webnovel

BAB 5.1 – Diana Charlotte

Karena kaki wanita ini terluka, dan juga karena perintah Rai untuk mengobatinya. Akhirnya mau tidak mau, Al harus menggendong dan membawa wanita ini ke kamar, sedangkan Iki dan Ika membuntutinya dari belakang dengan wajah khawatir.

Sesampainya di kamar, Al langsung menurunkan wanita ini ke atas tempat tidur. Lalu ia pergi mengambil hal-hal yang diperlukan untuk mengobati luka di kakinya. Sedangkan Iki dan Ika tinggal di kamar.

"Kak... Iki minta maaf," ucap Iki setelah Al pergi.

"Ika juga minta maaf, gara-gara Ika kakak jadi terluka seperti ini," sambung Ika.

"Kami janji tidak nakal lagi, tapi jangan bawa kami ke Klan Raltz lagi," tambah Iki.

Wanita ini terlihat bingung. Baginya yang seorang manusia, dia sama sekali tidak begitu mengerti mengenai vampir, apalagi Klan Raltz yang mereka sebutkan. Tapi dia tahu, tinggal di tempat asing bukan hal yang menyenangkan.

"Bilang Kak Rai jangan marah sama kami. Kakak istrinya Kak Rai, pasti dia akan mendengar permintaan kakak," jelas Ika.

Pffttt!

Itu adalah suara yang terdengar saat wanita ini mencoba menahan tawanya. Vampir kembar ini saling berpandangan, lalu menoleh kembali ke arahnya. Dilihatnya wanita ini sedang menutupi mulutnya, mencegah dirinya untuk tidak tertawa.

"Kak...?" panggil Iki.

Haahhh...

Wanita ini menghembuskan napas untuk mengontrol dirinya. Ia berdehem sebelum membuka mulutnya. "Baik, jadi begitu rupanya... Pertama, aku baik-baik saja. Kedua, berhenti minta maaf. Dan yang ketiga, aku bukan istri Rai," jelasnya.

Wanita ini kemudian mengulurkan tangannya dan mengelus kepala kedua vampir kecil ini. "Satu lagi, aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan mengenai Klan Raltz. Tapi... kalau kalian punya sesuatu hal yang tidak kalian suka dan juga permintaan, kalian seharusnya menyampaikannya sendiri ke orang itu, bukan lewat orang lain. Mengerti?"

Seperti tersihir, Iki dan Ika pun menganggukkan kepalanya. Wanita ini pun kemudian menarik tangannya kembali dan memberikan senyumannya yang sangat manis ke kedua vampir kecil ini. Membuat mereka semakin tersihir.

"Oh ya, kenalkan. Aku Riki Harrison de Haltz," jelas Iki yang lalu dilanjutkan Ika.

“Kalau aku, Rika Harrison de Haltz."

“Riki dan Rika...?”

“Panggil saja kami Iki dan Ika,” jelas Ika.

"Kalian kembar?" wanita ini melihat wajah keduanya yang mirip. "Siapa yang paling tua?" dan Iki mengangkat tangannya. "Oh... jadi kamu kakaknya, dan dia adiknya?" tunjuknya ke Ika.

Ika mengangguk, "Kalau kakak? Nama kakak siapa?" tanyanya.

"Diana... Diana Charlotte," jawabnya tanpa keraguan.

"Kak Diana," kata Ika mencoba mengucapkannya dengan senyum manis.

"Ah! Kenapa Albert lama sekali!? Apa dia mengambilnya di dunia manusia?" ujar Iki merasa kesal karena Al belum juga tiba.

Melihat Diana yang bingung karena Iki menyebut nama Albert, Ika berinisiatif untuk menjelaskannya. "Al adalah vampir yang tadi menggendong kakak ke sini. Dia vampir hibrida, setengah vampir dan setengah manusia," jelasnya.

“Setengah vampir dan setengah manusia?”

“Ya. Ibu Al adalah seorang manusia, dan ayahnya adalah seorang vampir. Walaupun begitu, Al tidak pernah mengetahui siapa ayahnya karena ibunya telah diperkosa oleh ayahnya tersebut. Ibu Al akhirnya hamil dan memutuskan untuk melahirkan serta membesarkannya.”

Diana hanya diam, dia terkejut mendengar cerita tersebut. Namun bukankah itu bukan cerita yang tidak seharusnya diketahui oleh anak kecil? Apakah dunia vampir dan dunia manusia memang sangat berbeda?

Kemudian Iki memandang wajah Diana lekat-lekat. "Kakak... manusia bukan?" tanyanya dan Diana menganggukkan kepalanya.

