webnovel

Pulau Ajaib

----TAMAT---- Aquila Octavi, Putri Mahkota dari Kerajaan Gisma dijodohkan dengan seorang pendatang di Kerajaannya. Akibat penolakan darinya, istana menjadi dalam keadaan genting. Inti batu itu dicuri oleh seorang penyihir. Namun, ada juga sisi baiknya dari kejadian itu. Karenanya, ia dapat menemukan sahabat yang sudah lama menghilang tanpa kabar. Ia juga bisa mengenal seorang pria yang kelak menjadi suaminya. Jangan lupa rate, vote, dan comment ya! . Baca juga novel author lainnya dengan judul "Kisah SMA"

AisyDelia · Fantasia
Classificações insuficientes
38 Chs

Balas Dendam (3)

BOOOM!!!!!

Suara ledakan milik Aquila disertai dengan angin kencang yang berhasil memusnahkan semua boneka buatan milik Cornelia. Ledakan itu benar benar dasyat. Orang orang harus menguatkan kaki dan merobohkan diri ke tanah agar tidak ikut terpelanting ke udara. Aquila benar benar membuat semua orang ketakutan. Sehebat itulah kekuatannya sekarang.

Lalu, Aquila mendekati Cornelia perlahan dengan aura yang sama mencekam. Cornelia tidak berani berbuat macam macam. Ia lupa bahwa Aquila bisa menjadi sangat menyeramkan seperti dirinya. Tidak. Bahkan melebihi dirinya. Cornelia benar benar seperti tikus kecil yang dihadang oleh kucing besar. Walaupun sebenarnya ia juga bisa seperti Aquila. Namun, ia sengaja tidak melakukannya karena ia tidak ingin membunuh Aquila sebelum mengetahui tentang Augusta.

"Tung- Tunggu dulu! Sebelum kau membunuhku, jawab pertanyaanku. Kau mengetahui Augusta?" tanya Cornelia dengan ketakutan. Padahal ia hanya sedang berusaha mengalihkan pemikiran Aquila.

"Augusta?" tanyanya balik. Seketika, aura mencekam miliknya pudar dan menghilang. "Dari mana kau tahu itu? Apa kau tahu tentangnya?" Aquila melempar pertanyaan kepada Cornelia. Ia berhenti mencoba membunuh wanita itu. Pertanyaan itu justru mengalihkan pikirannya.

"Aku dengar dia adalah temanmu. Dan, sekarang dia menghilang tanpa jejak. Apa itu benar?" ucap Cornelia sedikit tenang. Ia berhasil mengalihkan pikiran Aquila. Diam diam ia juga berusaha membangkitkan boneka yang sudah dimusnahkan tanpa bekas.

"Ya, dia temanku yang benar benar hebat. Apa kau tahu di mana ia sekarang?" katanya dengan wajah murung. Sementara itu, satu per satu boneka itu bangkit dan kembali menyerang. Tujuan utama mereka hanya satu, yaitu Felix.

"Tidak. Tapi, aku akan mencari tahunya. Setelah aku berhasil membunuhnya, aku akan mencari tahunya." kata Cornelia lalu terbang cepat menuju tempat pertempuran meninggalkan Aquila.

Aquila benar benar terkejut melihatnya. Ia secara spontan langsung ikut mengejar wanita itu di udara. Namun, Aquila kalah cepat dengannya. Ditambah dengan dihalangi oleh boneka boneka itu yang semakin memperlambat dirinya untuk mengejar Cornelia. Sementara itu, Cornelia terus terbang ke sana kemari dengan cepat bagaikan kilat. Aquila sendiri sampai kewalahan mengejarnya. Ia benar benar dibuat bingung. Sementara itu, Cornelia sendiri sedang mencari cari keberadaan Felix. Setelah matanya menangkap keberadaan mangsa, ia segera menyambar mangsanya dan membawanya ke udara. Ia benar benar melakukannya dengan sangat cepat. Tidak ada orang yang memerhatikannya. Semuanya sibuk membalas serangan sekaligus bertahan dari para boneka itu. Hanya Aquila yang melihat ulah Cornelia. Belum sempat Aquila ke sana untuk menolong Felix, Cornelia sudah lebih dulu membunuhnya dengan sihir miliknya. Seketika, tubuh Felix menghilang menjadi abu yang terbawa angin. Aquila benar benar terkejut akan hal itu. Ia terdiam dengan tatapan kosong. Sementara itu, Cornelia dan boneka bonekanya menghilang begitu saja untuk menyudahi perang itu. Bagi mereka, yang terpenting adalah Felix sudah meninggal sekarang. Dan, balas dendam sudah terpenuhi.

"Felix meninggal.." gumam Aquila dengan nada bergetar. Tubuhnya gemetaran dengan tangan menutupi mulut. Ia benar benar ketakutan saat ini. Entah apa yang membuatnya sampai ketakutan seperti itu.

Sedangkan, Aelia mencari cari keberadaan kakaknya karena musuh langsung menghilang begitu saja tanpa ada tanda tanda. Setelah menemukan sosok kakaknya di udara, ia segera menghampirinya dan bertanya, "Kak, ada apa ini? Kenapa mereka menghilang?" tanya Aelia kesal. Ia belum menyadari ekspresi ketakutan kakaknya karena matanya masih memandang sekeliling. "Jawab, kak!" seru Aelia sambil menoleh ke arah kakaknya. Ia baru melihat kakaknya sedang ketakutan entah kenapa.

