webnovel

Pria Dingin

" Maaf ya Na. " " Untuk apa? " " Maaf atas bang Gibran yang selalu bersikap dingin kepadamu." " Senang bisa mengenalmu, tak apa kan jika kita bersahabat ? " " Justru aku lebih senang jika kau mau bersahabat denganku." " Memangnya apa yang membuatmu penasaran ? " " Tentang sikapnya bang Gibran yang bersikap dingin. " " Memangnya ada apa ? " " Kenapa kau terlihat bingung begitu ? " " Astaga kenapa aku jadi gugup begini ? " " Ekhem! " " Sejak kapan aku membohongi sahabatku? " " Will you be my first love and my last? " " Apa yang sudah terjadi kepadamu? " " Kalian bicara tentang apa? " " Kenapa? Apa ada yang salah denganku? " " Kau tenang Anna disini ada kita, kita siap melindungi mu dari jangkauan pria seperti dia. " " Kurasa tidak perlu karena semuanya sudah jelas. " " Kamu salah faham Na, aku mohon kepadamu tolong kali ini dengarkan aku. " " Ingat Anna kau harus memberitahu kita jika terjadi apa-apa dengan mu. " " Dengar baik baik pukulan mu tidak ada apa-apa nya bagiku. " " Cukup! Aku menyerah! " " Kau berhutang cerita denganku Bilqis. " " Kenapa kau terlihat sangat gelisah? " " Siapa? " " Awww... Shh.. Pelan pelan dong Na. " " AKU TIDAK SEDANG BERCANDA BILQIS! " " Gibran apa kau sudah berhasil menemukan Anna? " " Maaf mah, pah, aku sama sekali tidak menemukan nya. " " Ayolah Gibran, satu kali saja turuti aku. " " Mah, Pah.. Aku sangat merindukan kalian... " " Pah bagaimana jika kita menjodohkan mereka? " " Tidak perlu mah biarkan anak kita yang mengungkapkan perasaannya sendiri. " COMING SOON 15 November 2020

Taeyoonna_Kim · Fantasia
Classificações insuficientes
49 Chs

Protect

"Tidak, dihatiku sudah ada orang lain. " Ujar Adnan mantap sambil membayangkan wajah tembamnya Bilqis yang menurutnya sangat imut apalagi suaranya.

~New Chaps~

Waktu istirahat pun tiba semua siswa-siswi berhamburan keluar menuju kantin karena cacing-cacing di perutnya sudah konser, begitu juga dengan sepasang sahabat itu. Namun ketika baru saja beberapa langkah tiba-tiba pria berkulit tan menghentikan langkahnya.

"Kalian tidak mengajakku?" Tanya pria itu sendu padahal itu hanya pura-pura.

"tidak, " Sahut Bilqis ketus.

"loh kenapa? " Beo Rey heran.

"tanyakan saja kepada sahabat licikmu," Sahut John menimpali, yang tiba-tiba sudah berada didepan mereka.

"yasudah jika Evans tidak boleh ikut, aku juga tidak jadi ikut, " Ujar Rey.

"siapa juga yang mengajakmu? " Tanya Bilqis acuh.

"ayo Na, kita ke kelas bang Gibran dulu setelah itu ke kantin, " Ucap John.

Gadis mungil itu mengernyitkan keningnya seakan bertanya 'kok bisa'?

"bang Gibran yang memintanya," Sahut John sambil tersenyum tipis, padahal itu hanya alibinya saja.

Bukankah kebohongan untuk kebaikan itu tidak masalah?

"Aku tidak diajak nih?" Tanya Bilqis sambil menunjuk diri sendiri.

"ya tentu saja kau ikut, " Jawab Anna. "boleh ya bang? Supaya ada temannya juga, masa iya aku perempuan sendiri, " Sambungnya meminta persetujuan dari sepupunya.

Pria berlesung pipi itu hanya menganggukkan kepalanya saja sambil tersenyum tipis yang membuat gadis mungil itu bersorak senang karena sahabatnya diperbolehkan ikut.

Kemudian ketiga makhluk berbeda jenis kelamin itu segera beranjak menuju kelas 12A dimana pria berkulit putih pucat itu duduki.

Sesampainya disana Gibran terlihat mengangkat satu alisnya seakan bertanya tentang kehadiran dua gadis cantik yang mengekor dibelakang saudara kandungnya.

