Satya jelas menjadi sosok yang lebih hangat saat di rumah ini. Meski dia tidak mengatakan sepatah kata pun, tatapannya terlihat hangat. Namun meski begitu, masih ada kesan bahwa Satya sepertinya masih tidak bisa berbaur, tapi itu sangat samar.
Yohanna tertegun, tapi tetap memasang senyuman. Setelah beberapa saat, dia perlahan berkata, "Satya pernah mengatakan itu?"
Citra mengangguk dan berbisik, "Dia berpikir begitu."
"Dia mungkin… tertekan karena ibunya." Sambil menghela napas, Yohanna mengambil cangkir putih di meja, suaranya lebih dalam, "Ibu Satya adalah saudara perempuanku. Apakah dia sudah memberitahumu ini?"
Citra diam-diam mengangguk, "Ya, dia sudah bilang padaku."
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com