webnovel

Pulau Ajaib

----TAMAT---- Aquila Octavi, Putri Mahkota dari Kerajaan Gisma dijodohkan dengan seorang pendatang di Kerajaannya. Akibat penolakan darinya, istana menjadi dalam keadaan genting. Inti batu itu dicuri oleh seorang penyihir. Namun, ada juga sisi baiknya dari kejadian itu. Karenanya, ia dapat menemukan sahabat yang sudah lama menghilang tanpa kabar. Ia juga bisa mengenal seorang pria yang kelak menjadi suaminya. Jangan lupa rate, vote, dan comment ya! . Baca juga novel author lainnya dengan judul "Kisah SMA"

AisyDelia · Fantasia
Classificações insuficientes
38 Chs

Pesta Penyambutan

Setelah semua orang berhasil diyakinkan, kecuali Sang Raja yang masih belum menerima kehadiran Augusta, mereka berusaha mencoba lebih dekat lagi. Ibunda mereka memutuskan untuk membuat acara minum teh yang dihadiri olehnya juga kelima putrinya, dan yang sudah pasti dihadiri Augusta. Tanpa berpikir panjang, semuanya menyetujui rencana itu. Acara minum teh itu akan diadakan sore hari ini juga di taman istana.

***

Matahari sudah mulai condong ke arah barat. Para pelayan menyiapkan meja lengkap dengan 7 kursi untuk acara minum teh. Teko teh, cangkir beserta tatakannya sudah tersedia di atas meja putih itu yang beralaskan taplak bercorakkan bunga. Juga tersedia kue-kue yang sudah dipotong berbentuk segitiga di masing-masing piring yang ada.

Tepat setelah semuanya selesai dipersiapkan, mereka pun datang ke taman istana secara berombongan sambil bercanda dan tertawa ria. Ratu Herminia memimpin acara minum teh tersebut.

"Sudah lama kita tidak mengadakan acara minum teh. Sekarang, kita mengadakan kembali dalam rangka penyambutan sahabat lama Aquila, Augusta. Selamat datang kembali, Augusta! Besok malam, akan diadakan pesta penyambutanmu selama 3 hari mendatang. Semua orang akan diundang ke istana." kata Herminia sebagai pembuka setelah semuanya duduk di kursi masing-masing.

"Pesta penyambutan?" tanya Cornelia.

"Ya, pesta penyambutan. Ini adalah kabar gembira untuk kami semua terutama Aquila." jawab Herminia dengan senyum.

"Apakah semua orang bisa memercayaiku?" terpampang jelas kecemasan di wajah Cornelia.

"Tentu, mereka semua selalu memercayai kami. Besok pagi, aku sebagai Ratu akan memberitahukan kabar gembira ini. Raja juga sudah menyetujui pesta itu, aku sudah bicara dengannya."

"Baiklah kalau begitu." kecemasan Cornelia kini berkurang.

"Mari, kita mulai acara minum teh sore ini!" kata Herminia dengan tangan terentang ke depan. Senyum tak luput dari wajahnya yang mulai menua.

Semuanya pun mulai mengambil cangkir masing-masing yang sudah berisi teh hangat itu dan dihirup perlahan.

"Kak Augusta, sejak kapan kakak dan kak Aquila berteman?" tanya Camilla penasaran, cangkirnya sudah sempurna berada kembali di atas tatakan.

"Sejak umur 8 tahun, Camilla. Saat itu, Aquila sedang mengunjungi rumah penduduk penduduk bersama Ibu. Aquila melihat Augusta sedang sendirian, Aquila pun mengajak Augusta untuk tinggal di istana. Kamar Aelia dan Aurel adalah kamar mereka dulu." Herminia menjawab. Ia menatap Camilla lamat-lamat.

"Kalian tahu, Augusta memiliki bakat sihir yang hebat sejak kecil. Bahkan lebih hebat dariku. Kami sering berlatih sihir bersama-sama. Augusta mengajarkanku sihir yang belum aku ketahui. Ayah dan Ibu terkadang juga membantu kami belajar." terang Aquila. Ia menatap adik-adiknya yang memberikan perhatian penuh.

"Kak Augusta belajar sihir dari mana?" giliran Aelia yang bertanya penasaran.

"Aku sering melihat-lihat orang melakukan sihir. Aku belajar dari sana." jawab Augusta.

"Waahh.... Itu benar-benar hebat! Kak Augusta bisa memelajarinya hanya dengan melihat. Kak Aquila saja tidak bisa seperti itu, hahaha...." kata Aurelia terpesona. Ia berhasil membuat semuanya tertawa, kecuali Aquila karena kalimat terakhirnya. Bahkan, Augusta juga tertawa lepas.

"Kau juga tidak bisa, kan, Aurel?" kata Aquila dengan wajah kesal. Tawa Aurelia langsung bungkam. Melihat wajah masam Aurelia, tawa yang terhenti kembali bermunculan, bahkan lebih keras dari sebelumnya.

"Sudah, sudah. Berhenti menertawakan Aurel! Wajahnya semakin cemberut." kata Herminia setelah tawanya mereda.

