webnovel

Penjaga hati Zara

Pernikahan mendadak itu harus terjadi antara Zara dan Aldi. sebuah kejadian yang tak sengaja membuat mereka terpaksa harus menikah. Bagi Zara itu semua demi harga dirinya tapi bagi Aldi ini saatnya ia pergi dari Aura! Sang pemilik resto berwajah tampan ini ingin mengakhiri perasaan yang lama menyiksanya. Perasaan cinta yang hanya dibalas dengan sebuah persahabatan. Namun siapa sangka, saat keputusan dibuat sang cinta malah datang menghampiri tanpa aba-aba. "kau yakin akan pergi dariku?? tidak bisa kau menungguku sebentar lagi.,." suara Aura bergetar ia tak sanggup lagi menutupi perasaan yang ia simpan lama. Perasaan yang hanya ia mau Aldi tau saat ia sudah meraih mimpinya. mimpi menjadi seorang designer terkenal. Siang malam ia berusaha sampai mengabaikan perasaan Aldi padanya. Tapi tak dinyana sang pujaan malah memilih gadis lugu berwajah sendu berusia 21 tahun yang bahkan belum menyelesaikan kuliahnya. Aldi goyah... rasa sesal, marah, kecewa bercampur jadi satu, sempat ia ingin meninggalkan Zara dihari pernikahan tapi ia terlanjur berjanji pada nyonya Almira ibunda Zara bahwa ia akan menepati ucapannya yang untuk menikahi Zara . "aku hanya akan menghentikan pernikahan ini jika kau yang ingin menghentikan" Zara menatap lekat pada pria yang akan ia nikahi besok lusa. Perlahan Aldi melepaskan cengkramannya. Gadis baik bunda itu terlalu baik untuk disakiti. Sementara cinta yang ia inginkan selama bertahun-tahun kini ada dihadapannya. Akankah Zara dan Aldi bisa hidup bersama??

Nurhayati_Effendy · Adolescente
Classificações insuficientes
142 Chs

Ucapkan

Tak lama si empu Acara memasuki ruangan, menemui tamu undangan yang telah hadir didampingi keluarga masing-masing,, Aura bersama Tuan Derry dan nyonya Lidya,, Tristan bersama Oma Diana.

CEO Sempurna Grup mengenakan jas berwarna cream senada dengan gaun calon tunangan nya, mereka berjalan beriringan hingga tiba di tempat khusus untuk kedua calon tunangan, kursi yang disusun rapi dengan hiasan bunga menjuntai di kursi putih, kedua keluarga duduk berhadapan.

Lalu rangkaian demi rangkaian acara dilaksanakan hingga tiba saat tukar cincin. Keduanya berdiri menghadap kepada tamu undangan,, mata Aura sempat tertuju pada sosok Aldi yang berdiri didepan didampingi istri nya,, beberapa kali ia tampak memberikan semangat pada gadis diatas panggung.

Hatinya kian kalut,, semakin ia menatap wajah itu semakin lemah pertahanan diri nya untuk melanjutkan pertunangan ini.

Terdengar suara pembawa acara mengumum kan bahwa tiba saatnya bertukar cincin. Tristan dengan gagah memegang jari-jari lentik Aura,, sejenak netranya berdelik pada sosok Zara.

ah! dia pun harus belajar melupakan tentang perasaan dengan menerima pertunangan ini. Kembali ia mengalihkan pandangan pada sosok gadis yang akan bertunangan dengan nya. Gadis yang cantik tapi belum mampu mengikat hati sepenuhnya.

Sebuah cincin bertahtah berlian kini melingkar dijari manis Aura,, jantung gadis itu berdebar ketika giliran dirinya yang harus memasang cincin.

Sejenak ia menghela nafas, memastikan diri pada detik terakhir, lalu cincin itupun melingkar dijari manis sang pria,, kemudian suara riuh tepuk tangan membahana, diiringi doa serta ucapan selamat dari para tamu undangan.

Acara inti sudah usai,, kembali terdengar lantunan lagu mengiringi tamu undangan yang menikmati hidangan.

.

Dalam keramaian Aura merasa sendirian,, ia menjaga jarak dari beberapa orang untuk menemukan tempat menenangkan diri. Tangannya gemetar sambil menggenggam ponsel nya.

Ia mengetik sesuatu disana, lalu mengirim kan pesan pada Aldi!

.

Ting! suara ponsel Aldi berbunyi.

[Al.. please temui aku di ruang ganti]

Aldi menoleh kesegala arah untuk mencari keberadaan Aura. Ia coba tidak menggubris pesan dari gadis yang baru saja bertunangan,, ia melanjutkan kegiatan makan bersama istri dan keluarga nya di meja yang telah disediakan.

Ting!

[please Al... ]

Sepasang alis tebal yang menaungi mata elang itu menyatu. Apa mungkin saat ini keadaan sahabat nya itu sedang tidak baik?

"Zara.. aku.. ketoilet dulu ya.." pamit Aldi, sebenarnya dia tidak ingin berbohong,, tetapi dia tidak ingin salah paham kalau dia jujur bicara pada Zara.

.

Aldi coba menguntit gadis bergaun cream menuju ke ruang ganti yang dimaksud.

Pintu berukiran itu terkuak Aura masuk lebih dulu lalu disusul oleh Aldi.

"ada apa??" tanya Aldi tidak mengerti maksud Aura mengajak nya bicara diruangan yang hanya ada mereka berdua. "Aura,, kalau memang ada yang ingin kau bicarakan kita bisa bicara diluar.. aku tidak mau ada salah paham"

pria berjas hitam hendak meraih handle pintu tapi Aura menahannya dengan pelukan dari belakang.

"apa kau tidak terluka Al...??"

"apa maksudmu??"

"hiks.. hiks... kau tidak terluka melihat ku akan menjadi milik orang lain..." tangis nya masih memeluk tubuh tinggi Aldi.

"Aura.. jangan begini,, aku pernah katakan kalau kau harus melupakan aku... saat ini aku bahagia melihat mu menemukan orang yang tepat.."

"kau bohong Al.." sergah Aura membalikkan tubuh Aldi.

Mereka berhadapan.. dalam nanarnya Aura tidak menyangka bahwa cinta yang dulu untuk nya sudah sirna seiring dengan kehadiran Zara!

Aldi memegang pipi yang sudah basah oleh air mata.

"kau harus bahagia Aura.." lirihnya disambut Isak tangis gadis itu.

"aku mohon Al... jangan katakan itu.. " desisnya semakin terpuruk "aku mohon...aku sangat mencintaimu..."

"kau harus lupakan.."

Deraian airmata kian luruh membasahi wajah oriental Aura, dia tampak kacau sekarang.

"Al..."

"jangan begini.. segera perbaiki dirimu.. masih banyak tamu diluar..," Aldi mengusap manik bening yang masih menetes.

"Al.. sekali saja.. ucapkan untuk yang terakhir.. please.. aku mau dengar kata kau mencintai ku.."

"Aura.. aku tidak bisa.."

"please Al.. kau mencintaiku... aku mencintaimu.."

.

.