"begini bang, aku sengaja mengajak Anna untuk bergabung karena pria brengsek itu selalu mencari kesempatan dalam kesempitan, " Jelas John. "dan soal Bilqis, Anna sendiri yang meminta agar menemaninya, " Sambungnya.

"yasudah, tak masalah, " Sahut Gibran sambil tersenyum tipis. "jangan harap kau bisa menyentuh Anna lagi, " Sambungnya dalam hati.

"yasudah kalau begitu ayo kita ke kantin, " Ajak Adnan.

Mendengar interupsi dari pria berbahu lebar itu membuat mereka mau tak mau segera melangkahkan kakinya menuju kantin, seperti biasanya sepanjang koridor kelima makhluk berbeda jenis kelamin itu menjadi pusat perhatian siswa-siswi.

Terutama pria berkulit putih pucat yang merangkul mesra sepupu adiknya, sedangkan John hanya sesekali melirik nya dengan tatapan yang sulit diartikan begitu juga dengan pria berbahu lebar yang mencuri-curi pandang kepada Bilqis yang berjalan disampingnya.

Bisikan-bisikan netizen pun mulai bersuara.

"𝘏𝘦𝘺 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘬𝘢𝘬 𝘎𝘪𝘣𝘳𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯? "

"𝘸𝘩𝘢𝘵 𝘥𝘦𝘮𝘪 𝘢𝘱𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘬 𝘎𝘪𝘣𝘳𝘢𝘯? "

"𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘬𝘢𝘱 𝘮𝘢𝘯𝘪𝘴 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘭𝘢𝘨𝘪, "

"𝘖𝘔𝘎 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘪𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶, "

"𝘱𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯 𝘨𝘢𝘯𝘵𝘪𝘪𝘯 𝘱𝘰𝘴𝘪𝘴𝘪𝘯𝘺𝘢, "

"𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘭𝘦𝘩 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘳𝘩𝘢𝘵𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘵𝘶, "

"𝘒𝘢𝘬 𝘈𝘥𝘯𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘉𝘪𝘭𝘲𝘪𝘴 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘮𝘢𝘴𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘦𝘬𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘩, "

"𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘶𝘮 𝘣𝘢𝘶-𝘣𝘢𝘶 𝘢𝘳𝘰𝘮𝘢 𝘵𝘩𝘦 𝘭𝘰𝘷𝘦 𝘵𝘳𝘪𝘢𝘯𝘨𝘭𝘦, "

"𝘬𝘰𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢? "

"𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪, 𝘑𝘰𝘩𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘤𝘦𝘮𝘣𝘶𝘳𝘶 𝘥𝘪𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘢𝘬 𝘎𝘪𝘣𝘳𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘵𝘶, "

"𝘸𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘫𝘶𝘨𝘢, "

Dan masih banyak bisikan-bisikan yang lainnya.

~Kantin~

Sesampainya disana mereka masih menjadi pusat perhatian para 𝘩𝘶𝘮𝘢𝘯, namun mereka menghiraukannya dan lebih memilih untuk segera mencari meja yang masih kosong, kebetulan mereka mendapatkannya yang paling sudut, sehingga tidak akan tersenggol oleh pengunjung lainnya tak lupa pula segera memesan makanannya.

"Ibu pesan bakso dan orange juice masing-masing 5," Ucap John ramah kepada wanita paruh baya berperawakan tambun yang diketahui sebagai pemiliknya.

"oke, " Sahut Ibu Ijah sambil tersenyum ramah.

Kemudian Ibu Ijah pun segera menghilang dibalik pintu dapur, sedangkan kelima makhluk berbeda jenis kelamin itu berbincang-bincang sambil menunggu pesanan datang.

"Bang John, Bilqis, kenapa barusan kalian melarang Evans ikut dengan kita? " Tanya gadis mungil itu ragu.

"karena jika dia diperbolehkan ikut, nanti wajahmu murung seperti kemarin, " Sahut Bilqis sambil tersenyum tipis.

"Bilqis benar, selain itu kamu lebih banyak diam tanpa sepatah katapun, " Timpal John.

"loh bang John tahu darimana? " Tanya Anna heran.

"tak perlu diberitahu pun sudah terlihat dari perubahan sikapmu Na, " Jawab John mantap.

"Kau tak perlu takut lagi, karena aku akan selalu menemanimu, " Ujar pria berkulit putih pucat itu sambil tersenyum tipis.

"Kak Gibran apa kau yakin hanya dirimu? " Tanya Bilqis tak percaya.

"emm_anu_ maksudku kita semua, " Sahut Gibran gelagapan.

