webnovel

Pernikahan Kontrak Tuan Muda

"Menikahlah denganku maka ku bebaskan semua hutang-hutang orang tuamu! kau tidak perlu takut, pernikahan ini hanya sementara, sebut saja pernikahan kontrak." Diva, gadis yang baru saja pulang dari study di luar negeri di kejutkan akan permintaan orang asing itu, terlebih saat dirinya menatap wajah orang tuanya yang nampak tak berdaya. "Me-menikah?" Gadis itu terdiam beberapa saat, dia sangat-sangat tidak ingin namun melihat ketidakberdayaan orang tuanya membuatnya mau tak mau harus menerima itu semua. "Kontrak pernikahan selama dua tahun, setelahnya kau ku bebaskan. Ekonomi keluargamu kembali normal dan kau akan ku ceraikan!" "Ce-cerai?" "Ya. Gampang bukan?" Lelaki itu melempar surat perjanjian di atas meja. "Cepat tanda tangani dan besok kita akan menikah!" Dengan wajah angkuhnya dia melenggang dari hadapan semua orang. "Urus mereka!"

Nabila_Putrii · Urbano
Classificações insuficientes
401 Chs

Pasien Kecil

Suara alarm jam yang begitu nyaring membuat Diva terbangun dari tidur pulasnya, saat ini dia masih berada di rumah orang tuanya.

Karena semalam mereka memutuskan untuk bermalam di sini. Diva tersenyum menatap suaminya yang masih terlelap di sebelahnya.

Sebenarnya Diva sendiri masih merasa ngantuk dan lelah, karena kegiatan panjang mereka semalam.

Semalam setelah kesalahpahaman itu berakhir, dan ya berakhir dengan pergulatan panas mereka di ranjang.

Pukul empat pagi keduanya baru tertidur, Diva harus segera bangun karena hari ini dia akan ke rumah sakit.

Diva menyingkirkan tangan suaminya yang memeluknya erat, menarik selimutnya untuk menggulung tubuh polosnya.

"Mau ke mana?" Suara serak itu menyapa gendang telinga Diva, dia tersenyum kala melihat suaminya sudah terbangun.

"Mandi, aku mau kerja hari ini." Kenzo ikut bangun dan tanpa aba-aba dia langsung mengendong Diva menuju kamar mandi.

"Bareng!"

Dan ya tahu sendiri tidak mungkin mereka hanya mandi, pastinya Kenzo mesum itu akan kembali membuatnya mengerang, pagi yang panas untuk mereka berdua.

"Pagi semua!" Keduanya turun dengan baju yang telah rapi.

"Pagi, mau kemana kok udah rapi aja?" tanya Regan.

"Mau kerja, pa. Mas Kenzo mau kerja aku juga mau kerja di rumah sakit!" Regan menatapnya lalu ganti menatap ke arah Kenzo.

"Kau kerja sayang?" tanyanya, Kenzo dapat menangkap jika pasti papanya berpikir buruk tentangnya.

"Ya sebenarnya Mas Kenzo tidak mengijinkan ku tapi aku yang memintanya sangat sayang bukan jika gelar sarjana yang aku dapatkan susah payah selama bertahun-tahun tak terpakai begitu saja."

"Lagian pa, itu rumah sakit papa mertua berikan untukku kelola!" ucapnya membuat Regan mengangguk mengerti.

"Sudahlah, ayo makan!" Seperti sebelumnya mereka makan dengan tenang tanpa bersuara sedikit pun.

Selesai sarapan mereka berdua pamit untuk pergi, sekalian pamit untuk pulang. "Nanti Diva sudah tidak kembali, ma! Diva akan pulang."

Revalina sedikit sedih mendengarnya  begitu juga dengan adiknya, Dira.

"Kakak mau ninggalin, Dira lagi?" tanyanya sedih.

"Tidak, kakak akan sering-sering berkunjung ke mari Dira. Atau kapan-kapan ajaklah mama untuk datang ke rumah kakak!" Dira mengangguk.

Diva memeluk tubuh mamanya mengecup pipinya singkat. "Mama jaga kesehatan, mama kalau ada waktu datang ke rumah Diva ya!" ucapnya.

"Iya sayang, mama pasti akan berkunjung ke rumahmu dan cepat berikan mama cucu!" ucap Revalina.

Kenzo memeluk singkat tubuh papa mertuanya. "Jaga putriku dengan baik!" ucapnya.

"Pasti, pa!"

Diva memeluk tubuh papanya, sesungguhnya dia masih sangat rindu dengan papanya ingin bercerita banyak hal pada papanya.

"Papa jaga kesehatan, jangan suka lembut kasihan mama sendirian, Dira juga pasti kangen sama papa!" ujarnya.

"Iya, sayang. Kamu juga jaga kesehatan, kalau ada apa-apa langsung kabari papa!" ucapnya.

"Siap!!"

Setelah itu keduanya pergi, Kenzo lebih dulu mengantar Diva sebelu dia pergi ke kantornya.

"Inget, jangan deket-deket sama cowok lain atau surat izin kamu aku cabut!" Peringat Kenzo.

