webnovel

roti selai

Tanaman itu membuatku tersenyum dan tertarik untuk mendekatinya. Seolah dia bisa berkata-kata dan mengajak bercanda. Walau ditiup angin, dia masih tetap tenang tak bergerak. Hanya sedikit bagian yang bergetar, tak seperti tumbuhan yang lain. Yang selalu bergoyang bila diterpa angin.

Aku ambil buahnya 2 dan kubawa pulang.

Tak ada suara anak kecil, yang ada hanya suara burung pipit yang kembali ke sarangnya. Berkumpul dan riuh sekali. Kodok kecil melompat kegirangan karena nyamuk-nyamuk mulai keluar dari sarangnya.

Segera aku beranjak dari sana sambil kugendong buah yang kuambil tadi. Tidak usah beli dari pasar, di sini sudah ada. Terimakasih untuk pmberianmu ini Tuhan.

Aku langsung masuk ke dapur, mengambil pisau dan mengupas 2 buah tadi. Kucuci pakai air garam dan kurendam sebentar.

Sementara itu, keringat sudah menetes membasahi tubuhku. Semakin lengket dan bau tubuhku. Aku merasa sangat tidak nyaman. Segera aku menuju ke belakang mengambil handuk untuk mandi.

Segar sekali rasanya, harum dan tidak bau apek. Aku lanjutkan memasakku yang tertunda tadi. Meniriskan buah dan mengambil pisau untuk memotong kecil-kecil buahnya. Blender sudah kusiapkan, kumasukkan potongan buah tadi. Kemudian aku mengambil wajan, kumasukkan buah halus dan kutambahi gula pasir serta sedikit pewarna makanan. Sesekali mengaduk adonan dan setelah sekitar 1 jam, selai pun jadi. Enak sekali rasanya, asam dan manis berpadu jadi satu.

Anak-anak membantu menyiapkan sarapan pagi. Menata piring, mengambil roti dan selai. Juga ada yang menyiapkan gelas untuk minum. Kami pun menyantap roti selai dengan semangat dan penuh syukur.