webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urbano
Classificações insuficientes
102 Chs

Malu

Yah, Kira kaget melihat keberadaanya di apartemen dengan niqob yang sudah terbuka, kerudung sudah terbuka, dan bajunya sudah topless dengan Ryan sudah melumat gunung kembar Kira dan tangannya menjamah seluruh tubuh Kira. Dari tadi, Ryan dalam hatinya memang memaki Kira yang sedang tidur, tapi sambil membuka pakaian Kira dan sudah melancarkan aksinya dengan segala rangsangan pada tubuh Kira.

"Kau sudah bangun?"

"Maafkan aku.. Bagaimana aku bisa disini?"

"Kau.. Apa kau tak ingat? Karena kau tidur, aku harus mengangkatmu sampai tingkat setinggi ini dengan kedua tanganku?"

"Maafkan aku.. Tapi tanganmu sedang sakit. Kenapa tak membangunkanku saja?" Kira merasa bersalah dengan Ryan.

"Sudahlah.. Obati tanganku, siapkan air mandiku!"

"Baik suamiku.. Tapi.."

"Tapi apa? Kau berani melawan perintahku?"

"Tapi tanganmu belum melepaskan tubuhku."

"Bagaimana aku mau bangun, kalau jari-jarimu terus saja melakukan berbagai gerakan seperti itu di sana,, membuatku kehilangan kewarasan, dan merinding seperti ini?" Kira sangat kesal dengan Ryan yang memerintahnya, tapi tangannya masih ada di tubuhnya, masih bermain di sana dan tak beranjak sedikitpun..

"Aku tak akan melepaskan tanganku dari tubuhmu!"

"Lalu bagaimana aku melakukannya? Mengobati tanganmu, menyalakan air mandi kalau tanganmu masih disitu?"

"Kenapa kau berteriak padaku, apa kau keberatan aku menyentuhmu?"

"Aaaah.. Aku ga keberatan.. Lakukan apapun yang kau suka!" Kira berteriak dan mencengkram sprei dengan sangat kuat, karena Ryan memencet dengan kencang ujung berwarna gelap paling tinggi di bagian depan tubuhnya. Bahkan air matanya juga mengalir menahan sakit.

"Hahah.. Aku hanya bercanda, kau jangan menangis. Apa itu tadi sakit?" Ryan menghapus air mata Kira yang menetes karena menahan sakit.

"Tunggu disini, tetap dengan posisi ini. Aku akan menyalakan air mandinya." Ryan pergi sambil bersiul, menuju kamar mandi untuk menyalakan air.

"Ada apa dengannya? Bertanya sakit atau tidak, di pencet seperti itu ya tentu saja sakitlah! Dan kenapa dia senang sekali sampai bersiul seperti itu? Huff.. Kalau begini terus aku bisa gila dibuatnya.. Haaaaah.. Kenapa aku harus menyukaimuuuu.. Apa rasa cinta ini kutukan karena ayahku membunuh orangtuamu?" Kira menggila sendiri dengan pikirannya, sambil mengelus puncak tertinggi di dadanya yang tadi di pencet Ryan dengan sangat kencang.

"Hey, siapa suruh tanganmu memegang itu? Kau mau memuaskan dirimu sendiri dengan memilin disana?" Ryan melihat Kira dengan tatapan tak suka.

"Bukan, aku mengurangi rasa sakitnya, tadi sakit sekali."

"Apa memang yang kau lakukan sampai di sana terasa sakit sekali?" Ryan mendekat ke tempat tidur Kira.

"Kau yang melakukannya, bukan aku, kau yang menyakitiku, suamiku.. Arrrghh.. Kenapa sih dia ini, kenapa susaah sekali aku bicara dengannya, semua diputar balikan seperti ini.. Aku harus bagaimana... Eh.. Tapi apa yang dia lakukan sekarang?" untungnya, hanya Kira yang dapat mendengar isi hatinya.

"Apa sekarang berkurang, sakitnya?" Ryan baru saja mengulum keduanya dengan mulutnya, menjilat dan menghisapnya perlahan secara bergantian.

Kira mengangguk.