"Eh, kakak kenapa?" ucap Aelia khawatir sekaligus panik sambil memegang kedua pundak kakaknya.

"Felix....Felix...." Aquila mengucapkan nana Felix berkali-kali dengan nada gemetar, masih dengan tangan menutupi mulutnya.

"Felix kenapa, kak?" ucap Aelia meninggikan suaranya.

"Meninggal...." ucapnya lesu dan membuat nyaris tak terdengar. Seketika, tubuhnya lemas dan matanya terpejam perlahan. Tubuhnya segera jatuh ke tanah. Untung saja, Aelia spontan menangkap tubuh kakaknya yang lemah dan pucat. Tanpa basa basi, ia langsung membawa kakaknya masuk ke dalam istana dan membaringkannya di atas karpet merah. Para rakyat yang masih berada di luar menyusul Aelia masuk karena melihat Putri Mahkota mereka pingsan tak berdaya. Orang orang yang berada di dalam ikut panik dan khawatir melihat keadaan Aquila. Tabib kerajaan segera memeriksa kondisi Aquila. Setelah beberapa lama, tabib itu pun memberitahukan kondisi putri sulung Aquila.

"Tuan Putri Aquila baik baik saja. Tuan Putri hanya sedang kelelahan dan ada hal yang membuatnya ketakutan. Tuan Putri akan baik baik saja jika beristirahat. Sebaiknya, jangan membahas hal hal yang dapat memicu ketakutannya setelah sadar." jelas tabib itu.

Sang Ratu mendekati tubuh putrinya yang terbaring lemas sambil menahan air mata agar tidak terjatuh. Beliau mengusap pipi Aquila secara lembut. Ia sudah tak kuasa menahan air matanya dan perlahan mengalir di kedua pipinya. 4 saudarinya yang lain juga mendekati tempat Aquila dan sang Ibunda. Mereka berempat berusaha menenangkan Ibundanya.

"Semuanya, kami berterima kasih atas semua bantuan kalian. Bagi yang terluka, menetaplah terlebih dahulu, tabib kerajaan akan mengobati luka kalian. Dan yang lain, kalian boleh kembali. Silakan melapor kepada kami jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi!" ucap Aelia dengan lantang kepada semua orang yang hadir dalam istana itu.

Hanya beberapa yang mengalami luka. Mereka segera diobati oleh tabib kerajaan. Setelah selesai, mereka semua kembali ke tempat asal mereka. Sementara itu, kondisi Aquila belum juga mengalami perkembangan. Ia masih terbaring begitu saja tanpa pergerakan sedikit pun. Hingga Sang Raja tersadar kembali, Aquila belum juga siuman. Mereka memindahkan Aquila ke dalam kamarnya agar Aquila dapat beristirahat lebih baik lagi. Semuanya menunggu di dalam kamar Aquila dengan sabar dan penuh harapan bahwa ia akan sadar kembali. Walau hanya beberapa jam tidak sadarkan diri, tetap saja membuat mereka sangat cemas. Hingga malam tiba, Aquila belum juga siuman. Semuanya semakin cemas dengan keadaan Aquila. Hingga mereka tidak sengaja tertidur di kamar Aquila, belum juga ada tanda tanda sudah sadar. Sebanyak itu kah ia menggunakan kekuatannya sehingga membutuhkan waktu lama untuk segera sadar?

Pagi pun tiba, Sang Ibunda yang sedang tertidur dengan merebahkan kepalanya pada tempat tidur dan menggenggam tangan putrinya menjadi terbangun karena merasakan pergerakan. Ia secara spontan melihat genggaman tangan Aquila. Benar saja, jari Aquila bergerak sedikit demi sedikit. Matanya juga perlahan terbuka. Sang Ratu pun tidak sadar berteriak sehingga membangunkan semuanya. Semuanya ikut melihat keadaan Aquila yang sudah siuman.

"Aquila, kamu tidak apa apa, kan, sayang?" ucap Sang Ratu cepat.

"Gak apa, kok, Bu." katanya dengan lemah sambil menatap wajah Ibunya yang tersenyum bahagia.

"Kamu kenapa, sayang? Coba cerita sama Ibu!" seru Ibunya sambil memegang tangan putrinya dan mengelus lembut rambut hitamnya.

Aquila terdiam sejenak. Ia kembali teringat tentang kematian Felix. Wajahnya jelas terlihat kaget dan ragu untuk mengatakannya. Namun, semuanya menunggu jawaban dengan menatap dirinya

"Sayang? Ada apa? Ibu panggilkan tabib, ya? Tunggu sebentar, ya, sayang!" tanya Ibundanya kembali karena tidak mendapat jawaban dan segera keluar untuk memanggil tabib kerajaan.

"Kakak kenapa, sih? Kok tiba tiba pingsan?" tanya adik terakhirnya yang terlihat sedikit kesal dan juga cemas.

"Gak kenapa, kok." jawab Aquila singkat dengan senyum getir.