Mereka terus bercanda dan tertawa ria hingga matahari meninggalkan langit. Mereka menyelesaikan acara minum teh saat langit mulai gelap.

***

Besok paginya, Ratu segera memberitahukan kabar gembira kepada seluruh rakyatnya. Awalnya, para rakyat merasa tidak percaya. Namun, setelah dijelaskan lebih mendetail, mereka memercayainya sepenuh hati. Mereka semua bersedia untuk datang pada malam harinya untuk menghadiri pesta penyambutan sekaligus menyambut Augusta.

Setelah pengumuman itu selesai, para pelayan langsung mempersiapkan segalanya. Mulai dari mendekorasi istana, menyiapkan jamuan makan, mempersiapkan pakaian yang akan dipakai oleh anggota kerajaan, dan hal lainnya. Tentu saja pekerjaan mereka terbantu oleh sihir yang mereka miliki.

Tepat saat matahari sudah terbenam di barat dan langit mulai gelap, semua persiapan sudah selesai dengan sempurna. Raja dan Ratu sudah berada di aula istana ditemani oleh kelima putri mereka juga Augusta. Pakaian yang mereka kenakan senada, berwarna emas.

Para tamu (rakyat kerajaan) mulai berdatangan tak lama kemudian. Mereka disambut oleh dua pengawal yang berjaga di depan pintu masuk istana. Semakin malam, semakin banyak tamu yang memenuhi aula. Semuanya memakai pakaian pesta yang beragam warna membuat aula istana terlihat lebih berwarna dari sebelumnya.

Tepat pada pukul 8 malam, pesta penyambutan pun dimulai. Para tamu berdiri di tepi aula, sementara seluruh anggota kerajaan berada di bagian depan aula. Semua tamu memperhatikan dengan saksama.

"Wahai rakyatku, hari ini adalah hari yang istimewa bagi kerajaan ini! Sudah bertahun-tahun kita semua kehilangan seseorang gadis yang merupakan teman dari Putri Mahkota kita, Putri Aquila. Pada hari ini, gadis itu kembali hadir di antara kita semua. Augusta, seorang gadis yang merupakan teman dari Putri Aquila akan menjadi anggota Kerajaan Gisma secara resmi." ucap Sang Raja dengan wibawa. Tidak ada rasa keberatan di wajahnya maupun di nada suaranya. Sambutan itu disambut dengan tepukan tangan yang meriah.

"Augusta, kemarilah!" kata Raja lembut. Augusta pun melangkah maju kehadapan Raja dengan posisi menghadap Raja, ia sedikit ragu-ragu. Beliau mengambil kalung dari tempatnya dan dipasangkan pada leher Augusta yang harus sedikit menekukkan lututnya. "Dengan ini, Augusta telah menjadi anggota Kerajaan Gisma secara resmi." ucapnya saat Augusta sudah berbalik menghadap seluruh tamu dan merendahkan tubuhnya.

Hal itu disambut kembali dengan tepukan tangan yang lebih meriah dari sebelumnya. Setelah tepukan mereda, Augusta kembali ke tempatnya semula, di sebelah Aquila.

"Mari, kita mulai pestanya!" kata Raja dengan lantang.

Musik klasik sudah dimulai. Para tamu yang awalnya berada di tepi aula kembali memenuhi bagian tengah aula. Mereka semua berdansa mengikuti alunan musik. Para anggota kerajaan duduk di kursi yang sudah tersedia, menyaksikan para tamu berdansa dengan gembira.

"Valens, berdansalah denganku!" ajak Ratu pada suaminya. Dengan senang hati, Raja pun segera berdiri dan berpegangan tangan dengan Ratu memasuki lantai dansa. Mereka berdua segera ikut berdansa sesuai irama musik. Para putrinya dan Augusta tertawa kecil melihat tingkah Raja dan Ratu mereka.

"Kak, apakah kita tidak akan berdansa?" tanya Aurelia cemberut.

"Entahlah, Aurel. Tidak ada pria yang mengajak kita berdansa." jawab Aquila sambil melihat sekitar aula, mencari-cari keberadaan seorang pria yang sendirian.

"Kenapa tidak kita saja yang mengajak mereka berdansa?" usul Lucia.

"Itu tidak terhormat, Lucia. Itu tidak pantas dilakukan seorang putri." jawab Aquila tegas.

"Lalu, kita hanya akan diam seperti ini saja tanpa berdansa? Ini sangat membosankan." keluh Aurelia. Wajahnya semakin cemberut.

Tiba-tiba saja, ada seorang pria di hadapan Aquila dan berkata, "Apakah Tuan Putri bersedia berdansa bersama saya?" tanyanya sambil membungkuk rendah di hadapan Aquila. Wajahnya sudah tidak asing lagi baginya. Ia adalah Peter.

Semua saudarinya benar-benar terkejut dengan kemunculannya secara tiba-tiba. Bahkan Augusta juga ikut terkejut. Aquila memandangi semuanya yang terlihat terkejut. Ia tersenyum mengejek dan segera melontarkan jawabannya, "Aku bersedia." Tak lama kemudian, mereka berdua sudah berada di lantai dansa dan berdansa.