webnovel

Apakah Ini Pantas Disebut Candaan?

Yong Tuoli dan teman lainnya menatap seseorang yang baru datang memasang tampang biasa saja seolah tak bersalah.

Mereka berempat melipat kedua tangan melihat pemuda tersebut. "Bagus, sudah membuat kami khawatir setengah mati."

Qing Yu memasang senyuman iblisnya kepada Lok Yelu yang baru datang.

Lok Yelu langsung bersembunyi di belakang punggung Yan Kaibo. "Jangan makan aku Qing Yu, lebih baik kau makan si gendut, dia pasti lebih banyak dagingnya."

Yan Kaibo memukul kuat kepala Lok Yelu. "Kau katakan lagi akan ku makan kau." Yan Kaibo menatapnya dengan mata berbinar.

Lok Yelu sudah yakin sahabatnya ini sudah kerasukan setan makanan tidak bisa ia berdekatan dengannya bisa-bisa dia akan dimakan beneran olehnya. Lok Yelu langsung berlari ke tempat si kurus, Zhuxiang.

Zhuxiang yang bertubuh kurus itu hampir saja terjungkal ke depan atas ulah Lok Yelu yang datang mendadak asal menarik tangannya. "Jangan mendekat, atau ku cekik temanmu ini."

"Hei, aku temanmu juga loh." Zhuxiang berdecis kesal.

"Hehehe, udahlah, anggap aja musuh sekali-kali." Lok Yelu terkekeh pelan.

"Hati-hati loh denganku," peringat Zhuxiang.

"Ah! baiklah, tuan Zhuxiang!" Lok Yelu bisa mengira apa itu, apalagi kalau bukan koleksi senjata Zhuxiang yang tak tau ditaruhnya di mana, itu bisa saja membunuhnya dengan mudah.

Lok Yelu terpaksa menyingkir. Temannya ini diam-diam, salah! Bar-bar, bar-bar, ternyata banyak misteri.

Bisa sih ia berjalan ke arah Yong Tuoli, tapi si nona iblis tengah menggandeng tangannya, mana mungkin ia bisa melawannya.

"Sepertinya aku hanya bisa diam."

***

"Yong Tuoli, kita tidak bisa langsung menyebrang saja?" tanya Lok Yelu kepada Yong Tuoli bingung karena mereka hanya dia saja.

"Aku sudah bosen menunggu. Ngantuk hoam!" Yan Kaibo berulang kali menguap sampai ia terpaksa duduk di tanah.

"Kau bisa duduk dulu Lok Yelu, seperti Zhuxiang itu, dia terlihat lebih tenang dari kalian berdua."

Memang benar Zhuxiang sedari tadi duduk diam sambil menyilakan kakinya. Pemuda kurus itu bukan hanya sedang diam saja tidak ngapa-ngapain. Ia duduk sedang berlatih menebus tingkat. Matanya terfokus pada satu titik, yaitu merindian di tubuhnya. Pemuda kurus ini tidak sederhana, bakatnya tidak tanggung-tanggung, ia memilki akar spritual yang langkah, dan inilah penyebab naga biru memujinya.

"Dia itu maniak latihan, aku tidak."

"Jika ingin mencapai tujuan besar di masa depan, maka asahlah kemampuanmu sejak dini, mengasah kemapuan itu sulit tapi hasil akhirnya kau bisa melihatnya nanti. Ingat satu hal jika kau tidak mengasahnya sekarang kau akan menyesal seumur hidup."

Kata bijak ini lolos terucap dibibir Yong Tuoli. Qing Yu yang bersandar tidur di bahunya merasa cukup terkejut. Tumben-tumbennya anak pemalas ini memiliki kata yang lumayan bijak.

"Aku tau, tapi aku heran bagaimana kau bisa tau kata sebagus itu padahal kau sendiri tidak pernah latihan sekalipun. Malasan iya."

Yong Tuoli tersenyum tipis. "Kau akan tau nanti, sekarang yang terpenting jangan ganggu aku yang sedang mengamati peta. Kau jika tidak ingin istirahat, maka berjagalah di pohon, kau kan ahlinya bergelantungan."

"Aku tersanjung saat kau ucapkan aku ahli, tapi tolonglahlah jangan kau tambahi bergelantungan, aku bukan monyet." Lok Yelu protes. Ia tidak akan mau di samakan sebangsa monyet, bisa-bisa hilang ketampanan sejatinya yang akan ia gunakan memikat para wanita cantik dan seksi pastinya.

"Itu cocok untukmu saudaraku," kata Yong Tuoli dengan candaan namun dengan tatapan malas.

"Kau memang tidak ahli bercanda." Lok Yelu meloncat ke atas pohon.

Yong Tuoli menatapnya. "Lain kali ajari aku."

"Aku bisa mengajarimu," ucap Qing Yu lembut.

"Bagaimana?"

Cup!

Qing Yu menyosorkan bibirnya di pipi Yong Tuoli. Yong Tuoli yang memasang mata sayu seketika langsung melotot kaget. "Qing Yu, kamu ... " Yong Tuoli berkata hati-hati.

"Anggap saja ini candaan." Qing Yu tertawa kecil lalu kemudian ia bangkit dari duduknya dan duduk di batu besar yang berdekatan dengan Zhuxiang.

Yong Tuoli yang termenung, ia mengelus pelan pipinya yang dikecup Qing Yu tadi. Ini terlalu mendadak, rasanya ia ingin terbang melayang sekarang, bagaimana bisa ini disebut candaan. Hatinya saja sudah berdetak tak menentu. Rasa kecupannya masih terasa padahal ini hanya sekali kecup. "Qing Yu kau telah membuatku jantungan."

***

"Merakit perahu kayu itu rumit juga yah. Ternyata ayah selalu suka marah-marah kepadaku karena ini." Yan Kaibo menarik kuat tali dibantu Lok Yelu dan Zhuxian yang melakukan pekerjaan; Lok Yelu yang memegangi kayunya dan Zhuxiang memaku kayunya agar bisa menyatu.

"Akhirnya selesai." Mereka bangkit dengan senyuman dan nafas lega menatap perahu kayu yang baru jadi mereka buat.

"Bagus sekali, maafkan aku tidak bisa membantu." Yong Tuoli berjalan ke arah mereka bertiga bersama Qing Yu yang tengah membawa kayu yang digunakan untuk mendayung. Kayu ini ia bentuk sendiri sedemikian rupa agar mudah untuk di dayung saat mereka akan melewati danau.

"Tidak masalah Yong Tuoli, kita mengerti kondisimu." Yan Kaibo tersenyum sambil menepuk pelan punggung Yong Tuoli, ia menahan tenaganya agar tidak melukai temannya yang ia anggap paling lemah sendiri.

"Aku memang terlalu lemah, bahkan harus mengandalkan kalian." Yong Tuoli menunduk sedih.

Semuanya yang mendengarnya langsung menatapnya. "Kemi di sini ada selalu untukmu, kita teman, sahabat dan saudara, akan saling bahu membahu dan mengerti sesama." Lok Yelu mengatakannya sepenuh hati dengan mantap.

Yong Tuoli merasa sangat senang mendengarnya. "Jika aku kuat aku berjanji akan melindungi kalian."

"Dan kami akan tetap berada di samping mu sampai kamu menjadi kuat," sahut Zhuxiang yang sedari tadi diam.

"Aku juga, aku akan menemanimu," sahut Qing Yu.

"Terimakasih teman-teman."

Mereka berlima saling berpelukan. "Ku harap kalian tidak meninggalkanku, aku takut sendirian." Yong Tuoli membatin dalam hatinya.