Lelaki paruh baya itu awalnya terdiam kemudian ia menarik nafas panjang berkali-kali untuk mengatur inonasi nada bicaranya. Ia menatap anak laki-lakinya yang sekarang hanya menatapnya juga.
Pak Pratama bangkit dari duduknya, berjalan ke arah Damar yang hanya duduk di kursi roda, "Kelemahan dia, adalah memiliki milikmu disisinya!" Pak Pratama berkata lirih ditelinga Damar, lalu pergi begitu saja, menyisakan ribuan pertanyaan di benak laki-laki itu.
Damar memutar kursi roda dengan kedua tangannya, tidak sengaja ia melirik sebuah foto di meja Kania, fotonya juga gadis itu yang bahagia sekali padahal hanya memakan semangkuk mie instan.
Reina tiba-tiba masuk, dan membuat Damar mengalihkan pandangannya. "Apa sudah selesai?" tanya Reina. Ia menanyakan hal itu pada lelaki yang ia sebut kekasihnya.
Damar mengangguk pelan, "Mau pergi? kamu sepertinya menghabiskan waktumu mengurusku di Rumah sakit, haruskah kita pergi berbelanja?" tanya Damar.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com