webnovel

PESONAMU (JENLISA)

Bagaimana jadinya jika manusia dingin jatuh dalam pesona manusia manja "Iya Nini, panggilan yang lucu bukan? Seperti pemilik namanya lucu dan cantik. Lili menyukainya" Lisa. ~langsung baca saja nb. update setiap hari senin dan kamis gxg

jenlisa23_ · LGBT+
Classificações insuficientes
25 Chs

Part 7 (Jennie Meresahkan IV)

Jennie Pov

"Untung saja aku segera bangun saat mendengar bel istirahat berbunyi. Bisa bisa aku menjadi bulan bulanan Jisoo unnie dan teman temannya jika mereka tahu apa yang terjadi tadi" batinku.

"Apa Lili tidak lapar?" Irene mengelus lembut surai rambut Lalisa. Entah kenapa aku kesal melihat Liliku disentuh Irene unnie.

"Lili masih kenyang unnie" jawab Lalisa menatapku. Ku balas dengan tatapan dingin. Apa dia tidak salah menjawab. Bukankah sedari tadi dia tidak makan apapun.

"Apa tadi Lili sudah makan?" Seulgi

Aku lihat Lalisa hanya menatapku seolah meminta bantuan menjawab pertanyaan Seulgi.

"Aku sudah memesankan makanan saat kalian pergi tadi" dingin Jennie.

"Tapi ini sudah jam makan siang. Kajja kita kekantin" Rose.

"Apa Lili sedang merasa tidak sehat? Jika iya, tidak usah ikut kekantin ne. Unnie antarkan Lili pulang saja ne" Irene.

Aku hanya memutar malas bola mataku, jengah melihat perlakuan berlebihan Irene unnie kepada Liliku. Tangannya suka sekali menyentuh Liliku, memang sesekali harus diberi pelajaran. Entah kenapa aku menjadi Posesif kepada Lalisa. Tapi yang jelas aku tidak suka melihatnya dekat dengan selain aku.

Aku lihat Lalisa menggeleng menjawaban Irene unnie.

"Lili sudah sehat. Lili ikut unnie saja. Lili tidak suka di ruangan sempit ini" Lalisa menampilkan senyuman terbaiknya pada Irene.

"Kajja" Irene berdiri dan berniat merangkulkan tangannya pada Lalisa. Aku yang melihat pun segera menarik Irene menjauh dari Liliku.

"Bukankah Lili berjanji untuk membantu unnie berjalan" aku segera memposisikan diri disebelah Liliku. Aku melihat raut Irene unnie yang sedikit tekejut.

"Yak Mandu, bukankah tadi kau bilang kau bisa berjalan sendiri. Dan kau bahkan menolakku saat ingin membantumu" Jisoo

"Aishh, manusia chikin satu ini menyebalkan" batinku.

"Saat ini kakiku terasa sakit" bohongku.

"Apa Lili gendong saja unnie?" Lalisa. Aku melihat kekhawatiran di matanya. Membuatku merasa bersalah telah berbohong.

"Ani, tidak akan sakit jika Lili disebelahku" aku mengusap lengannya lembut untuk meyakinkan dan memberikan rasa nyaman.

"Sudahlah aku akan ke kantin dahulu. Kalian silahkan lanjutkan perdebatan kalian" sebal Rose. Rose melangkahkan kakinya meninggalkan Jisoo, Jennie, Seulgi, Irene dan Lalisa.

Normal POV

Jisoo, Jennie, Seulgi, Irene dan Lalisa pun berjalan kekantin dengan Jennie disebelah Lalisa mengalungkan tangannya posesif pada lengan Lalisa. Sesekali Jennie membalas dingin tatapan yang menatap wanita jangkung disebelahnya itu. Dari sebarang terlihat Joy dan Wendy yang melambaikan pada Jisoo dan teman temannya.

Jennie menarik Lalisa duduk disebelahnya saat Lalisanya akan duduk di bangku sebrangnya. Jennie tidak melepasakan tangannya yang mengait tangan Lalisa. Lalisa hanya bisa diam. Jisoo yang melihatnya pun jengah.

