webnovel

Bab 12 Burn Out

Demi lulus ujian sertifikasi bahasa Jepang bukanlah hal yang mustahil, belajar dengan tekun, latihan berbicara, menulis dan mendengarkan sesering mungkin adalah kuncinya, akan tetapi aku hanya memiliki jangka waktu sekitar 2 bulan. Ujian sertifikasi ini juga memerlukan biaya yang cukup mahal untukku terlebih lagi aku tidak dapat menjamin bila aku akan lulus hanya dalam sekali ujian. Aku yang sudah mengkotak-kotakkan urusan rumah dan pekerjaan adalah hal yang berbeda dan tidak boleh saling mempengaruhi, namun untuk pertama kalinya aku benar-benar kalut, pikiranku benar-benar penuh, urusan rumah kini terbawa sampai ke dalam kantor yang alhasil berdampak pada performa kerja bahkan hampir membahayakan diriku sendiri.

Ketika itu aku dinas pagi, banyak berkas yang harus aku print, di tambah lagi beberapa pegawai mempersiapkan event ulang tahun kantor kami, sehingga banyak rekanku yang berlalu lalang. Setelah mencetak semua berkas lalu mengcopynya, segera ku bawa berkas setumpuk itu menuju ruang penanggung jawab tim. aku yang sedari tadi mencoba menghilangkan pikiran yang terus mengusik, hingga akhirnya aku jatuh terpeleset akibat tumpahan kopi. Badanku menjadi lumpuh sejenak, ku rasakan sakit yang luar biasa pada paha dan kepalaku, rekan-rekan yang melihat langsung menghampiri. Masih dalam posisi terbaring menyamping karena terjatuh, ku lihat beberapa fileku juga ikut basah akibat tumpahan kopi.

"Lilis kamu gak apa-apa?" Tanya kak Tini sambil memegangi bahuku.

"Tidak apa-apa kak, aku gak apa-apa" Jawabku sembari menahan tangis yang sudah di ujung bibir.

"Mbak maaf ya, ini salah saya" ucapk cleaning service.

"Saya yang salah pak, gak lihat-lihat" sanggahku.

Aku langsung di ajak kak Tini menuju UKS, sungguh pahaku sangat sakit, sehingga aku harus berjalan pincang yang membuat kak Tini semakin khawatir .

"Kak file banyak yang rusak kak, biar aku beresin dulu" ucapku.

"Udah kamu istirahat aja, biar aku yang cek ulang, gak semua rusak kok" kata kak Tini.

"Aku pergi dulu ya, satu jam lagi aku kesini, kalau masih kesakitan berarti kita harus ke klinik buat Rontgen " ucapnya.

"Iya kak, maaf sekali lagi ya kak" ucapku ldenfancair mata yang sudah memenuhi pelupuk mata.

Aku hanya sendirian ketika itu, rasa sakit pada paha kananku kembali terasa, namun aku masih berusaha kuat, aku mulai berkonsentrasi pada pahaku, apakah ada memar ataukah ada lecet dan apakah bila di sentuh terasa nyeri atau tidak. Syukurlah rasa nyerinya semakin mereda dan tidak ada bengkak atau luka seperti yang aku takutkan. Ku buka ponselku yang bergetar rupanya ada panggilan video dari Ija, aku tidak ingin terlihat menyedihkan di depannya, sehingga ku abaikan panggilan itu. Dua hari yang lalu aku berjanji akan menghubunginya yang berarti hari ini, namun fisik dan pikiranku sedang kacau, aku butuh ruang untuk sendiri dulu. Terlihat Ija mencoba menghubungi ku sampai 3 kali, lalu muncul pesan darinya.

"Kamu lagi sibuk yah?" Tanyanya.

Ku biarkan pesan itu, ku coba untuk kembali mengumpulkan energiku. Rupanya aku tertidur, di sampingku sudah ada kak Tini dan Kak AIDA yang duduk.

"Kamu sudah bangun?, Tadi pas kami datang kamu sudah tertidur pulas" kata kak AIDA.

"Bangunkan saja kak, tadi sepi jadi aku ketiduran" ucapku.

"Kamu itu kecapekan Lis, dari kemarin gak ada jeda istirahat sama sekali" ucap kak Tini.

"Gimana pahanya masih sakit" tambah kak Tini.

"Udah reda kok kak sakitnya, insyaallah gak apa-apa " jawabku.

"Dari tadi ponsel kamu getar terus, coba kamu cek deh, takut nya penting" kata kak AIDA.

