webnovel

Enemy

"Selamat pagi." Ucap Jodi pada Nathan, semuanya mendadak berkumpul di kamarnya, termasuk Crystal dan Alam.

Nathan membuka sedikit matanya, "Oh, ya." Jawab Nathan malas, dia terlalu lemas untuk bangkit sekrang dan masih ingin berpacaran dengan bantal serta selimut.

"Satu, dua.." Alam berhitung menatap kakaknya yang bergeser tidur.

"Tiga."

"ANNA! " Teriak Nathan ia langsung beranjak bangkit lalu menatap Jodi. Crystal menghela nafas berat, ini kali kedua dia melihat kakaknya tidur malam dan bangun pagi, kemudian untuk kedua kalinya juga bangun bangun langsung menanyakan wanita yang bahkan Crystal sendiri belum melihatnya dengan jelas terkecuali pada CCTV.

--

"Bodoh! Kalian bodoh!" Bentak Nathan. ia memijat kedua pelipisnya lagi persis seperti bulan lalu, hanya saja tidak ada yang berlutut, semuanya berjajar rapi dan menundukkan kepala. Alam bertopang dagu di sebrang Nathan, melihat kakaknya yang frustasi sendiri sedangkan Crystal berada tepat di belakang kakaknya Nathan, dia memijat leher yang katanya kaku dan konon, harus di pukul dengan bantal untuk menghilangkan sakitnya.

"Dia pintar." Puji Alam, Semalam Jodi telat lima menit datang untuk menjemput, tapi bosnya sudah tertidur pulas di dalm kapal, lalu supirnya juga mengatakan, bahwa wanita itu menyuruuhnya menunggu hingga ada yang menjemput orang di dalam kapal. Dan dia pergi terlebih dahulu.

"Dua kali, kakak di bodohi." Alam membalikan kata kata kakaknya, ahh Nathan semakin frustasi saja di permainkan mangsa.

Kring

Amarah Nathan tidak mampu dia tahan lagi, notifikasi tentang penarikan uang tiga milyar di garut membuat darahnya berdesir, Anna mengambil lagi dompet Nathan ketika dirinya tidak sadarkan diri.

"Pemeras yang hebat." Ledek Crystal, dia bernafas di atas kepala kakaknya untuk melihat pesan pemberitahuan bank sentral. Ini benar benar perlakuan yang sudah tidak bisa di toleransi, pencuri, penipu, dan penggoda. Oke, Nathan akan membalasnya tiga kali lipat untuk itu.

"Ayo! Ku pimpin misi berburunya.." ajak Nathan berlalu keluar rumah dan menghampiri motor KLX yang ada di halaman, kali ini dia turun tangan sendiri mencari wanita bernama Anna, setan kecil itu benar benar harus di atasi dengan benar, tidak bisa di beri kelonggaran. Para adiknya tidak bisa ikut, mereka sibuk untuk Zoger yang terus merangkak naik, hanya bisnis gelap kakaknya saja perlahan namun pasti turun dan terus menurun, pemasukan sedikit dengan barang yang banyak keluar, itu akibat pencurian berulang kali oleh Rey dan Cristian.

Jodi dan lima orang lainnya mengikuti dari mobil, dua naik motor untuk menyeimbangi jalan bosnya. jodi juga sibuk menelpon bank central di garut untuk memberikan rekaman CCTV, lalu menelpon badan lain untuk membekukan kartu kartu milik Nathan, yang baru saja Nathan ganti baru bulan lalu. masalahnya adalah beberapa kartu perusahaan zoger ada pada dompet pria itu, sangat ribet dan belibet ketika mereka mengurus pergantian kartu perusahaaan, siapa sangka? Ada yang berhasil mencuri uang langsung dari saku bosnya, dua kali malah.

"Luar biasa." puji Jodi, dua kali juga ternyata Nathan bisa di kelabui, dia jadi ingin sekali melihat lebih lama, wanita bernama Anna yang sukses mampu membuat bosnya tertidur dua kali.

--

Trik sama di pakai Nathan, dia menggunakan kecepataan angin, dan Jodi sibuk memberikan arahan serta jejak sosok Anna yang di tangkap beberapa CCTV gedung, bahkan blackbox sebuah taxi berhasil di dapatkan. Membawa Jodi dan yang lain mengarungi beberapa kota, Orangelinght dan Greenland lalu Wisteri hingga berakhir di jakarta pada hari berikutnya dan itupun sore.

