webnovel

Penjaga hati Zara

Pernikahan mendadak itu harus terjadi antara Zara dan Aldi. sebuah kejadian yang tak sengaja membuat mereka terpaksa harus menikah. Bagi Zara itu semua demi harga dirinya tapi bagi Aldi ini saatnya ia pergi dari Aura! Sang pemilik resto berwajah tampan ini ingin mengakhiri perasaan yang lama menyiksanya. Perasaan cinta yang hanya dibalas dengan sebuah persahabatan. Namun siapa sangka, saat keputusan dibuat sang cinta malah datang menghampiri tanpa aba-aba. "kau yakin akan pergi dariku?? tidak bisa kau menungguku sebentar lagi.,." suara Aura bergetar ia tak sanggup lagi menutupi perasaan yang ia simpan lama. Perasaan yang hanya ia mau Aldi tau saat ia sudah meraih mimpinya. mimpi menjadi seorang designer terkenal. Siang malam ia berusaha sampai mengabaikan perasaan Aldi padanya. Tapi tak dinyana sang pujaan malah memilih gadis lugu berwajah sendu berusia 21 tahun yang bahkan belum menyelesaikan kuliahnya. Aldi goyah... rasa sesal, marah, kecewa bercampur jadi satu, sempat ia ingin meninggalkan Zara dihari pernikahan tapi ia terlanjur berjanji pada nyonya Almira ibunda Zara bahwa ia akan menepati ucapannya yang untuk menikahi Zara . "aku hanya akan menghentikan pernikahan ini jika kau yang ingin menghentikan" Zara menatap lekat pada pria yang akan ia nikahi besok lusa. Perlahan Aldi melepaskan cengkramannya. Gadis baik bunda itu terlalu baik untuk disakiti. Sementara cinta yang ia inginkan selama bertahun-tahun kini ada dihadapannya. Akankah Zara dan Aldi bisa hidup bersama??

Nurhayati_Effendy · Adolescente
Classificações insuficientes
142 Chs

Dekapan

"kau tanggungjawab kalau suster tanya kenapa aku tidak pakai baju rumah sakit.."

"iya.. cepat tidur sana...,"pungkas Zara menyelemuti tubuh suaminya lalu dia ke sofa untuk tidur disana.

Aldi memandangi wajah Zara yang mulai terpejam,, gadis itu juga memakai piyama yang sama dengan dirinya.

"selamat malam.. calon ibu dari anak-anak ku.." gumam Aldi senyum sendiri lalu mulai terpejam juga.

***

Siang ini dokter sudah memperbolehkan Aldi pulang, tapi gif masih membalut tangannya yang retak. Sebenarnya gif itu sudah bisa dilepaskan hanya saja Aldi membuat sejuta alasan agar dokter menunda, dia masih ingin bermain-main dengan gif, karena pakai gif itu Zara selalu membantu nya dalam segala hal terutama saat memasang kancing baju.

"kenapa senyum-senyum??" tanya Zara curiga sembari memasukkan barang-barang Aldi kedalam tas.

"ngga ada.. cuma lagi seneng gif nya belum dilepas..." sahut Aldi menepuk gif yang terbalut sambil tersenyum tidak jelas.

" Dasar orang aneh...,"sindir Zara sibuk mengingat apalagi yang harus dia bawa pulang.

"seharusnya kau bahagia tangan ku satu lagi belum berfungsi dengan baik.. jadi kau punya banyak kesempatan untuk melihat tubuhku yang seksi ini..."ujar Aldi membusung kan dadanya,, Zara melengos melihat tingkah konyol suaminya. "kau bisa melihat semuanya,, aku yakin setelah malam itu kau pasti sering membayangkan seperti apa diriku.. kadang kau juga pasti ingin terulang kembali.. iya kan..??" goda Aldi menaik turunkan sebelah alisnya.

Aiiihhh!!! Zara sungguh mual mendengar bualan si pria berkaos polo hitam. Segera Zara menghambur lalu membekap mulut Aldi sebelum dia mengoceh lebih banyak tentang malam indah yang pernah mereka lalui bersama. Ucapan Aldi sukses membuat wajah sigadis merona merah.

Dalam bekapan itu Aldi meronta-ronta meminta Zara segera melepaskannya.

"Astaga!!! aku hampir tidak bisa bernafas..." keluh Aldi begitu lepas dari bekapan sang istri,, sementara nafas Zara tersengal karena cukup banyak tenaga yang ia keluarkan untuk menahan tubuh Aldi " apa kau tidak tahu kalau milik mu itu mengenai wajah ku..."Aldi cengingisan memberi peringatan pada si pemilik dua benda kenyal kalau miliknya tadi tepat mengenai pipi korban pembekapan.

"apa??"mata Zara membulat,, spontan dia menyilang kedua tangan untuk melindungi dua bulatan kenyal milik nya dari kejahilan Si pria."dasar mesum..!!!" murka Zara melayang kan cubitan bertubi-tubi keperut Aldi hingga ia merebahkan diri keatas ranjang menahan sakit serbuan dari cubitan kecil itu.

Satu hal yang membuat si putri bungsu sebal Aldi malah terus tertawa setelah nafasnya kian tersengal habis memberi pelajaran pada pria mesum penuh fantasi di otaknya.

"sudah selesai??!!"ejek Aldi geli melihat rambut istrinya yang sudah awut-awutan,, dia berusaha berdiri tepat dihadapan Zara "baiklah ini balasannya..." Aldi menarik tubuh mungil itu dengan satu tangan nya lalu mendekapnya dalam satu pelukan.

Sepasang bola mata coklat milik gadis berwajah sendu membelalak, ia menerima sebuah pelukan hangat, kali ini tak ada perlawanan, Zara tidak mampu mendengar suara lain kecuali suara detak jantung nya yang berdebar hebat, semua tampak hening, mungkin sang waktu pun berhenti bergerak detik itu.

Aldi tersenyum,, ia ingin mengutarakan isi hatinya pada istri yang sudah ia nikahi hampir satu tahun ini. Walaupun tanpa bunga, lilin, balon, maupun hiasan yang melambangkan sebuah cinta,, tapi mungkin ini sudah saatnya Zara tahu apa yang ia rasakan pada si wajah sendu yang energik dan punya daya tarik tersendiri.

Pelukan itu masih ia tautkan agar Zara bisa mendengar dengan jelas apa yang akan ia katakan saat ini.

"Zara.. terimakasih sudah merawat ku dengan sabar.... aku ingin kau tahu kalau aku.."

.

tok! tok! tok! seseorang mengetuk pintu, sontak pelukan mereka terlepas, Zara segera merapikan dirinya,, mereka gelagapan salah tingkah sendiri.

-Ah! sial.. ada saja gangguan..- gerutu Aldi dalam hati.. mungkin saja itu Dimas yang sudah menyelesaikan administrasi rumah sakit, karena memang dia yang meminta Dimas mengurus semuanya biaya selama ia dirawat, sementara orang yang menabraknya ia bebas kan dari semua tanggungjawab,, Aldi tidak tega pada bocah SMA yang tidak sengaja menabrak nya tempo hari.

-awas saja kau pengacau...,- geramnya hendak melumat kan si pria Arab.

"ya masuk..." Aldi berseru menitahkan pada si empu yang mengetuk tadi untuk masuk.

.

Sungguh diluar dugaan,, pengacau itu bukan Dimas melainkan...