Memanggilnya kakek. Dua kata itu sangat mengejutkan sehingga perlengkapan mainan One Piece1 yang dibawa Rong Haiyue untuk Li Jianqian terjatuh ke lantai. Rong Xuan juga menatap Su Qianci dengan tatapan tidak percaya.
Li Jianqian melihat hal itu dan langsung turun dari sofa untuk mengambil Roronoa Zoro2 miliknya, membersihkannya dengan hati-hati. Bocah lelaki itu hendak mengatakan sesuatu, tetapi setelah melihat ekspresi terselubung di wajah para orang dewasa, dirinya berhenti.
Menyadari tatapan Rong Haiyue dan Rong Xuan, Su Qianci balas menatap mereka. Di wajah dan tubuh Rong Haiyue, masih terlihat bekas luka bakar. Karena saat itu adalah musim panas, Rong Haiyue mengenakan sebuah kaos kerah berlengan pendek yang sederhana, memperlihatkan bekas luka di leher, tangan, dan wajahnya. Bekas luka itu tidak banyak, dan sudah banyak memudar karena perawatan yang dijalaninya.
Akan tetapi, Su Qianci mengetahui bahwa bekas luka itu adalah bukti yang paling akurat yang menunjukkan bahwa Rong Haiyue hampir mengorbankan nyawanya untuk dirinya dan Li Sicheng. Di bawah tatapan mereka, Su Qianci tersenyum pada mereka dan sedikit tersipu malu.
Li Jianyue, yang sudah berusia tiga tahun lebih, tidak menyadari suasana terselubung di antara para orang dewasa itu. Ersu memiringkan kepala kecilnya dan berkata, "Kakek? Tapi Kakek Song juga kakekku. Ibu hanya bisa memiliki satu ayah. Siapa yang akan menjadi kakekku yang sebenarnya di masa mendatang?"
"Baik Kakek Song maupun Kakek Rong adalah kakekmu." Su Qianci menempelkan dahinya pada dahi Li Jianyue, dengan lembut berbisik, "Di masa mendatang, Paman Rong adalah kakekmu, Bibi Rong adalah nenekmu. Sekarang beri salam pada mereka."
Li Jianyue memegang boneka itu di tangannya dan menoleh untuk memandang Rong Xuan dan Rong Haiyue, menyapa mereka dengan suara manisnya, "Kakek, Nenek."
Ketika Rong Haiyue mendengar itu, dia tiba-tiba tersenyum, dan matanya menjadi berkaca-kaca. Tapi dia cepat-cepat menghentikan dirinya sendiri, menenangkan diri, dan mengangguk. "Gadis kecil yang baik."
Li Jianqian kecil itu berdiri berhadapan dengan Rong Haiyue dan melihat mata kakeknya yang berkaca-kaca, dia mengerling dan menatap pria tua itu. Perasaan ini sedikit aneh. Bocah kecil itu berpikir bahwa Rong Haiyue adalah seorang pria yang tangguh. Dia diberi tahu bahwa Rong Haiyue adalah seorang jenderal, sama seperti kakeknya yang lain. Namun, dia hanya melihat kakeknya yang lain itu bersikap agung dan mendominasi, dan tidak pernah melihat kakek lainnya itu menangis. Bukankah seharusnya Rong Haiyue sama seperti Kakek Li? Karena bekas luka yang dimiliki Rong Haiyue, pria tua itu memberi sebuah perasaan pada Li Jianqian bahwa Kakek Rong bahkan lebih tangguh.
Tapi sekarang ….
"Kakek," Li Jianqian mengerjapkan matanya dan menatap Rong Haiyue. "Apakah Kakek memiliki karakter yang lain?"
Rong Haiyue mengangguk, mengulurkan tangannya, dan memeluk bocah lelaki itu. Pria tua itu terdengar lega. "Ya!"
Li Jianqian tidak pernah suka dipeluk, tetapi dia bisa mendengar bahwa kakeknya merasa sangat bahagia …. Lupakan saja, demi perlengkapan karakter mainannya, dirinya akan membiarkan pelukan ini!
"Qianci …." Rong Xuan tidak setangguh Rong Haiyue, dan air matanya langsung menetes di balik senyumnya yang lebar. Li Jianyue terkejut. "Nenek, kenapa engkau menangis?"
Rong Xuan menyeka air matanya dan menggelengkan kepalanya. "Nenek hanya merasa bahagia, tidak menangis. Kemarilah, peluk nenek." Dia berdiri dan mengulurkan tangannya ke arah Li Jianyue.
Li Jianyue meraih boneka itu dan menyandarkan tubuhnya pada Rong Xuan. Dia berkata, "Nenek, boneka itu tidak mengenakan celana dalam, dan kita harus memakaikannya pada boneka ini. Maukah Nenek mencarikan sebuah celana dalam?"
"Baiklah, lihat ke dalam kotaknya. Yang mana yang terlihat seperti celana dalam?"
Li Mosen berdiri di pinggir lorong dan memandang mereka dengan iri.
Itu terlihat sangat menyenangkan ….