Nathan tersenyum miris , berputar putar padahal tujuan terdekat Anna hanya Lilac, tahu begini dia langsung berangkat dari bandung ke sini, pasti hanya memakan waktu satu jam di banding satu hari, Anna juga mungkin berfikir perlu mengelilingi beberapa kota agar jejaknya tidak terendus anjing lapangan yang sudah mengecap pahit inti sari kepedihan dunia ini.

"Rumah siapa?" Tanya Nathan pada Jodi yang ada di sebrang sana. Dirinya menggunakan earphone agar memudahkan komunikasi.

"Ayahnya." Anna pulang ke kediamannya ternyata, Nathan berkacak pinggang menatap rumah bagus dengan pagar tinggi, tingkat dua serta tembok marmer berwarna cream.

Ckitt, Mobil sedan tepat berhenti di depan Nathan tepat bersamaan dengan dua orang pengawalnya yang baru saja sampai.

Seorang pria berusia lima puluhan berkepala plontos dan terlihat menggelikan karena perutnya di biarkan menjorok kedepan dengan kancing kemeja yang terbuka, wajahnya sekusut Nathn, dia tidak berkaca tanpa sengaja sedang mentertawakan orang yang sama kacaunya dalam soal penampilan kali ini.

Brak

Si plontos menutup pintu dengan kasar.

"Siapa kalian?" Tanya si plontos setengah membentak.

"Dia Josen, ayah Anna." Jodi memberikan arahan pada bosnya untuk melakukan hal sesuai yang dia katakan, kemudian Nathan menatap CCTV di depan gerbang yang menghadap padanya lalu mengedipkan mata. Dia tahu betul Jodi mengawasinya dari sana dan sekarang sedang sibuk merentas kamera di dalam rumah setelah beberapa menit lalu berhasil merentas CCTV di gerbang.

"Utusan Cristian." Jelas Nathan datar.

"Lagi?" Tanya Josen. ah ternyata Nathan kurang cepat, sudah ada anak buah ayahnya ternyata, dia diam sementara si bapak Kikuk, lalu tidak lama membungkuk dan menyuruhnya masuk.

"Apa dia mencuri uang dari pak Cristian? Kenapa Anna bisa mengumpulkan Lima milyar dalam satu bulan untuk melunasi hutangku." Keluhnya, Nathan hanya mengangguk, ternyata uangnya masih ada.

"Setelah ini tolong bilang, aku tidak ada urusan lagi dengan pak Cristian, dan sudah ku berikan pada pengawal di dalam uang cash yang di bawa Anna." Jelasnya lagi, Josen melaporkan kepulangan Anna pada Cristian, dia tidak menyangka Anna menyeret kantong berisi bnyak uang, namun itu tidak cukup, dia buronan, dan Josen tidak mau terjadi apa apa pada dirinya karena Anna pulang setelah kabur dari Cristian.

"Berapa orang di dalam?" Tanya Nathan, dia memastikan untuk berapa pelatuk yang akan dia pakai.

"Lima." Jawabnya.

"Mudah." Seloroh pengawal Nathan yang membuatnya tersenyum kecil, uang memang tidak terbuang sia sia, dia bangga pada Alam dan Jodi dalam soal merekrut.

Setelah mendapat info bahwa tidak ada yang membawa senjata api, Nathan membiarkan pengawalnya mengatasi mereka berlima, dia duduk dengan Ayah Anna, lalu kedua pengawalnya di antar masuk oleh pelayan di sana naik ke lantai atas kamar anaknya.

"Berapa hutangmu?" Tanya Nathan

"Lima milyar." Pabrik parfumnya sedang tidak berjalan baik, semakin di paksakan jalan, malah semakin bengkak saja soal keuangan.

"Kau sama denganku." Ucap Nathan. Mereka tertawa bersama meratapi bisnis kritis yang menerpa.

"Hanya saja aku lebih parah, di ambang bangkrut lalu jadi korban pencurian." Tambah Nathan, ayahnya mengaguk, dia mengasongkan sebuah bir untuk di minum bersama, bermaksud untuk saling menghibur menghadapi tragedi yang terjadi.

"Ku beli anakmu... Lima Milyar." Lontar Nathan, sontak itu membuat Jason terkejut, bisnis apa yang anak buah Cristian ini jalankan? Hingga berani membeli Anna dengan harga yang sama.

"Aku sudah menjualnya pada bos mu" Jawab Jason

"Dia bukan bosku!"

Tepat Setelah mengatakan itu terdengar perkelahian yang sangat bising dari atas sana. Josen terbirit naik ke atas di ikuti dengan Nathan yang berjalan santai. Bahkan masih sempat saja Nathan menunduk untuk menghitung berapa anak tangga yang dia lewati.