Diva bergumam sebal, dia mengambil tangan suaminya lalu mengecupnya, mengecup seluruh wajah suaminya namun tidak dengan bibir.

"Sayang!" rengek Kenzo saat Diva akan pergi.

"Apalagi?"

"Ini belum!" ujarnya sembari memajukan bibirnya membuat Diva terkekeh geli.

Cup

Mphhh

Tak semudah itu, Diva yang awalnya hanya akan mengecup singkat bibir suaminya menjadi ciuman panas karena ulah suaminya.

"Udah!" Diva mendorong dada suaminya pelan, Kenzo tersenyum senang, tangannya mengusap bibir Diva yang basah.

"Semangat kerjanya, jangan kecapekan!"

"Kamu juga, semangat kerjanya. Jangan kecapekan, matanya dijaga, gak usah genit, dan berhenti mesum di tempat umum!" ucap Diva lalu ngibrit masuk ke dalam.

Kenzo tertawa kecil melihatnya. "Lah masih mending aku mesumin istri sendiri, kalau wanita lain udah kamu geprek aku, yang!"

****

Kenzo baru duduk di kursinya, lalu terdengar ketukan dari luar. "Masuk!" ucapnya.

"Tuan, ini ada berkas-berkas yang perlu tuan tanda tangani, dan nanti jam sepuluh ada rapat!" ucap sekertarisnya.

Kenzo hanya menunduk dia tak sama sekali menatap ke arah sekertarisnya yang tengah menatapnya sensual.

Baju yang kurang bahan, rok yang dikenakan sangat mini, baju ketat yang memperlihatkan buah dadanya yang sedikit keluar.

"Apalagi, cepat keluar!" ucap Kenzo dingin, membuat sekertaris itu segera keluar dari ruangan bosnya.

Kenzo sama sekali tak tertarik dengannya, banyak wanita yang seperti itu kepadanya bahkan secara terang-terangan menggodanya, namun Kenzo tak sama sekali tergoda, bahkan sekalipun merkea telanjang di hadapannya, Kenzo tetap tak tergoda.

Dia hanya akan nafsu ketika melihat istrinya saja, melihat Diva dengan baju tertutup saja sudah membuat Kenzo ingin menerkamnya.

Diva sudah menjadi candu untuknya.

Kenzo menghubungi Koreo untuk ke ruangannya, sepertinya dia perlu mendisiplinkan pakaian pegawai di kantornya.

"Ada apa? ganggu aja lo!" Sopan kah? datang-datang berbicara seperti itu kepada bosnya?

"Ck, gak punya sopan santun banget lo jadi orang!" dengus Kenzo.

"Ya, apa pak bos Kenzo yang terbangsat!" Kenzo menatapnya tajam yang dibalas kekehan geli dari Moreo.

"Gue mau lo pecat sekertaris itu, dan cari yang baru kalau bisa cowok aja!"

"Napa?"

"Gak usah bacot, tinggal kerjain aja apa susahnya sih!" Moreo melotot sebal.

"Susahlah, lo kalau mecat orang gak nanggung-nanggung udah berapa kali lo mecat sekertasi dan minta gue cari baru."

"Gue gak perduli, mending sekarang lo pecat doa dan buang jauh-jauh dari hadapan gue, gue jijik lihatnya."

"Jijik dari mananya, orang montok gitu!" ucap Morel mengerling jahil.

"Montokan juga istri gue, udah lo gak usah banyak bacot mending sekarang lo pecat dia dan usir dia dari sini."

"Oke. Setelah gue pake!" Moreo tertawa kecil, Kenzo menggeleng heran.

Tidak terkejut dengan kelakuan bangsat temannya. Terlalu sering bahkan hampir tiap hari Kenzo tidur dengan pegawainya, bejat memang.

Tapi Kenzo tidak pernah sekali pun, bahkan sebelum mengenal Diva itu artinya perjakanya untuk Diva.

"Kok, gue jadi kangen sama dia!" kekehnya.

****

Diva tersenyum ke arah bocah kecil pasiennya, anak kecil yang mengidap penyakit leukimia.

"Kamu harus semangat kamu pasti bisa sembuh!" ucapnya.

"Tapi, Ara capek dok! Ara capek minum obat terus, Ara capek baring terus." Anak kecil itu mengadu dengan tatapan sendu.

Tentu saja anak kecil seusianya masih gencar-gencarnya bermain bersama teman-temannya, sedangkan dia harus terbaring lemah di ranjang pesakitan.

"Kalau nanti kamu udah sembuh pasti kamu bisa kayak teman-teman yang lain, bisa main, dan bisa keluar dari rumah sakit ini!" ucapnya.

"Mama juga selalu bilang gitu, tapi Ara nggak sembuh-sembuh. Ara nggak suka di sini!" Mata anak kecil itu berkaca-kaca membuat Diva tak tega melihatnya.

"Ara, harus semangat kalau Ara sembuh pasti Ara akan keluar dari rumah sakit ini. Dokter pasti akan bantu Ara buat sembuh!" ucap Diva membuat senyum gadis itu terbit.

"Dokter baik, dokter cantik!"