webnovel

Pulau Ajaib

----TAMAT---- Aquila Octavi, Putri Mahkota dari Kerajaan Gisma dijodohkan dengan seorang pendatang di Kerajaannya. Akibat penolakan darinya, istana menjadi dalam keadaan genting. Inti batu itu dicuri oleh seorang penyihir. Namun, ada juga sisi baiknya dari kejadian itu. Karenanya, ia dapat menemukan sahabat yang sudah lama menghilang tanpa kabar. Ia juga bisa mengenal seorang pria yang kelak menjadi suaminya. Jangan lupa rate, vote, dan comment ya! . Baca juga novel author lainnya dengan judul "Kisah SMA"

AisyDelia · Fantasia
Classificações insuficientes
38 Chs

Pesta Penyambutan (2)

Semua saudarinya benar-benar terkejut dengan kemunculannya secara tiba-tiba. Bahkan Augusta juga ikut terkejut. Aquila memandangi semuanya yang terlihat terkejut. Ia tersenyum mengejek dan segera melontarkan jawabannya, "Aku bersedia." Tak lama kemudian, mereka berdua sudah berada di lantai dansa dan berdansa.

"Bagaimana dia bisa begitu berani mengajak Kak Aquila berdansa?" tanya Aelia tercengang. Matanya tak luput dari Peter dan Aquila yang sedang berdansa dengan gembira.

"Entahlah, itu bukan masalah. Masalahnya adalah siapa yang berani mengajak kita berdansa sepertinya?" kata Aurelia dengan kesal. Wajahnya semakin memberengut. Ia tidak peduli dengan kakaknya yang sudah berdansa.

"Kalian saling berpasangan saja kalau kalian benar-benar ingin berdansa." jawab Augusta.

"Benar, kak. Kita saling berpasangan saja. Luci, ayo, kita berdua berdansa!" kata Camilla antusias. Lucia juga menyetujui hal itu dan langsung menuju lantai dansa bersama Camilla.

Aelia dan Aurelia saling tatap dengan pandangan menghina satu sama lain. "Berdansa dengannya? Lebih baik tidak usah saja." dengus mereka berdua serempak. Mata mereka belum lepas dari satu sama lain.

Tidak ada lagi suara, kecuali suara alunan musik klasik itu. Mereka bertiga duduk dengan diam, menatap semua orang yang sedang berdansa. Sesekali, Aelia dan Aurelia mendengus bosan. Hanya Augusta yang tampak senang mengamati orang-orang di hadapannya. Hingga Raja dan Ratu kembali ke sana dengan napas tak beraturan.

"Kalian---tidak---berdansa? Di--mana--Aquila, Camilla, dan----Lucia?" tanya Ratu dengan napas tersengal-sengal.

"Tidak, bu. Tidak ada yang mengajak kami berdansa." jawab Aurelia malas.

"Kak Aquila, Camilla, dan Lucia sedang berdansa entah di mana." timpal Aelia dengan nada yang sama malasnya dengan Aurelia.

"Mereka berdansa dengan siapa?" tanya Ratu penasaran, juga tertarik. Sebagai jawaban, Aelia dan Aurelia memutar bola mata dan mendengus kesal.

"Aquila sedang berdansa dengan seorang pria. Camilla berdansa dengan Lucia." jawab Augusta dengan sopan setelahnya.

"Aquila dengan seorang pria?" tanya Raja tak percaya. Augusta hanya mengangguk takzim. "Siapa pria itu?" tanyanya lagi. Kali ini dengan wajah kesal.

"Peter, yah." jawab Aelia pendek tanpa melirik Ayahnya sedikit pun.

"Biarkan saja, Valens. Tidak perlu marah-marah. Peter pasti pria yang pemberani. Buktinya saja, dia berani mengajak Putri Mahkota kita berdansa." kata Ratu ceria sebelum suaminya sempat menggerutu lagi.

Raja dan Ratu pun duduk setelah itu, menikmati musik klasik yang sedang beralun-alun dengan indahnya.