--

Anna kelimpungan mencoba bersembunyi ketika mendengar suara erangan dari luar, sudah di pastikan, itu Slendrina si rambut merah, dirinya bersusah payah dengan mata tertutup dan tangan terikat kebelakang oleh ripet, dia mencari yang namanya kolong bawah ranjang, wajah dan pahanya terasa perih setelah mendapat tamparan lalu tendangan beberapa kali.

kriett.

Pintu terbuka, tepat ketika Anna sampai di tengah kolong bawah Ranjang, begitupun dengan degup jantung milik Anna, sangat bergejolak hingga tidak bisa di atur dengan benar.

Ada keheningan beberapa saat, karna Nathan masuk tanpa suara, ini yang di maksud kamar perempuan? Berantakan dengan berbagai serpihan barang barang, dia memejam mata, fokus mengandalkan insting untuk mencari nafas wanita ini.

"Kena kau." Gumam Nathan, Jason meronta parah tanpa suara di ambang pintu, dengan lima orang terkapar mengenaskan.

lalu grep, di temukan, Nathan memegang kaki Anna lalu menariknnya keluar. Tidak ada jeritan, yang terlontar dari mulut Anna hanya

"Nathan?" Kejutan lainnya, sukses membuat Nathan stagnan, Dia bahkan tidak membuka suara dan bermaksud memberikan suprise ketika melihat wajahnya, malah dia yang terkejut dengan Anna yang baru dia sadari sudah menyebut beberapa kali namanya.

Nathan memberi kode agar pengawal menutup pintu, memberikan waktu untuk dirinya berfikir sejenak.

"Apa benar kau cenayang?" Tanya Nathan membuka penutup mata Anna.

"Ah syukurlah." Anna menarik nafas lega, hanya Nathan yang terdiam, apa yang di pikirkan wanita ini? dia sedang berburu, bukan membantu atau melindungi. Anna membalikan badan, meraba raba dengan kedua tangan terikatnya memegang tangan Nathan kemudian menutup mata, belum sepuluh detik Anna memejam lalu ctak.

Ripetnya putus begitu saja.

"Sudah ku duga, " jelas Anna, itu kejutan lain juga bagi Nathan, pertama kalinya melihat wanita lemah memutus ripet, dia saja harus berlatih dua minggu untuk hal seperti itu. Anna meringis mengusap kasar pelipis yang berkeringat lalu mengambil sebuah koper untuk membereskan barang barangnya.

"Kau pikir mau kemana?" Tanya Nathan, dia hanya melihat dan berkacak pinggang membiarkan Anna memilah barang.

"Darkets, barang yang ku cari ternyata tidak ada di Ringlight" Jawab Anna santai, dia berpikir sejenak lalu berjalan lagi pada laci dekat ranjang, Nathan menaikan salah satu sudut bibir, mangsanya satu ini memang beda dari yang lain.

Nathan menghampiri Anna, memegang kedua tangannya, lalu membiarkan ambruk berdua di ranjang.

"Kau sudah ku beli lima milyar pada ayahmu." Jelas Nathan membisik, sempat juga mengecup singkat telinga Anna.

"Aku akan tetap di kejar Cristian dan Slendrina." Jelasnya, Nathan menatapnya sebentar, lalu memilih beranjak duduk di pinggir ranjang, terlalu lelah membawa beratnya ribuan pertanyaan untuk wanita ini, apa hubungan Anna dengan ayahnya. dan lihatlah barang barang yang dia masukan, sekantung plastik kelereng putih yang sempat membuat raganya tidak terlihat, gantungan kelinci, lalu sebuah gelang hitam yang membuatnya tertarik.

"Arkhhh." Anna menjerit dan ambruk di lantai seraya mundur hingga punggungnya mentok di lemari pakaian, dia melihat Nathan seperti melihat hantu, sontak pria yang memegang gelang itupun melihat ke belakang dirinya dan tidak ada apapun.

Anna mendadak histeris menjambak rambut, sedangkan Nathan bingung pada setiap tingkah mistis wanita ini, dia bahkan tidak menjawab dirinya cenayang atau bukan.

"Hey." Nathan menghampiri Anna, yang tiba tiba menangis Dan terus saja mundur menyudutkan diri barang se mili saja bisa bergeser.

"Why?." Nathan mencoba menenangkan, entah apa yang terjadi pada seorang pembunuh tanpa ampun ini, dirinya mengusap wajah Anna, tubuhnya bergetar hebat dan kini malah menepis tangan Nathan.

"Its okey Anna." Nathan mencoba menenangkan lagi, brugh, Anna dorong Nathan dan mencoba lari keluar, sayang sekali, masih ada dua penjaga dengan pelayan yang menjadi walinya itu terkungkung pisau pada leher, tidak bisa berkutik atau berteriak. Mereka setia menunggu depan pintu.

