Aneth menghadap belakang, dia natap Cia dan bilang, "berapa bulan terakhir gue rasa kita selalu ribut untuk hal apa aja Ci, tapi ingat janji marah nggak boleh lama-lama. Dan kita juga udah janji untuk jadi sahabat yang nggak peres."
"Bukan itu masalahnya, lo ngebentak gue. Udah tau kan gue nggak bisa di gituin?" Kesal gadis itu.
Karena udah puas nangis, sekarang perasaan dia biasa aja.
"Ya maaf, gue kebawa emosi. Belum kelar urusan Cecil lo sibuk mau lanjut nyanyi. Mana matahari serasa di atas pala gue, tenggorokan kering. Harusnya lo paham seemosi apa gue." Aneth membela diri.
Gue paham, tapi nggak pakek bentak juga. Gue nggak suka." Apapun alasannya Cia nggak suka di bentak.
"Ya udah gue minta maaf untuk itu, tapi kalimat gue yang sebelum ngebentak nggak ada yang salah. So, gue nggak bakalan minta maaf untui itu."
Cia memutar malas bola matanya.
"Sahabat dakjal emang, apa salah coba lo kasi kata-kata mutiara buat suara gue," sungut Cia.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com