakah kamu tuan Bert ?"
Bert terkejut, pelayan itu sepertinya mengenalnya "iya ?" jawab Bert
"Apa kau ingat aku ?" kata Pelayan
Bert memutar memorinya. Dia sering datang ke kedai ini, tetapi baru pertama kali melihat pelayan ini disini. Bert menatap wajahnya yang familiar. Lalu Bert teringat bahwa dulu sekali, waktu pelayan itu masih muda. Dia pernah bekerja disini. Lalu Bert berkata "Ah, iya aku ingat"
"Syukurlah, aku masih mengingat dirimu karena kamu tidak begitu berubah hohoho" ucap pelayan itu
"haha.. benarkah" Bert merasa canggung
"Ngomong-ngomong apakah ini anakmu ?" pelayan itu melihat kearah Lisa
"Iya, dia anakku" jawab Bert
Lisa hanya mendengarkan perbincangan mereka
"Ah ! bearti kau jadi menikahi wanita cantik itu ?" ucap pelayan itu
Bert terkejut mendengar ucapan pelayan itu.
Melihat reaksi Bert, pelayan itu menjelaskan "Kau pernah membawanya kesini, kau bilang bahwa saat itu adalah hari pertama kalian berkencan"
Bert sempat lupa akan memori itu. "i..iya benar" kata Bert
"Haha, kau ingat ? dulu wajahmu sangat gugup. Aku pikir kau sedang merasa tidak enak badan. Aku menghampirimu karen khawatir. Tapi kamu bilang tidak apa-apa. Kamu bilanng hanya merasa gugup karena itu adalah hari pertama kau berkencan dengan seseorang" pelayan itu lanjut menjelaskan
"aku bilang begitu ?" jawab Bert tersenyum
"haha, iya. Kejadian itu sudah lama sekali. Dan melihat anakmu sudah sebesar ini. Dia tumbuh menjadi gadis cantik seperti ibunya. Melihat betapa indah rambutnya dan matanya yang mirip denganmu. Saat pertamakali aku melihatnya, sudah kutebak bahwa gadis ini adalah anak kalian berdua" pelayan itu tersenyum melihat ke arah Lisa
Lisa mendengarkannya dan hanya tersenyum ramah. Sedangkan Bert terlihat tidak nyaman karena Lisa tidak tahu hal ini. Bert mengalihkan pembicaran
"Aah iya, maaf aku sempat tidak mengenalimu. Ngomong-ngomong apakah kau tahu tempat penginapan yang bagus disini ?" tanya Bert
"Aku tahu. Jika kalian berjalan lurus, dipersimpangan belok kanan. Dijalan itu ada banyak pengiinapan" kata pelayan itu sambil mengarahkan jalan
"Terimaksih, kami akan membayar makanan kami" kata Bert
"Baiklah" jawab pelayan itu
Lisa dan Bert keluar dari kedai makan dan berjalan kepersimpangan untuk mencari penginapan. Lisa menatap Bert. Lisa melihat Bert nampak tidak nyaman setelah bertemu pelayan tadi. Lisa tahu bahwa selama ini Bert tidak banyak membicarakan Ibunya. Lisa teringat waktu kecil, dia pernah bertanya tentang ibunya, namun Bert menjadi sedih. Dia tidak ingin melihat Ayahnya sedih. Lalu tidak pernah menanyakan Ibunya lagi. Lisa hanya perlu menunggu sampai Ayahnya siap menceritakan Ibunya dan Dia merasa cukup hanya memiliki Ayah yang sayang padanya. Lisa berkata kepada Bert
"Apakah dulu Ayah dan Ibu pernah ketempat itu ?" tanya Lisa
"Ah.. iya" jawab Bert yang menundukkan kepalanya. Bert merasa sedih. Lisa sadar Ayahnya masih belum bisa menceritakan Ibunya. Dan Lisa tahu hal baru, bahwa nampaknya kenangan Ayah dan Ibunya ada di kota ini. Lisa merasa senang mengetahui serpihan kecil tentang Ayah dan Ibunya. Lisa menyemangati Ayahnya dan berkata.