"Iya kak, aku mau pulang dulu aja" jawabku.

Dengan perlahan aku berjalan, syukurlah rasa nyerinya sudah jauh membaik.setibanya di rumah Aku kembali menyalakan diriku, sikapku yang tidak bisa profesional itu. Setelah membersihkan diri, cepat-cepat ku buka ponselku, ada 4 panggilan dar Ija dan ada 5 pesan darinya.

"Lis?, Kamu gak apa-apa kah?"

"Bisa aku telpon sebentar"

"Lis?"

"Kamu masih di kantor ya?"

"Tolong balas pesanku kalau kamu sudah ada waktu"

Pesannya berjarak 15- 20 menit, barulah aku panik takut Ija masih menunggu kabarku.

"Maaf ya,,,, saya tadi masih di kantor 🥺" balasku.

Tak lama Ija kembali menelepon ku.

"Kamu tidak apa-apa kan?" Tanyanya.

"Iya tadi aku lembur, ada file yang harus ku cetak untuk persentasi besok" jawabku.

"Maaf ya,,,,," tambahku.

"Tidak apa-apa, aku kira ada apa, karena biasanya kamu selalu menepati janji" ucapnya.

"Iya kadang ada agenda yang tidak bisa saya perkirakan " jawabku.

"Iya, kalau begini aku jadi tahu waktu kerjamu" ucapnya.

"Kalau ada yang ingin kau ceritakan, telpon saja, insyaallah saya bisa mendengarkan" tambahnya.

"Iya siap Kak, bagaimana kabarnya kita?" Tanyaku.

"Baik, hanya saja saya ada masalah besar" jawabnya.

"Apa ini berhubungan dengan skripsi mu?, Cerita saja sama saya" ucapku.

"Bukan karena itu, saya sedang merindukan orang yang sedang sa ajak bicara" ucapnya.

"Maaf ya tadi saya menelepon terus, saya hanya takut terjadi apa-apa, apalagi,,,,,," ucapnya terhenti.

"Jangan pikir yang aneh-aneh, itu tidak mungkin terjadi" balasku.

Di saat itu aku sangat bersyukur, aku memiliki sahabat yang sangat peduli padaku dan kini ada Ija yang selalu memberiku dukungan. Aku adalah orang yang mudah akrab dengan seseorang. Minggu lalu bertepatan dengan kedatanganku dari kampung, aku mendapat rekan kerja baru yang bernama Jannah, sebagai junior ia adalah anak yang rajin. Hari itu kami lembur hanya berdua, di sela waktu kerja itu ia menceritakan tentang pernikahannya, bukan untuk meminta saran akan tetapi lebih kepada ingin sekedar bercerita. Aku tentu sangat paham kondisinya saat itu. sejak saat itu kami menjadi dekat, lalu tak sengaja ia melihat pencarian di laptopku, informasi tentang G to G.

"Kakak mau jadi TKW?" Bisiknya padaku.

"Iya" jawabku.

Sebelumnya aku sudah menceritakan tentang rencana ku untuk mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan, hanya saja aku tidak menceritakan bila akan menjadi TKW. Saat itu Jannah mengirimiku informasi loker ke Saudi Arabia, tentu, tanpa pikir panjang aku mengikuti tes yang sedang di adakan di kotaku, yang meminta syarat bisa berbahasa Inggris membuatku lolos ujian.

Pada saat itu juga aku menandatangani kontrak kerja sementara dan di infokan bila proses akan di mulai beberapa hari setelah lebaran idul Fitri. Aku masih belum menceritakan hal ini pada Ija, ataupun keluarga ku, sehingga setelah ujian aku tetap bekerja seperti biasa.

Bulan Ramadhan pun tiba, aku tetap bekerja seperti biasa, yang membuat berbeda adalah Aku tidak akan mendapat pesan dari Ayah yang sekali waktu mengingatkanku waktu sahur atau berbuka puasa.

"Ayah sudah meninggalkan aku ya?" Tanyaku dalam hati.

Sungguh seolah aku baru menyadari bahwa ayahku sudah sebulan lalu pergi, sewaktu aku kembali aku merasa beliau masih ada di kampung, hanya saja karena jaringan yang buruk beliau tidak pernah menghubungi ku. Untung saja aku masih punya sosok ibu yang begitu perhatian padaku dan Ada sosok Ija yang selalu ada untukku. Walaupun terpisah oleh jarak aku dan ibu begitu dekat secara emosional begitu juga yang ku rasakan pada Ija.