"Aku mencium aroma jatuh cinta nih, " Sindir Adnan sambil tersenyum jahil kepada sahabatnya.

"memangnya aku jatuh cinta kepada siapa? " Pertanyaan bodoh itu spontan keluar dari bibir Gibran dengan mulus.

"padahal aku hanya menebak saja loh, tapi kenapa kau bertanya seperti itu? Oh aku tahu atau jangan-jangan_ mphhhh, " Ucapan Adnan terpotong karena bibirnya dibungkam dengan tangan kekar sahabatnya.

"Aku hanya salah bicara, jadi kau jangan berkata yang tidak-tidak, " Ucap Gibran kesal setelah itu kembali melepaskan tangannya.

"ya, ya, ya terserah kau saja, " Jawab Adnan malas.

"tapi aku sangat berterimakasih kepada kalian karena sudah peduli kepadaku, " Ucap gadis mungil itu sambil tersenyum penuh arti.

"iya Na, itu sudah menjadi tugasku_ eh ralat kita sebagai orang-orang terdekatmu. Benar kan John, Kak Gibran dan Kak Adnan? " Sahut Bilqis sambil meminta persetujuan dari ketiga pria tampan tersebut yang segera diangguki oleh mereka.

"tapi mungkin sekarang bagiku berbeda, dia adalah sosok yang spesial dihidupku, " Bathin??

Baru saja selesai berbincang, Ibu Ijah datang dengan membawa makanan yang dipesan oleh mereka.

"ini pesanannya dan selamat menikmati, " Ucap Ibu Ijah sambil tersenyum ramah.

"terima kasih bu, " Sahut Anna sambil membalas senyumannya.

Setelah itu mereka segera menyantap makanannya dengan suasana hening.

Disisi lain, terlihat pria berkulit tan itu sedang berpura-pura merasa sebal kepada gadis mungil itu didepan Rey, karena memang tujuannya adalah menghasut pria berparas maskulin itu yang hanya dianggap 'sahabat palsu' agar membenci mantan (kekasih) nya.

"ck, aku sebal kepada mereka pakai segala melarangku kekantin bersama, padahal aku berniat untuk berteman, " Gumam Evans sambil berdecak sebal.

"sabar ya Vans, " Ucap Rey prihatin.

"tidak bisa Rey, aku yakin pasti ini ulahnya Anna, " Sahut pria berkulit tan itu berapi-api.

"Anna? Setahuku dia tidak begitu, " Ujar Rey ragu.

"kau tak tahu sifat dia yang sebenarnya, " Jawab Evans dengan memasang wajah jengkel.

"memangnya bagaimana? " Tanya Rey penasaran.

"rupanya Rey mulai termakan dengan ucapanku, " Smirk Evans dalam hati.

"begini Rey, dia sebenarnya sombong waktu masih sekolah di Bogor, Anna selalu berkata bahwa aku tidak pantas untuk bergabung dengan sahabat dan juga dirinya, " Tutur Evans dengan wajah sulit diartikan.

"serius? " Tanya Rey tak percaya.

"iya Rey, aku serius. Maka dari itu aku sangat yakin bahwa ini pasti ulahnya dia, " Sahut Evans meyakinkan 'sahabat palsu' nya.

"Aku tak menyangka ternyata dia mempunyai sifat buruk, mentang-mentang berprestasi jadi sombong begitu, " Ucap Rey kesal.

"hahaha akhirnya Rey percaya dengan bualanku, ternyata mudah juga membohongi orang sepertinya, " Bathin Evans sambil tertawa puas.

~^_^~

Tak lama kemudian waktu pulang pun tiba, semua siswa-siswi segera beranjak kerumahnya masing-masing termasuk Anna dan kedua pria tampan itu, namun ketika mereka hendak naik kendaraan roda empat tersebut tiba-tiba pria berkulit tan itu mendekat, wajah gadis mungil itu berubah murung seketika.

"Kak Gibran, John, bolehkah aku meminjam Anna hanya hari ini saja? sekalian ingin membicarakan sesuatu, " Ujar Evans dengan wajah ramah yang dibuat-buat.

"Aku janji akan mengantarkan dia pulang kerumah kalian dengan selamat, " Sambungnya meyakinkan mereka.

"tidak bisa, dia harus belajar, " Jawab Gibran datar.

"lagi pula apa yang ingin kau sampaikan belum tentu penting, " Sahut John menimpali.