"Kalian kenapa, Aelia, Aurel?" tanya Ratu yang baru menyadari wajah mereka yang masam.

"Mereka ingin berdansa, tapi tidak ada yang mengajak mereka berdansa." jawab Augusta karena Aelia dan Aurelia tidak kunjung menjawab.

Ratu tertawa kecil mendengar jawaban Augusta dan kembali berkata, "Mau Ibu carikan 2 pria untuk kalian?" goda Ibunya.

"Tidak usah, bu. Lagipula sebentar lagi musik akan berhenti." jawab Aelia dengan nada suara terkendali.

"Baiklah," kata Ratu, "Augusta, kau tidak ingin berdansa? Aku bisa mencarikan seorang pria untukmu." kini Ratu berpaling ke Augusta.

"Tidak usah, Yang Mulia Ratu." jawabnya sopan.

"Tidak perlu memanggilku seperti itu. Kau boleh memanggilku 'Ibu'."

Augusta lalu mengangguk dan pandangannya kembali ke kerumunan orang yang sedang berdansa. Tak lama kemudian, Camilla dan Lucia muncul dari balik kerumunan itu sambil tertawa riang. Mereka langsung duduk di kursi masing-masing dan berbicara.

"Ayah, Ibu, Kak Aquila tadi terlihat senang sekali dengan Peter. Mereka terus berdansa sejak tadi. Kurasa mereka baru selesai setelah musik ini berhenti." kata Camilla berusaha menahan tawa.

"Kak Aquila mungkin menyukai Peter, dia juga sepertinya suka dengan Kak Aquila." timpal Lucia.

"Ibu rasa kita harus menanyainya langsung dengan kakak kalian." senyum lebar terlihat di wajahnya.

***

Musik pun akhirnya berhenti. Para kerumunan orang yang awalnya berdansa pun berhenti dan mulai menepi. Aquila juga baru kembali dari lantai dansa setelah itu, sendirian.

"Rakyatku, sekarang kita persilakan para putri kerajaan berdansa dengan pemuda pilihannya. Para pemuda dipersilakan untuk mengajak para putri kerajaan, termasuk Augusta. Nanti, mereka akan memilih salah satu dari kalian untuk dijadikan pasangan berdansa." kata Raja dengan lantang.

Semua orang yang berada dalam aula terlihat terkejut, termasuk Ratu. Mereka semua tidak tahu-menahu tentang hal ini. Rencana ini memang baru saja dipikirkan oleh Raja seorang diri. Yang paling terkejut adalah para putri kerajaan dan Augusta. Sebelum mereka sempat bertanya-tanya atau protes pada Raja dan Ratu, Raja lebih dulu memulai acara itu.

Awalnya, para pemuda ragu-ragu untuk mengajak para putri berdansa. Namun, saat seorang pemuda mulai maju dan berjalan perlahan ke arah anggota kerajaan duduk. Pemuda-pemuda yang lain juga ikut melangkah maju. Terdapat 20 orang pemuda yang sedang melangkah maju menuju salah satu putri kerajaan.

Di depan Aquila, ada 5 pemuda berlutut dan menjulurkan tangan kanannya, salah satunya adalah Peter. Di depan Aelia, Aurelia, dan Lucia ada 3 pemuda yang melakukan hal sama. Di hadapan Camilla, terdapat 4 pemuda dan di hadapan Augusta terdapat 2 pemuda.

Aquila tentu saja akan memilih Peter, pria yang berhasil menaklukkan hatinya dalam beberapa menit. Aelia memilih pria berperawakan tinggi juga tampan, Aurelia memilih pria berambut pirang dengan lesung pipi saat ia tersenyum. Camilla memilih pria dengan rambut hitam legam dan bola mata berwarna coklat, sama seperti miliknya. Lucia memilih pria berkacamata bundar, ia berpikir bahwa pria itu pintar sama seperti dirinya. Augusta memilih pria dengan wajah tegas.

