Melihat pemuda itu perlahan semakin dekat, Xiao Mei dan kelompoknya perlahan berhenti. Tawa mereka sebelumnya juga telah hilang.
Gadis-gadis di samping Xiao Mei melebarkan mata mereka sambil menatap pemuda yang dulunya merupakan kebanggan Klan tersebut. Beberapa dari mereka menampakkan raut simpati.
Xiao Mei berhenti di tempatnya berdiri. Dalam hati, dia masih merasa terikat dan ingin berbincang dengan pemuda yang pernah merebut hatinya itu. Tapi, kenyataan membuatnya menyadari bahwa ada perbedaan yang begitu besar di antara mereka, sehingga menghabiskan waktu dengan pemuda cacat tersebut nampaknya bukan sesuatu yang bijak.
Alisnya berkerut selama beberapa saat, Xiao Mei berpikir: Menyapalah, bagaimanapun, dia masih Biao-Ge1ku.
Tak menyadari pikiran Xiao Mei, Xiao Yan masih menaruh tangannya di belakang kepala dan berjalan dengan malas.
Melihat Xiao Yan yang semakin dekat, Xiao Mei tersenyum namun sikap pemuda itu membuatnya tersenyum kaku, hingga ekspresi mukanya tampak aneh.
Dengan kedua tangan di belakang kepala, Xiao Yan mengabaikan gerombolan gadis tersebut dan menatap lurus ke depan melewati gadis-gadis itu tanpa ragu.
Menatap bayangan pemuda itu melewatinya, Xiao Mei terkejut. Dengan kecantikannya, kapan dia pernah mendapat perlakuan yang tidak baik? Karenanya dia merasa malu dan marah sehingga kemudian berteriak: "Xiao Yan Biao-Ge."
Mendengar teriakan itu, Xiao Yan menghentikan langkah namun tidak berbalik. Kemudian seolah berbicara pada orang asing, dengan nada datar dia menjawab: "Apa?"
Nada datar Xiao Yan membuat Xiao Mei tertegun kemudian berbisik: "Tidak ada…"
Alis Xiao Yan terangkat tapi dia kemudian menggelengkan kepala dan kembali melangkah.
Melihat bayangan itu menghilang, Xiao Mei menghentakkan kakinya marah kemudian segera pergi ke arah yang berbeda.
Tiba di tempat yang dituju, Xiao Yan mendongak menatap ruangan megah di depannya. Papan di depan ruangan itu menampilkan tiga kata berwarna merah: Aula Dou Teknik!
Mendengar teriakan di dalam Aula Dou Teknik, Xiao Yan merasa sedikit terkejut. Biasanya, tak seorang pun ke mari jadi kenapa kali ini begitu ramai?
Mengangkat bahu, Xiao Yan melangkah maju dan memasuki Aula Dou Teknik.
Xiao Yan memasuki Aula dengan disambut suara sorakan anggota Klan.
Aula Teknik Dou terbagi menjadi area timur dan barat. Bagian timur adalah area di mana Teknik Dou milik Klan tersimpan sedangkan bagian barat adalah lapangan besar untuk berlatih. Saat ini, ada beberapa orang yang tengah berkumpul di sekitar lapangan latihan, menyaksikan dua orang yang berada di tengah lapangan.
"Melihat jenis Dou Qi Xiao Ning, apakah dia Duan Qi 8?"
"Hehe, dua bulan yang lalu, Xiao Ning Biao-Ge mencapai Duan Dou Qi 8."
"Tapi meski ia mencapai Duan Dou Qi 8, Xun Er Biao-Mei memiliki Duan Dou Qi 9. Kesempatan Xiao Ning Biao-Ge untuk menang tidaklah tinggi."
"Xun Er Biao-Mei, semoga berhasil!"
Mendengar suara riuh, Xiao Yan pun menghentikan langkah dan memperhatikan sekelilingnya. Kemudian, tatapannya tertuju pada gadis muda yang mengenakan gaun berwarna ungu muda.
Bagaimana dia bisa memiliki waktu untuk berkelahi dengan orang lain? Xiao Yan bertanya dalam hati sebelum kemudian dia pergi ke sisi timur aula dan mengambil gulungan hitam dari rak secara acak. Setelah gulungan itu terbuka, tampak tulisan besar berwarna kuning.
Kuning Tengah: Tangan Batu Penghancur!
Bersandar di rak buku dengan malas, Xiao Yan membaca cara melatih Tangan Batu Penghancur sambil sesekali melirik pertandingan di area latihan.