Memang benar, manusia jaman sekarang di beri hati malah semakin menjadi, siapa yang berani mendorong Nathan jika dia tidak berniat bunuh diri? wanita bernama Anna ini memang terasa merepotkan.

"Mari ajarkan sopan santun." Gumam Nathan kini, Anna membalikan badan, melihat seseorang yang bisa meleburkan dirinya tengah menghampiri, dia bagai kelinci terdesak di ambang pintu.

"Jangan mendekat.." lirih Anna, Nathan muak dengan wanita buronan ini.

Bugh

Terpaksa dia pukul pada lehernya, lalu membawanya pergi, Ayah dan anak, menjadi sandraan Nathan saat ini, uangnyapun kembali meski tidak utuh, lagipula percuma di beli, wanita ini akan mati di tangannya saat semua pertanyaan menjauh dari raga miliknya.

--

Anna membuka mata, tempat yang sangat familiar, tempat pertama pertemuan dirinya dengan Nathan.

kandang anjing, bau anyir menyengat di sini, bahkan anjingnya mengonggong terlalu keras tanpa henti.

Klap.

Seseorang masuk, untung saja bukan Nathan, tapi anak buahnya, dia menelpon Bos nya mengatakan bahwa Anna sudah sadar.

oke ini kesempatan.

Anna tiba tiba saja meminta kamar mandi, tentu karena desakan panggilan alam dan pengawal Nathan yang kebingungan ini menjadi jalan mudah bagi Anna.

"Kau mau aku buang air di sini?" Tanya Anna, trik murahan yang selalu berhasil mengelabui banyak orang, pada akhirnya si pengawal melepaskan ikatan kursinya dan menolak membuka ikatan di tangan Anna... memegang erat si tahanan dengan setiap kemungkinan..

wanita ini kabur lagi.

Baru saja keluar dari kandang anjing, si pengawal merasa tak kuasa menahan pusing di kepala, lemah dan kehabisan tenaga, bruk, jatuh tengkurap di tanah, tak berdaya tanpa sebuah perlawanan. Anna merasa berenergi saat ini, waktunya melarikan diri lagi,tanpa kaki terseok ataupun lemah, dia bisa melewati hutan dengan mudah.

Kerikil dan ranting serta tangan terikat bukan lagi sebuah penghalang ktika dia merasa penuh, ini tidak benar menurut Anna, belum waktunya bertemu calon penjaga lain, Dia harus pergi, pergi menjauh dan "argh, rawa!" Pekik Anna kesal, dia sungguh tidak ingin memasukan kaki pada rumah musuhnya, tidak ada plihan lain selain memutar, dan tidak mungkin kembali.

Nathan cape! Dia letih untuk kesekian kalinya menghadapi wanita yang terus saja lolos dari genggaman, Dirinya bahkan belum apa apa, belum sempat memotong satu persatu jari Anna namun rasanya sudah lelah.

Nathan menyuruh pengawal lain untuk membantu bawahan yang saat ini bercumbu mesra dengan tanah, memusatkan pendengaran yang menjadi andalan ketika berada di tempat seperti ini.

Anna juga sepertinya bukan pendengar yang baik, sudah Nathan bilang ini tempat bermainnya... karena hanya perlu beberapa menit untuk mengejar wanita yang dia ketahui persis posisinya.

Bugh.

Pada akhirnya tertangkap lagi oleh Nathan.

"Wanita sialan!" Makinya.

Anna kini merintih, pundaknya terasa sakit, dengan energi penuh yang dimilikinya, pukulan itu tidak membuat dia pingsan, hanya merintih menahan sakit dan tersungkur di samping rawa.

Nathan menarik kerah Anna untuk menatap mata yang kali ini benar benar serius menguras kesabaran Nathan.

"Sekali lagi kabur, kupotong kakimu." Ancamnya.

Bugh.

Nathan pukul lagi lebih keras hingga kini Anna pingsan. Menyusahkan dan harus bersabar lagi menunggunya bangun, argh, itu membuat Dirgan frustasi, jati diri Anna mencabik dirinya, ada apa dengan rasa ingin tahu yang berlebihan ini.

Blup blup

Atensi Nathan menangkap sesuatu di permukaan rawa, hanya saja tidak ada yang muncul, tapi bermunculan gelembung dia menutup matanya untuk merasakan sesuatu, terlalu berkecamuk dengan suara kelewar, serigala sedang makan beberapa kilo dari jaraknya, lalu, suara kekehan dalam rawa.

Hantu?

To Be Continued...