14 pemuda yang tidak terpilih kembali dengan wajah kecewa. Setelah itu, 6 pasangan itu melangkah ke lantai dansa beriringan. Hanya Aquila dan Peter yang terlihat berseri-seri. Saat keenam pasangan itu sudah siap, langsung saja musik klasik yang berbeda dari sebelumnya dimainkan. Mereka terlihat menikmati dansa mereka. Belum lama dansa dimulai, 6 pasangan itu sudah mulai bercakap-cakap, seperti hendak mengenal lebih dalam lagi satu sama lain.

"Tuan Putri, kenapa anda memilih saya?" tanya Peter sambil tetap berdansa.

"Memang kenapa? Kau keberatan?" tanya balik Aquila.

"Tentu saja saya tidak keberatan. Saya justru merasa terhormat karena Tuan Putri mau berdansa bersama saya lagi."

"Bagaimana kau bisa begitu berani tadi? Maju sendirian saat pemuda yang lain justru ragu-ragu."

"Mungkin karena saya sudah mengajak Tuan Putri berdansa tadi."

--------

"Saya merasa terhormat Tuan Putri memilih saya." kata pria pilihan Aelia, masih terus berdansa.

"Aku juga merasa terhormat kau mau memilihku dibanding saudariku yang lain. Boleh aku tahu namamu?" tanya Aelia.

"Nama saya Robert, Tuan Putri. Boleh saya tahu alasan Tuan Putri memilih saya?" jawabnya.

"Aku menyukai wajah tampanmu dan jangan panggil aku 'Tuan Putri'! Panggil 'Aelia' saja!"

"Saya tidak bisa, Tuan Putri! Itu tindakan yang tidak sopan." tolaknya.

"Panggil aku 'Aelia' saat kita sedang berdua saja dan saat tidak ada yang bisa mendengar seperti saat ini!" pintanya.

"Baiklah, Tuan Putri, maksud saya A--Aelia."

-------

"Siapa aku?" tanya Aurelia penuh selidik.

"Anda Tuan Putri Aurelia." kata pria berambut pirang itu dengan gugup.

"Aku Aelia, bukan Aurelia." gerutu Aurelia yang berpura-pura.

"Ee... Maafkan saya, Tuan Putri Aelia." pria berlesung pipi itu merasa bersalah.

"Kau serius sekali. Aku Aurelia, bukan Aelia. Aku hanya bercanda saja," kata Aurelia berusaha menahan tawa, "Bagaimana kau tahu aku Aurelia?"

"Belahan rambut Tuan Putri Aurelia dan Tuan Putri Aelia berbeda."

"Kau ternyata juga teliti. Siapa namamu?" kata Aurelia senang.

"Saya Romeo, Tuan Putri. Sepupu dari pria pilihan Tuan Putri Aelia.

---------

"Terima kasih telah memilih saya, Tuan Putri, saya merasa terhormat." kata pria berbola mata coklat itu.

"Sama-sama. Kau memiliki kesamaan denganku. Apa kau tahu?" tanya Camilla sambil terus menatap bola mata coklat milik pria di hadapannya.

"Kesamaan apa, Tuan Putri?"

"Warna rambut dan warna bola mata kita. Siapa namamu?"

"Saya Zack, Tuan Putri. Apa itu alasan Tuan Putri memilih saya?"

"Ya..."

--------

"Siapa namamu?" tanya Lucia tidak begitu tertarik.

"Sa--Saya Theo, Tuan Putri." kata pria bernama Theo itu agak terkejut dengan cara bicara Lucia.

"Jangan bicara apa pun padaku hingga ini selesai!" kata Lucia ketus.

-------

"Apa benar Tuan Putri adalah teman dari Putri Mahkota Aquila?" tanya pria pilihan Augusta.

"Ya. Ada masalah dengan itu?" Augusta sebenarnya tidak tertarik dengan 'dansa', tapi ia melakukannya untuk menghormati Raja dan Ratu Kerajaan Gisma.

"Tentu saja tidak, Tuan Putri." senyum mengembang di wajah tegasnya.

"Jangan panggil aku seperti itu! Aku bukan seorang putri. Panggil aku 'Augusta'!" kata Augusta dingin.

"Tentu, Augusta."