Sontak terkejut Andi mendengar ada seseorang yang memergoki dirinya yang sedang asik menyiksa hewan.
"A--anu, a-aku lagi bermain," jawab Andi.
"Bermain? Bermain apa?! Apa aku bisa ikut juga?"
"Membunuh hewan," ujar Andi sedikit tersenyum.
"Haaaaa?! Membunuh hewan? Kamu kok jahat sekali!"
"Hahaha kan aku hanya membunuh hewan kecil, bukan hewan besar ataupun manusia. Lagian yang aku bunuh itu hewan-hewan pengganggu saja. Mending kamu ikut juga deh, pasti kamu ketagihan," ajak Andi
"Tapi kan ...." Dia sedikit ragu, karena belum pernah melakukan tindakan tersebut.
Untuk meyakinkan temannya yang masih ragu, Andi menyuruh dia untuk duduk disampingnya. Di ambilnya ranting yang mempunyai sisi tajam.
"Nah gini caranya, Ja," Ujar Andi
Andi menusukkan ranting pohon yang tajam itu dengan kuat ke arah mata Kodok tersebut.
Seketika kodok itu meronta-onta karena merasakan kesakitan yang teramat sangat.
"Ihh ... Ndi, mata kodoknya jadi hancur," ujar Raja geli.
"Hahahaha tapi seru kan?" tanya Andi.
"Eh, iya ya seru juga. Bisa melihat hewan kesakitan," ujar Raja sedikit senang.
"Dan kita bisa melakukan apa saja kepada hewan, tanpa merasa bersalah. Karena kan kita tidak melukai manusia," ujar Andi.
"Kenapa gitu?" tanya dia penuh heran.
"Ya iyalah, karena kita membunuh hewan. Mereka kan hanya pelengkap kehidupan manusia saja. Jadi kita bebas membunuhnya." Dengan wajah percaya diri, Andi menjelaskan semuanya.
Sejak saat itulah perasaan hampa yang Raja rasakan perlahan mulai menghilang, ketika dia melakukan kegiatan tersebut.
Setiap sore mereka berdua selalu melakukan kegiatan kejam tersebut sampai mereka merasa bosan, karena hanya melukai hewan kecil.
Tiba-tiba terlintas sebuah ide di pikiran Raja, dia mengusulkan untuk bermain dengan hewan lain yang ukurannya lebih besar dari sebelumnya.
"Eh, Andi. Bagaimana kalau kita melakukannya kepada hewan lebih besar?" tanya Raja.
"Hewan lebih besar, seperti apa maunya?"
"Bagaimana kalau kucing?"
"Kucing? Hmm ... boleh juga tuh, kan di tempat ini banyak sekali kucing, di tambah mereka suka mencuri makanan kita," jawab Andi.
Mereka berdua langsung keluar dari kebun singkong itu untuk mencari kucing yang berkeliaran di sekitaran komplek perumahan. Tak beberapa lama akhirnya mereka menemukan seekor kucing di dekat rumah Raja, kucing itu habis keluar dari rumahnya membawa ayam goreng.
"Nah, itu aja kucingnya. Lagian dia juga mencuri ayam goreng punya kamu," tanya Andi.
"Ayam goreng ku," isak Raja dengan wajah masam sambil termenung, karena ayam goreng kesukaan dia di curi oleh kucing itu.
"Woy Ja, woyy!! Lu di tanya malah bengong." tanya Andi kesal.
Tanpa menggubris pertanyaan Andi lagi, Raja mengejar kucing itu penuh dendam. Dengan pontang-panting dia mengejar kucing itu sampai tertangkap.
"Mau lari kemana lagi kau kucing sial*n, Kamu jadi kucing jangan suka mencuri, jangan seperti Sweaper—karakter di film Dora The Explore—yang suka mencuri. Kamu pantas mendapatkan hukuman!!" gerutunya.
"Nah ni, Ndi. Kucingnya sudah aku tangkap. Eh ... Ndi ... lu dimana?" ucap Raja.
Raja kebingungan kemana temannya itu, perasaan tadi dia di sampingnya. Selang beberapa menit Andi pun muncul sambil terengah-engah.
"Gila lu, Ja. Lari lu udah kek hantu, cepat banget," tegur Andi.
"Hahaha iya dong, aku kan Raja, jadi harus cepat larinya. Kalau gak cepat ya mana bisa menangkap Sweaper ini," jawab Raja.
"Ha? Siapa itu Sweaper?"
"Ini si kucing, kan Sweaper suka mencuri. Jadi aku namankan dia Sweaper."
"Jangan mencuri hahaha," sambung Andi.
"Hahaha , udah ayo kita bawa kucing ini ke markas kita, Ndi," ajak Raja.
Mereka pun langsung bergegas ketempat markas dengan terburu-buru, agar tidak di curigai orang lain. Sesampainya mereka di sana, Andi langsung mengambil ranting pohon yang memiliki duri dan tidak pula pena andalannya, entah apa yang akan mereka lakukan terhadap kucing itu.
"Nah ini kucing mau kita apakan?" tanya Raja.
"Kalau aku nakal, biasanya ibuku menepuk pantatku sih. Nah bagaimana kalau kita pukul pantat kucing ini dengan ranting berduri ini," tanya Andi
"Ide bagus tuh, Ndi," ujar Raja.
Tanpa ampun Mereka menepuk pantat kucing itu menggunakan ranting berduri dengan sangat kuat, sampai kucing itu mengeong dengan amat keras.
"Ah bosan nih," ucap Raja.
"Hmm ... apalagi ya." Andi berpikir dengan keras. "Nah, bagaimana kalau kita tusuk lobang pantatnya?"
"Wih ... Oke hajar," Ujar Raja.
Raja langsung memegang kepala dan tangan kucing itu, agar saat tidak meronta-onta. Andi menahan kedua kaki kucing dengan tangan kirinya dan dengan tangan kanan yang memegang ranting berduri itu, dia mulai menusuk lobang pantat kucing dengan perlahan-lahan sampai Sekuat-kuatnya hingga kucing itu meronta-onta. Mereka berdua lantas tertawa melihat kucing itu kesakitan.
Ketika mereka sedang sibuk menyiksa kucing itu, tanpa mereka sadari ada sesosok orang yang sedang memperhatikan mereka dari jauh.
"WOY!! NGAPAIN KALIAN DISANA!!" tegur nya.