webnovel

Program 30 Hari Menulis NAD

Sebuah program rangkaian menulis selama 30 hari di bulan Juni 2020

Frisca_6869 · Urbano
Classificações insuficientes
30 Chs

Kisahku bersama Loreng

#NAD_30HariMenulis2020

#Hari_ke_8

#NomorAbsen_144

Jumlah kata : 783 kata

Judul : Kisahku Bersama Loreng

Isi :

Namanya Loreng. Dia adalah harimau liar yang menjadi sahabatku. Tinggal di pedesaan yang dekat dengan hutan membuatku akrab dengan hewan-hewan di sana, tetapi yang paling dekat denganku adalah Loreng.

Persahabatan kami dimulai saat aku menemukan Loreng sedang kesakitan akibat kakinya terkena jerat pemburu. Ya, memang kadang ada pemburu liar yang meski telah diperingatkan, tetap saja berburu di hutan. Segera kulepas jerat itu dan kurawat lukanya, walau semula Loreng terlihat marah dan tidak percaya padaku, tetapi dia tidak menyerangku dan membiarkan aku mengobati kakinya tersebut.

Kami kemudian menjadi akrab. Setiap hari kuhabiskan waktu untuk bermain dengannya. Bermain dan berlari di tengah rimbunnya belukar dan pepohonan tinggi di hutan. Harimau muda itu begitu lincah. Dia mengejarku dengan cepat. Sering pula kubawakan daging mentah yang sengaja kubeli di pasar untuk Loreng. Kadang aku bersembunyi untuk mengerjai dia, tetapi dirinya selalu bisa menemukanku.

***

Hari itu berlangsung seperti biasa. Aku bermain dengan Loreng. Kini tubuhnya tampak makin besar dan garang. Meski begitu, aku tidak takut. Seperti apa pun dia, tetap saja dia adalah Loreng, sahabatku. Harimau yang sering bertingkah manja layaknya seekor anak kucing di hadapanku.

Loreng berlari kecil. Dia berulang kali menoleh padaku seolah memastikan bahwa aku mengikutinya. Aku sendiri tidak mengerti dengan maksud dia. Tadinya dia lari saat melihatku. Sempat terpikir dia sedang mengajakku bermain seperti biasa. Akan tetapi, perilakunya menunjukkan bahwa dia sedang mengajakku.

Kami tiba di sebuah gua. Di dalam ternyata cukup luas. Loreng mengaum pelan sambil melihat ke arahku. Kemudian aku melihat mereka, tiga ekor bayi harimau yang mungil. Aku segera mendekat dan berjongkok untuk menggendong mereka satu per satu.

"Wah, ini anak Loreng, ya? Lucu-lucu sekali," ucapku penuh semangat. Loreng mengaum sekali lagi seolah mengiyakan ucapanku. Aku tertawa gembira sambil mengelus pelan kepala Loreng. Tidak pernah kusangka sahabatku telah menjadi seorang ibu sekarang.

***

Aku sendiri tidak pernah menduga bertemu dia. Pemuda gagah dan tampan dari kota bernama Doni. Sebagai gadis yang terkungkung dalam kehidupan desa dan hutan, aku merasa Doni sangat luar biasa. Begitu terpelajar dan sopan. Dalam hatiku dengan cepat timbul rasa kagum yang kemudian berubah menjadi cinta.

Tanpa pikir panjang, kuajak dia bertemu Loreng. Ternyata Loreng tidak suka. Dia mengaum keras sembari menggeram. Tatapannya yang ditujukan pada Doni seolah penuh amarah.

"Loreng, jangan begitu!" tegurku.

"Doni ini teman aku. Dia bakal jadi teman kamu juga."

Loreng kembali mengaum dengan keras. Dia masih mengarahkan tatapannya lekat pada Doni. Mengikuti setiap gerak-gerik pemuda itu. Entahlah, aku tidak pernah melihat Loreng semarah itu sebelumnya. Mungkin dia tidak suka ada yang dekat denganku.

***

Tanaman-tanaman belukar itu rusak terinjak. Hewan-hewan tergeletak mati di hutan tersebut. Segera dengan cemas aku berlari mencari Loreng. Saat itulah, aku melihat Loreng tengah dikepung beberapa orang yang membawa senapan. Doni ada di antara mereka.

"Loreng!" teriakku sambil berlari mendekat. Aku menoleh kepada Doni.

"Kenapa kau lakukan ini?"

"Aku akan memusnahkan hutan ini dan membangun tempat wisata di sini," sahutnya.

"Kau tidak boleh melakukannya. Tempat ini adalah rumah Loreng dan hewan-hewan lainnya!"

"Memangnya aku peduli? Yang kupedulikan hanya uang yang kudapat setelah membangun tempat ini. Kalau kau mau, kau juga bisa kuberi keuntungan. Anggap saja imbalan karena mengajakku ke sini."

Aku menatap Doni tajam. Baru kusadari kebodohan yang kulakukan karena terpikat oleh wajah tampan dan tutur manisnya. Kini yang kulihat hanyalah sosok keji yang tidak berperasaan.

"Tidak akan kubiarkan kau melakukannya!" desisku dengan penuh amarah.

"Kalau begitu, kau juga akan mati bersama hewan-hewan kesayanganmu itu," ucapnya sambil menodongkan senapan ke arahku.

Loreng melompat dan menyerang Doni. Menggigit tangan pria hingga berdarah. Pemuda itu menjerit kesakitan. Beberapa senapan tertuju ke arah Loreng. Aku segera bertindak, mengeluarkan busur dan anak panah yang selalu kubawa dan mengarahkan pada mereka. Anak-anak panah tersebut melesat cepat menembus tubuh mereka.

"Loreng!" teriakku. Sahabatku itu segera mengikutiku berlari pergi dari tempat itu. Beberapa pemburu mengejar kami. Sebuah letusan senapan terdengar nyaring. Aku menoleh dan melihat Loreng tergeletak di tanah. Darah segar mengalir dari tubuhnya.

Air mataku mengalir deras. Aku segera memeluk tubuh sahabatku itu. Memohon padanya untuk bertahan. Akan tetapi, Loreng menutup mata untuk selamanya selang beberapa saat.

Aku berteriak marah. Kembali kulepaskan anak panah pada orang-orang keji itu. Kuambil senapan milik mereka yang telah tewas dan kutumpahkan isi peluru pada mereka yang tersisa. Mataku mengabur oleh air mata dan amarah yang membuncah.

"Apa yang kaulakukan?" teriak Doni.

"Kau sudah membunuh orang!"

Aku menatap pemuda yang pernah kusukai itu. Ada bekas luka di tangannya akibat gigitan Loreng. Aku tersenyum sinis padanya.

"Dan kau telah membunuh sahabatku," ucapku sambil menembakkan beberapa butir peluru padanya. Air mataku kembali berlinang deras.

***

"Loreng," ucapku sambil menatap gundukan tanah tersebut.

"Kau beristirahatlah dengan tenang. Aku pasti akan menjaga dan merawat anak-anakmu dengan baik."

Kupeluk erat tiga ekor anak harimau dengan mata berkaca-kaca.

"Selamat jalan, sahabatku," bisikku seraya menengadah menatap langit.

Tamat