"Tapi, kenapa ada manusia di sini? Manusia yang dibawa ke sini akan selalu mati bukan?" tanya Ika ke Iki.

Iki melotot padanya. Tentu saja itu adalah pertanyaan yang seharusnya tidak ditanyakan di depan manusia. Spontan, Ika langsung menutup mulutnya, karena sudah berbicara yang tidak-tidak.

***

Krreettt.

Al membuka pintu dan membawa obat-obatan di tangannya. "Aku hanya menemukan ini. Sisanya kau akali saja," ucapnya lalu meletakkan apa yang dia bawa ke hadapan wanita ini.

"Hanya ini??? Kau mencarinya dari tadi dan hanya membawa ini saja, Al?" kata Iki mengomentari Al yang hanya membawa obat merah, kapas, dan juga kain kasa.

"Oi! Panggil aku Kak Albert! Kau vampir kecil tidak tahu sopan santun!" omelnya.

"Sopan santun itu hanya untuk manusia," balas Iki.

"Kau dan dia sama saja, sama-sama arogan!"

"Kak Diana apa ini cukup?" tanya Ika mengabaikan keduanya.

"Huh? Diana? Siapa Diana?" heran Al.

Ika mengarahkan telunjuknya ke Diana, "Namanya Diana Charlotte. Kau tidak tahu itu?"

Al terkejut. Bagaimana vampir kembar ini nama wanita ini, sedangkan selama ini dia hanya menutup mulutnya rapat-rapat. Sejak kedatangannya, dia hanya membuka mulut untuk mengatakan hal tidak berguna.

“Bagaimana kalian tahu?" tanya Al penuh selidik.

"Tentu saja dari Kak Diana. Kami bertanya dan dia menjawabnya," jawab Ika.

"Jangan mengada-ada. Lihat saja, dia selalu membungkam mulutnya seperti itu," katanya dengan menunjuk Diana yang terdiam sejak tadi.

"Ika tidak berbohong! Kau tahu kami tidak bisa berbohong!" balas Iki tidak suka jika adiknya dikatakan pembohong.

"Ah ya... Mereka memang tidak bisa berbohong. Tapi bagaimana mungkin? Wanita ini selalu diam, bahkan Rai dan aku menyangka wanita ini bisu! Dia memang pernah bicara dua kali, tapi ini hanya dua kali dan tidak lebih dari lima kata," batinnya.

Tapi Al langsung mengenyahkan semua pikirannya. Dia harus lebih dulu berfokus mengobati luka di kaki Diana sebelum menjadi infeksi. Ia pun mulai mempersiapkan semuanya.

***

"Al, bisa mengobati tidak sih!" seru Iki kesal melihat vampir hibrida ini dari tadi hanya menyentuh luka Diana tanpa mengobatinya.

Faktanya, keinginan Al untuk mengobati Diana tidak berjalan lurus dengan kemampuannya. Ia memang memiliki setengah darah manusia dan pernah tinggal di dunia manusia. Tapi ini tidak membuatnya mengetahui segala hal tentang manusia, termasuk hal sepele seperti mengobati luka seperti ini.

Al hanya menyentuh luka ini, melihatnya dari segala arah, namun tidak melakukan apapun lagi. Melihat Al yang bingung, Diana akhirnya mengambil alih. Namun, dia membutuhkan alkohol atau setidaknya air hangat untuk membersihkan lukanya.

"Apa kau punya alkohol?" Diana membuka mulutnya dan bertanya, tapi Al tidak menjawab apapun.

Melihat Al yang terdiam, Iki langsung memukul bahunya untuk menyadarkannya. "Kak Diana meminta Alkohol, Al," ujarnya mengulang permintaan Diana.

"A-apa!? Apa tadi wanita ini berbicara??" batin Al terkejut.

"Kalau tidak ada alkohol, air hangat juga tidak apa-apa," ucap Diana.

"Oke! Wanita ini memang benar-benar berbicara padaku."

"Apa aku yang harus mengambilkannya?" kata Ika menawarkan dirinya.

Mendengar suara Ika, membuat Al kembali sadar, "Tidak usah, aku yang akan mengambilnya," balasnya lalu melesat pergi dan beberapa detik ia sudah kembali lagi.

“Sangat cepat,” batin Diana.

Al lalu memberikannya satu botol kaca berukuran besar, "Aku mendapatkannya dari dunia manusia. Sepertinya ini alkohol, dan sepertinya bisa digunakan," jelasnya.