"Tempat makanan itu sangat enak. Pantas saja Ayah membawa Ibu kesana. Aku pun sangat senang Ayah membawaku ke kedai itu" ucap Lisa yang tersenyum ceria kepada Ayahnya
Melihat wajah anaknnya yang tersenyum ceria. Bert merasa bersyukur telah membawanya kesana. Bert tahu bahwa Lisa sedang menghiburnya karena Dia masih merasa sedih jika membahas tentang Ibunya. Tapi Lisa tidak menanyakannya lebih lanjut dan menyemangati. Bert bangga kepada Lisa dan merasa tertolong karena Lisa yang selalu mengerti dirinya dan selalu berada disampingnya. Bert mengelus kepala Lisa dan berkata
"Iya, kau nampak senang sekali. Maafkan Ayah yang belum siap menceritakan tentang Ibumu" kata Bert dengan tulus
"tidak apa Ayah. Aku punya Ayah yang sayang padaku. Itu sudah cukup" kata Lisa tersenyum
Mereka tersenyum kemudian melanjutkan perjalanan mereka. Mereka sudah sampai di dekat penginapan, namun di tengah jalan Lisa melihat Billy yang memakai seragam bersama dengan seseorang. Lisa berkata kepada Bert bahwa ada Billy disana. Bert melihat kearah yang ditunjukkan oleh Lisa dan benar ada Billy. Mereka berjalan menghampiri Billy. Bert memanggil Billy "Hei Bil". Billy yang mendengar panggilan itu menoleh "Ah, Bert !".
Di Istana
Di ruang kerja Raja, ada Dieger yang berdiri di depan jendela, menatap ke arah Kota. Dieger ditemani pengawal setianya yaitu Ash. Ash hanya terdiam menatap Raja yang sedang memikirkan sesuatu. Raja membuka mulutnya dan berucap "Mereka ada disana, entah apa yang mereka rencanakan. Kita harus selalu siap akan situasi yang akan terjadi. Dan kita tidak boleh membuat warga merasa khawatir"
Ash hanya terdiam mendengar ucapan Raja
"sudah belasan tahun mereka diam. Namun kenapa harus sekarang mereka melakukan pergerakan. Apakah kejadian dulu akan terulang lagi ?" Pikir Dieger yang khawatir dan terbayang dengan insiden dulu, dimana lorong istana dipenuhi dengan darah.
Dieger menghentikan ingatan kelamnya itu lalu berkata "sebenarnya apa tujuan mereka ?"
"Raja, bagaimanapun aku tidak akan melanggar sumpahku. Kami akan melindungimu dan Istana ini" jelas Ash
Raja menoleh ke arah Ash dan berkata "terimakasih, sekarang hanya kau yang berada disampingku" Dieger memandang Ash degan ekspresi kesepian.
Disisi lain Pangeran Zayden dan Niel berada di ruang kerja. Zayden disibukkan dengan lembar kertas yang menumpuk di mejanya. Zayden nampak kesal dan berkata kepada Niel "Akhh! Hari ini adalah ulang tahunku, sejam yang lalu kita berada di pestaku. Lalu kenapa aku disini ?" keluh Zay
Niel menjelaskan "Kau sudah cukup menyapa tamu mu, lalu kau pergi begitu saja meninggalkan pesta, ingat kau juga tiba-tiba membawaku dan bertemu dengan Myra. Dan kau tidak ingin kembali ke pesta. Lalu Raja menyuruhku untuk membawamu ke ruangan kerjamu karena masih ada yang kau periksa" kata Niel yang menunjukkan tumpukan kertas itu.
Zayden tidak membantah ucapan pengawalnya. Dia menghela nafas dan menerima kenyataan "huuh.. baiklah. Aku akan melakukannya. Tapi kita harus pergi malam ini" ucap Zay
"Baik Pangeran" jawab Niel dengan formal
Mendengar jawaban pengawalnya itu, Zay terlihat menggerutu dan berkata dipikirannya 'jiiii..... bisa-bisanya Dia tiba-tiba bersikap sopan. Melihatku tersiksa dengan tumpukan kertas ini moodnya jadi bagus, karena Dia hanya perlu mengwasiku di dalam ruangan dan bisa bersantai disini' gumam Zayden
Zayden mengistirahatkan pikirannya dan berbalik melihat keluar jendela. Tiba-tiba Zayden teringat Lisa. Zayden masih tidak bisa melupakan wajah Lisa di pikirannya. Dia mengetahui dari Myra bahwa Lisa sedang berada di Kota. Zayden berharap malam ini Dia bisa bertemu dengan Lisa di kota.
Niel melihat Zayden yang termenung dan berkata "Ada apa Pangeran ? Apakah anda sudah lelah ?"
Mendengar ucapan formal Niel. Zayden berubah mood dan kembali menghadapi tumpukan kertas di atas mejanya. Zayden menyandarkan kepala di tangannya. Zayden termenung lagi. Dia tersadar bahwa seharian ini, Dia sering memikirkan Lisa. Tidak biasanya Dia seperti ini. Zayden mengingat lagi momen pertemuan mereka di taman. Zayden mengakui bahwa Lisa sangat cantik, dan rambutnya sangat indah. Bayangan Lisa tidak lepas dari pikirannya. Zayden ingin melihat wajah itu lagi. Zayden bergumam "Aku ingin bertemu lagi"
*