"Baguslah, minta tolong padaku kalau memang sakit, jangan berbuat yang aneh-aneh!"

"Tapi aku sakit kan karena dia.. Haaah.. Sudahlah, bisa gila kalau aku pikirkan!" Kira berusaha membuang ingatannya tadi

"Biar aku membantumu.."

"Diam di sana, diam seperti itu, aku tak memintamu membantuku!"

"Apa yang dia bilang? Apa dia serius? Woow, tumben sekali dia mau membuka semua bajunya sendiri.. Hihi" Kira ingin bangun untuk membantu Ryan membuka jas dan kemejanya, tapi Ryan tak ingin Kira membantunya. Bahkan dia membuka sendiri sepatunya.

"Ayo.. Mandi dulu!"

"Haaaah.. Kau tak bisa membawaku seperti ini.. Aku tak bisa mandi bersamamu." Kira berusaha untuk membuat Ryan tak menggendongnya untuk mandi berdua bersamanya.

"Apa maksudmu? Kau tak ingin mandi denganku?"

"Bukan, bukan begitu suamiku aku kotor.. Ehmm. Ada darah dari nifas.."

Ryan mengernyitkan dahinya

"Disini" Kira mengangkat tangan Ryan menyentuh organ kewanitaanya yang masih ditutup oleh baju gamisnya "Masih ada darah. Kotor dan kamu ga boleh bersamaku karena darah disini, harus dibersihkan dulu. Kalau darahnya sudah habis, baru aku boleh mandi lagi bersamamu."

"Aku tak paham. Ayo tunjukkan padaku! Awas kalau kau berbohong padaku!" Ryan sudah bangun dari tempat tidur, dengan rubuhnya yang polos hendak menggendong Kira.

"Ah, suamiku.. Aku jalan saja, jangan ditarik juga baju bawahku.. Aku malu.. Ini kotor dan berdarah, baunya amis.."

"Kau mau coba melarangku?"

Kira menggeleng, karena Ryan sudah terlihat sangat frustasi dan marah.

"Kalau begitu.. Diamlah!"

Ryan tetap menggendong Kira ke kamar mandi, seperti tadi dia menggendong Kira dari lantai bawah ke apartemen, lalu melepaskan Kira dari tangannya setelah sampai di kamar mandi.

"Buka bajumu! Kenapa kau memeganginya seperti itu, hah?"

"Aku malu.. Ini kotor sekali.."

"Haduuuh.. Bagaimana ini.. Aku butuh privacy untuk membersihkan diriku sendiri. Ini kotor. Kenapa dia menatapku seperti itu? Dia tetap berdiri diam disana? Mana polos begitu. Hah, mangotori mataku saja menatapnya begitu!" gumam gumam dalam hati Kira.

"Buka!"

Kira menggeleng.

"Aaaah.. Suamiku.." Ryan membuka paksa, dan kini menyisakan tinggal dalaman Kira yang berbentuk segitiga, dengan pembalut disana yang masih dipakai oleh Kira.

"Jangan... Aku buka sendiri, tapi kau akan jijik kalau melihatnya. Apa tidak apa-apa?"

Ryan menggeleng

"Kenapa sih. Dia ribet banget! Aku menyuruhnya membuka sampai harus marah-marah begini?" Ryan sudah sangat tak sabaran.

Kira berjalan ke closet dan membersihkannya.

"Jangan mendekat. Aku malu!" Kira bahkan sampai menangis untuk melarang Ryan mendekat.

"Hey, jangan menangis, jangan malu padaku. Aku hanya ingin tahu.." Ryan mendekat, jongkok, dan melihat pembakul dengan darah yang memang tinggal sedikit, seperti mensturasi hari ke lima atau ke enam, tak terlalu banyak karena sudah dibersihkan saat kuretase.

"Apa sakit kalau berdarah seperti ini?"

Kira menggeleng

"Kau tak bohong kan?"

Kira mengangguk dan menatap Ryan. "Ga sakit, tapi malu kalau dilihat seperti ini."

"Apa yang harus aku lakukan untuk menbuatmu sembuh?"

"Hihi.." Kira justru tertawa sambil tangannya menghapus air matanya. bukan menjawab Ryan

"Kenapa kau tertawa?"

