Mawar tidak bisa tidur. Terlebih setelah mengetahui, kalau Prans tidak sakit dan masih berada di Jakarta. Dia semakin jengkel pada Handoko, karena jelas lelaki itu telah menipunya. Handoko telah menghianati kepercayaan Prans yang diberikan kepadanya. Lelaki itu, tak ubahnya seperti pagar yang makan tanaman. Dan kini, tanamannya jadi bingung harus bagaimana mengatakannya pada kekasihnya.
"Terus terang, sebenarnya Prans tidak mendapat musibah. Dia sedang sibuk menyelesaikan skripsinya kata Handoko saat itu, mengakui kalau dia telah berbohong. Membuat mata Mawar terbelalak Kemarahannya kembali meluap. Tapi untuk apa? Semua telah terjadi. Meski dia bunuh Handoko sekalipun, tak akan bisa mengembalikkan kegadisannya.
"Penipu!" maki Mawar sengit Dadanya turun naik, dilanda oleh kejengkelan yang meledakledak, Matanya garang, memandang tajarn ke arah Handoko yang hanya bisa menundukkan kepala, tak berani membalas tatapan mata Mawar. "Kenapa kau baru mengata-
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com