"Mandu! Bisakah kalu lepaskan tanganmu itu. Kau tak kasihan pada anak ayamku yang kesusahan makan" Jisoo

"Biarkan saja, aku akan menyuapi Lili" Jennie menyendokkan makanan dan menyuapkan pada Lalisa. Lalisa membuka mulutnya dan menerima suapan Jennie.

Semua yang ada di meja itu kecuali Seulgi terkejut akan sikap agresif Jennie. Sebenarnya mereka sudah tau jika Jennie memiliki sikap agresif. Namun sikap itu hanya Jennie tunjukkan kepada orang yang dekat dengannya. Bukankah Jennie baru kenal Lalisa kemarin.

"Apa yang aku bilang. Siluman kucing ini sudah tergila gila pada Lalisa saat pertama kali bertemu" ucap Seulgi enteng yang dihadiahi tatapan mematikan Jennie.

"Sudah habisakan makanan kalian!" Irene. Suasana menjadi diam foksus pada makanan mereka masing masing.

Back to JenLisa . Saat suapan kelima Lalisa menolak suapan Jennie.

"Lili sudah kenyang Nini" bisik Lalisa yang hanya bisa didengar Jennie. Lalisa takut jika suaranya terdengar Irene dan terkena amukan macan betina galak itu.

"Ini belum ada setengah Lili. Tiga suapan lagi ne" bisik jennie

"Ani, Lili sudah sangat kenyang Nini" bisik Lalisa

"Sedikit saja ne. Lili belum makan dari pagi tadi. Bagaimana bisa kenyang" bisik Jennie

"Lili sudah kenyang Nini, karena uyu tadi" bisik Lalisa dan lebih mempelankan suaranya diakhir.

Jennie yang mendengar hanya bisa menunduk menahan pipinya yang memerah. Irene yang sebenarnya mendengar bisikan JenLisa walau tidak begitu jelas hanya menyinggungkan senyum tipis.

Pulang sekolah terpaksa Jennie diantar pulang oleh Jisoo. Kondisi kaki Jennie tidak memungkinkan Jennie mengendari mobilnya sendiri. Di dalam mobil Jisoo tadi tidak henti hentinya memberikan ocehan kepada Jennie. Jennie hanya bisa bedoa supaya cepat sampai rumah. Kupingnya sudah panas mendengar ocehan unnie-nya.

"Itulah jika kau membantah ucapan orang tua" Jisoo diakhir ocehannya. Jennie hanya memutar malas bola matanya.

"Unnie lihat sepertinya kau tertarik pada Lalisa, iya?" pertanyaan tiba tiba Jisoo sukses membuat Jennie gelagapan.

"me- menurut unnie?" Tanya balik Jennie

"Yak Mandu! Kan unnie bertanya padamu kenapa kau balik bertanya?" Jisoo yang jengah menatap Jennie. Kebetulan mereka sedang terjebak lampu merah.

"Aku pun tak tau unnie" jujur Jennie menundukkan kepalanya.

Jennie masih belum tau kenapa dia bisa melakukan semua hal yang bertolak belakang dalam dirinya pada Lalisa.

"Aku tidak pernah merasakan seperti ini sebelumnya. Apalagi saat aku dekat dengan Lalisa jantungku berdetak sangat kencang serasa habis lari marathon. Juga seperti ada ribuan kupu kupu berterbangan diperutku" Jennie

"Unnie rasa kau sudah tertarik pada Lalisa. Sudah aku bilang tidak ada yang bisa menolak pesona anak ayamku" kekeh Jisoo diakhir kalimatnya. Jennie masih menunduk dengan wajah suramnya.

"Sudah jangan terlalu kau pikirkan. Biarkan mengalir saja ne. Jika kau memerlukan sesuatu datanglah pada unnie" Jisoo mengelus punggung tangan Jennie.

Sedari tadi Jisoo tau dari raut wajah Jennie. Jennie sedang memikirkan sesuatu. Tapi karena Jisoo orang yang tidak ingin ikut campur dalam urusan pribadi sesorang. Jisoo hanya bisa memberikan rasa nyaman pada Jennie.

"Gomawo unnie" Jennie memnampilkan gummy smilenya pada Jisoo.

"Aigo, adik kecil unnie sepertinya sedang merasakan cinta monyet. Unnie akan membiarkanmu memastikan perasaanmu sendiri" batin Jisoo.

~to be continued