"Ini tak perlu disembuhkan.. Akan hilang sendiri setelah satu minggu. Lalu aku sudah normal lagi. Dan akan seperti ini lagi bulan depannya selam.seminggu, dan nanti normal lagi. Ini namanya period. Kau tau mensturasi, haid setiap sebulan sekali,kan?"

"Kau tak menbohongiku?"

Kira menggeleng

"Kenapa kau tak pernah seperti ini selama kita bersama?"

"Ehmm.. Itu.. Karena aku hamil dan aku ga sadar." Kira tertunduk, menggigit bibirnya.

"Sudah.. Sudah.. Sini aku buang!"

Krek

Ryan sudah mengambil pembalut dan menbuangnya. Lalu menarik Kira untuk mandi dengannya.

"Ryan.. Suamiku.. Aku.."

"Kita ga mandi di bathtub. Kita pakai shower, apa itu juga ga boleh?" Ryan melirik Kira.

"Ehmm.. Boleh"

"Ya sudah, cepatlah, aku sudah lelah dan mengantuk, gosokkan punggungku!"

Akhirnya, Kira membantu Ryan membersihkan diri di bawah shower. Sesuatu yang sebenarnya tak disukai Ryan. Dia sangat suka berendam di bathtub karena relax dan tak harus berdiri lama. Tapi demi Kira, hari ini Ryan mau untuk mandi dipancuran shower. Keluar dari zona nyamannya.

"Kau berbalik!"

"Ehm.. Aku bisa menyabuni tubuhku sendiri."

"Mau apa dia? Aku bisa melakukan sendiri, tak perlu dia membantuku.. Biasanya juga aku sendirikan? Kira bergumam

"Sudahlah, jangan membuatku marah!"

Tak bisa di tolak, Kira harus menerima dan apapun yang ingin dilakukan Ryan. Hingga akhirnya, setelah Ryan merasa cukup, dia mengajak Kira untuk mengeringkan badan, bahkan membantu Kira untuk menghairdryer rambut Kira

"Kenapa kau diam saja? Berapa lama kau ingin membuatku menunggu?" Kira sudah membantu Ryan mengganti piyama tidurnya. Tapi, dia masih mematung dengan pakaian yang ada di lemarinya.

"Kenapa dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam semua bajuku berubah seperti ini? Apa orang dibelakangku menyuruh asisten gilanya untuk mengganti ini?" Kira bahkan enggan menjawab panggilan Ryan dibelakangnya. Dan hanya menatap lemari bajunya.

"Kau tak ingin menjawabku?" Suara Ryan sudah ada tepat dibelakang telinga Kira.

"Bajuku. Kenapa begini?"

"Ah, seleramu bagus, apa kau ingin menggodaku, dengan membeli ini semua?"

"Ah, aku ga beli ini semua."

"Lalu kau pikir aku tak menjaga keamanan apartemen ini, sehingga ada orang yang bisa memasukkan ini ke lemarimu?"

"Ehmm. Maafkan aku.. Tentu saja kau menjaga sangat aman.. Tak ada yang bisa masuk ke sini.." Kira mencari aman, karena Ryan sudah memeluk Kira dengan erat.

"Lalu apa maumu? Apa kau ingin menggodaku dengan semua pakaian ini?"

"Kenapa dia ini.. kenapa dia selalu ingin merendahkanku. Apa dia ga tau aku ga akan membeli baju seperti ini? Apa dia berpikir aku menghamburkan uangnya untuk baju macam ini? Apa aku begitu rendah dimatanya hingga aku harus memakai baju seperti ini?" Kira sudah sangat kecewa dengan tuduhan Ryan. Sehingga dia menjawab dengan jawaban yang tak pernah disangka oleh Ryan.

"Ya... Ya... Ya... Aku ingin menggodamu, aku ingin kau selalu disisiku, aku ingin kau tak pergi dengan wanita lain, aku ingin hanya aku yang ada disisimu, aku ingin kau mencintaiku, aku ingin kau.. aku gila karenamu, apa kau puas, sekarang?" Kira membalikkan badan dan menatap mata Ryan saat mengatakan semua isi hatinya