webnovel

Bab 17 Nekad

Sebelumnya saat proses pembuatan mata aku sudah menyampaikan firasatku tentang tidak ada Protesa mata yang pas untuk Dewi di klinik ini pada ibu.

"ini Lilis sama Dewi ada di klinik mata sedari pagi, tapi sampai sekarang Protesa mata belum ada yang pas dan sesuai untuk Dewi, untuk jaga-jaga dari kemungkinan yang terburuk tolong mama transfer uang sebesar 6 juta lagi nanti sisanya biar Lilis yang cukupi"

"tidak ada yang pas ya nduk ?" tanya ibu.

"iya ma, ini Lilis sudah mau pulang dan sudah Lo buat janji temu dengan klinik yang ada di Surabaya, kasian Ini Dewi nangis di parkiran" Jawabku.

Setelah selesai mengabari ibu dan membuat janji dengan klinik, masih berada di parkiran aku mencoba menenangkan Dewi dan mengabari rencana baru ini padanya. Syukurlah ia berhenti menangis lalu mengusap air matanya, di sisilain aku dan peserta lain menghubungi pihak kampus untuk meminta bantuan untuk meloby pak Tegar mengenai pembiayaan yang tidak sesuai perjanjian awal dan apabila memang biaya bertambah bisa dijelaskan apa yang menyebabkan bertambahnya biaya yang harus di bayarkan.

Pihak kampus berhasil menghubungi pak Tegar dan besok Senin akan di laksanakan zoom meeting. Alamat Klinik yang sangat asing bagiku yang pernah ke kota Surabaya sebanyak 2 kali semala aku tinggal di pulau Jawa, namun aku sangat terbantu dengan kemajuan teknologi, aku bisa memesan tiket kereta melalui aplikasi online, bisa memesan taxi online kemanapum dan adanya google map yang membuat aman selama perjalanan.

pada hari Kamis aku pergi ke bank dengan membawa kartu deposit, ya aku akan mencairkan uang deposit yang sudah ku kumpulkan selama 6 tahun lamanya, yang aku tujukan untuk uang kuliah Dewi dan Dimas. Aku sudah tidak memiliki pilihan lain lagi, syukurlah pencairan deposit berjalan dengan lancar, kini aku bisa fokus bagaimana aku dan Dewi bisa sampai di klinik besok tepat pada pukul 8 pagi sesuai dengan janji temu yang aku buat dengan staf klinik. Aku putuskan untuk berangkat menggunakan kereta api pukul 4 pagi dan sampai pukul 6.20 pagi, masih ada waktu sekitar 1 jam untuk beristirahat, waktu itu kami turun di stasiun Kota Surabaya untuk memesan taxi online aku dan Dewi harus keluar dari kawasan stasiun. Rupanya di sekitar stasiun sedang berlangsung pasar dadakan, disana banyak yang menjual jajanan tradisional, untuk mengganjal perut yang lapar aku membeli onde-onde sebanyak 5 biji, sebab onde-onde versi daerah kami dimana jajanan itu terbuat dari singkong yang dibentuk bulat dengan isian gula merah dan diolah dengan digoreng. Aku ingin Dewi mencoba onde-onde versi kami yang terbuat dari tepung, berisi kacang hijau dan di Balur dengan biji wijen, namun ternyata Dewi kurang menyukainya sebab texturenya yang sudah dingin sehingga kulitnya menjadi sedikit alot. Setelah aku menghabiskan semua onde-onde kamipun menuju klinik mata menggunakan taxi online, syukurlah driver benar-benar mengerti jalur dan lokasi klinik yang akan kami tuju.

Sesampainya disana kami langsung disambut oleh salah satu staf berpakayan batik dengan kerudung merah, kami di anjurkan untuk mencuci tangan mengunakan hand rub sebelum memasuki ruangan steril dimana protesa mata dibuat.