Aula luas itu tampaknya terbagi menjadi dua dunia. Di area barat terasa begitu berisik sedangkan di area timur terasa begitu tenang dan damai.
Lawan Xun Er adalah pemuda berusia sekitar 17-18 tahun. Dia cukup tampan dan mirip dengan Jia Lei Ao, pemuda yang beberapa hari sebelumnya bertemu dengan Xiao Yan.
Pemuda itu bernama Xiao Ning, cucu penatua terbaik. Meskipun baru berusia 17 tahun, dia sudah mencapai Duan Qi 8 dan di seluruh guild, hanya Xun Er yang kemampuannya lebih tinggi darinya.
Hubungan antara Xiao Yan dan Biao Ge ini tidak begitu baik. Mereka hanya sesekali bertemu dan saling sapa sebelum bergegas pergi. Mungkin hal ini dikarenakan hubungan yang tidak harmonis antara ayahnya dan penatua atas tapi Xiao Yan selalu merasakan aura permusuhan yang berasal darinya. Tapi meski Xiao Yan "cacat", dia tidak pernah mengejek atau mencemooh Xiao Yan…
Tersenyum ringan, Xiao Yan mengabaikan pikirannya dan kembali mempelajari Tangan Batu Penghancur.
Di area pelatihan, Xun Er seperti kupu-kupu berwarna ungu muda yang menghindari serangan cepat dari Xiao Ning, dengan anggun dan elegan. Namun meski begitu, wajahnya yang lembut tidak terlihat kelelahan atau sejenisnya.
Setelah menangkis salah satu serangan Xiao Ning, Xun Er menatap malas seluruh area Aula hingga gerakannya tiba-tiba terhenti.
Melihat pemuda yang berada di sisi timur aula, senyuman elegan Xun Er muncul di wajahnya.
Senyuman tiba-tiba gadis itu membuat penonton terpesona pada kecantikan Xun Er.
"Xun Er Biao Mei, hati-hati!" Ketika Xun Er tidak fokus, suara seorang pemuda terdengar dari kerumunan.
Merasakan desakan kencang datang dari belakangnya, Xun Er mengerutkan alis tapi tatapannya tertuju pada pemuda di bawah rak buku.
Pada saat yang sama, Xiao Yan mengangkat kepalanya dan melihat serangan menyelinap tertuju pada Xun Er, dia mengerutkan alisnya dan menggelengkan kepala. Xiao Yan tampak khawatir.
Melihat kekhawatiran di wajah Xiao Yan, mata Xun Er yang indah mengedip nakal. Tiba-tiba, dia mengambil sebuah langkah kecil ke kiri. Meskipun hanya satu langkah, anehnya langkah tersebut membuatnya mampu menghindari semua serangan Xiao Ning…
Sementara Xun Er menghindar, tangannya yang putih dan mengkilap bergerak di antara tangan Xiao Ning dan mendarat ringan di dadanya.
Berbalik memutar, Xun Er dengan anggun mengatur kekuatannya sementara Xiao Ning harus mundur beberapa langkah hingga keluar dari area pelatihan.
Berhasil mengalahkan Xiao Ning dengan satu serangan, seluruh penonton memberikan tepuk tangan meriah untuk Xiao Xun.
"Hehe, Xun Er Biao Mei benar-benar generasi muda terbaik di Klan. Kau benar-benar kuat." Meskipun Xiao Ning baru saja dikalahkan oleh Xun Er, dia tersenyum sambil berjalan kembali ke tengah lapangan.
Dengan tenang menatap gadis di depannya, tatapan cinta yang membara terlihat di mata Xiao Ning.
Meskipun mereka saling memanggil Biao Ge – Biao Mei, tapi di seluruh Klan banyak anggota Klan yang tidak saling memiliki hubungan darah, begitu pun dia dan Xiao Xun Er yang juga tidak memiliki hubungan darah.
Seolah-olah dia tidak merasakan tatapan membara Xiao Ning, Xun Er dengan hormat menggelengkan kepalanya dan berkata: "Xiao Ning Biao Ge yang mengalah padaku." Setelah mengatakan itu, tanpa perlu menunggu respon dari Xiao Ning, dia pergi ke bagian timur aula dengan senyum lebar.
Menjadi pusat perhatian, semua orang yang memperhatikan gerakan Xun Er pun mengikuti arah gerak Xun Er, hingga mereka kemudian melihat keberadaan Xiao Yan.
Tanpa menyadari dirinya yang tengah menjadi pusat perhatian, Xiao Yan sibuk dengan dunianya sendiri.