Klinik itu terlihat seperti rumah huni biasa, namun didalam ruangan steril itu ada mesin yang terlihat seperti mesin amplas, ada cairan steril dan ada cairan yang berwarna merah muda. Dewi langsung duduk dan berhadapan langsung dengan staf yang membuat Protesa mata yang bernama ibu Ayu, sebelum proses pembuatan dimulai ibu Ayu kembali menjelaskan proses yang akan dilalui selama 3hari kedepan, MB Ayu juga menanyakan tentang histori apakah Dewi sudah pernah memuat Protesa sebelumnya. Setelah mengkaji beberapa saat dimulailah pembuatan Protesa dengan membuat cetakan Protesa menggunakan gel yang dimasukkan ke dalam rongga mata, saat dilakukan pencetakan Dewi terlihat kesakitan dan Ibu Ayu mengatakan rongga mata sangat kemerahan. Aku menjelaskan pada ibu Ayu bahwa sebelum datang ke klinik, sebelumnya kami sudah mencoba untuk membuat Protesa mata di klinik lain. Dengan sabar ibu Ayu memasang cetakan mata dengan perlahan tapi pasti, terlihat betapa profesional nya beliau saat itu. Syukurlah Protesa putih polos sudah jadi dan Dewi langsung di suruh untuk menggunakannya dan syukurnya pas, hanya saja sedikit mengganjal sebab rongga mata masih radang parah. kami pulang dengan membawa Protesa baru, ibu Ayu berpesan agar Protesa baru segera digunakan sesampainya di rumah, agar rongga mata bisa terbiasa, keesokkan harinya kami datang kembali dan menyampaikan bahwa saat menggunakan Protesa mata baru semua aman-aman saja dan saat menjadi waktu terlama sebab merupakan tahap pengecatan dan pelukisan dimana urat dan warna mata akan disesuaikan dengan mata sebelah kiri.

Lagi-lagi aku dibuat terkagum-kagum dengan keahlian Bu Ayu, hasilnya sangat mirip dengan mata asli, hanya saja warna Protesa lebih cerah, namun beliau menjelaskan karena Dewi masih dalam kondisi lelah mata normal akan sedikit menguning namun bila sudah bugar kembali warna sklera mata akan kbali jernih, keesokkan harinya adalah hari terakhir pembuatan Protesa, dimana protesa akan dilapisi kaca agar terlihat lembab dan aman dari goresan debu, kurang dari 1 jam protesapun jadi dan sangat sesuai dan mirip dengan asli, Dewi sangat senang apalagi Bu ayu menganjurkan untuk menggunakan kacamata agar melindungi Protesa dadi debu dan sinar matahari. Ku kabarkan kabar bahagia ini pada ibu dan Tante Dia. Namun aku tidak bisa langsung pergi ke rumah Tante sebab Senin aku harus menghadiri zoom meeting yang sudah aku tunggu lama dan seketika itu kami harus menelan pil pahit sebab Pak Tegar tidak bisa menghadiri zoom sebab lupa dan sedang berada di bandara, saat itu kami mulai yakin ada yang tidak beres dengan PT yang menaungi kami.

Aku juga baru ingat bahwa aku baru bisa mengambil surat pengalaman kerja setelah 1 bulan pengunduran diri yang bertepatan pada bulan ini, sehingga akupun pergi ke kantor untuk mengambil surat pengalaman kerja, dan disana salah satu stap HRD yang juga teman kerjaku menganjurkan aku untuk mencairkan BPJS ketenagakerjaan selama aku bekerja 6 tahun, dan untuk kantor baru membuat member ketenagakerjaan yang baru lagi. Saat di kantor aku mengunjungi kak Tini dan Jannah yang sedang dinas pagi, sembari untuk melepas kangen pada mereka. Sudah hampir 2 bulan kami tidak bertemu dan sebenarnya banyak hal yang ingin aku ceritakan pada mereka, kak AIDA dan juga Imah namun keterbatasan waktu yang menghalangi kami. Keesokan harinya aku langsung ke kantor BPJS tenaga kerja untuk mencairkan dana dan syukurlah semua berjalan dengan sangat lancar, aku juga mendapatkan uang yang sangat cukup untuk menopang kebutuhan biaya pulang pergi dari Jawa ke Sulawesi.