webnovel

Chapter 60 : Kedua Putri Duke

"Dia itu kan...," ucap Charles.

"Apa kamu tau dia siapa, Charles ?," tanyaku.

"Iya, dia adalah putri dari Duke San Quentine, Amelia Laterza San Quentine," ucap Charles.

"Putri dari Duke San Quentine ya ? Jadi dia putri Duke dari tahun kedua yang dibicarakan Charles sebelumnya," pikirku.

Putri Amelia membawa senjata berupa sebuah rapier, sama dengan yang dibawa oleh putri Irene. Sejauh ini putra dan putri dari bangsawan tinggi seperti Enzo, Charles, putri Irene dan putri Amelia memakai senjata jarak dekat berupa pedang dan rapier. Hanya Chloe saja yang berbeda karena dia memakai busur panah, walaupun dia juga bisa bertarung jarak dekat menggunakan belati.

"Aku tidak menyangka bisa melihat putri Amelia disini,"

"Dia cantik sekali,"

"Putri Irene juga cantik walaupun dia sedikit seram saat di ujian masuk sebelumnya," ucap para murid yang melihat mereka berdua.

"Ku kira ada apa, ternyata kehebohan yang terjadi karena 2 putri Duke yang sedang berbincang," ucap Noa.

"Tapi sepertinya obrolan mereka bukan obrolan biasa, apa kamu tahu sesuatu Charles ?," tanyaku.

"Tidak, aku tidak tahu apa yang mereka obrolkan," ucap Charles.

"Hmmm begitu ya," ucapku.

Kembali ke putri Irene.

"Apa itu saja yang ingin kamu tanyakan, putri Amelia ? kalau cuma itu saja maka jawabanku adalah kabarku sehat. Kalau begitu, aku permisi dulu untuk melanjutkan memesan makanan untukku makan siang," ucap putri Irene.

"Ya ampun, kamu itu dingin sekali. Padahal seharusnya kita itu mengakrabkan diri untuk acara itu," ucap putri Amelia.

".....," Putri Irene hanya diam dan melanjutkan memesan makanan.

"Sepertinya aku diabaikan ya," ucap putri Amelia.

Putri Amelia lalu berjalan mendekati putri Irene. Namun, Leandra dan Lily berdiri di hadapan putri Amelia untuk menahannya mendekati putri Irene.

"Putri Amelia, mohon untuk tidak mengganggu nona Irene. Saat ini, nona Irene ingin makan siang," ucap Leandra.

"Seorang Elf dan Demi-Human ya ? kamu memiliki anak buah yang menarik ya, putri Irene. Tapi aku tidak punya urusan dengan kalian berdua. Keberadaan kalian berdua lah yang sebenarnya mengganggu. Sherida, Riise, tahan mereka," ucap putri Amelia.

Tiba-tiba, dua murid perempuan bergerak cepat ke arah Leandra dan Lily. Dalam sekejap, pergerakan mereka berdua dikunci oleh dua murid perempuan itu.

"Apa-apaan ? Dari mana dia datang ?," pikir Leandra.

"Dia ini kuat sekali, aku tidak bisa melepaskan diriku," pikir Lily.

"Nah karena sekarang dua pengganggu sudah diatasi. Mari kita melanjutkan obrolan kita, putri Irene," ucap putri Amelia.

"Bukankah tadi kamu cuma ingin menanyakan kabarku saja, putri Amelia ? Karena aku sudah menjawabnya bukankah berarti obrolan kita sudah selesai. Dan jika kamu ingin membicarakan tentang acara itu, aku tidak akan menanggapimu. Lagipula aku tidak berniat untuk mengikutinya," ucap putri Irene.

"Kamu berniat untuk tidak mengikuti acara itu ? Sepertinya putri es sudah bisa bercanda ya sekarang. Bagaimana caramu untuk membatalkan keikutsertaanmu pada acara itu padahal kamu sendiri tidak punya pasangan saat ini ? Dan jika kamu mencarinya sekarang, apakah akan ada yang mau untuk menjadi pasangannya ? Meski wajahmu cantik, tapi dengan sikapmu yang dingin dan menyeramkan, aku ragu ada yang mau menjadi pasanganmu," ucap putri Amelia.

"Aku tidak bercanda, lagipula masih ada 4 tahun waktuku di akademi ini. Aku pasti bisa membatalkan keikutsertaanku pada acara itu," ucap putri Irene.

"Ya,ya terserah kamu saja," ucap putri Amelia.

"Baiklah, obrolan sudah selesai, putri Amelia. Tolong suruh anak buahmu untuk melepas Leandra dan Lily. Aku ingin makan siang bersama mereka," ucap putri Irene.

"Bagaimana kalau aku tidak mau ? Apa yang mau kamu lakukan ?," ucap putri Amelia.

"....," Putri Irene hanya terdiam.

Tiba-tiba datang seorang murid perempuan berlencana perak di situasi yang tegang itu.

"Bisakah kamu hentikan ini, putri Amelia ? Kelakuanmu membuat heboh 1 kantin ini," ucap murid itu.

Aku mencoba mengamati siapa murid yang datang itu. Lalu aku menyadari.

"Dia kan yang tadi pagi," pikirku.

"Tch, Nadine," ucap putri Amelia.

"Nadine," ucap putri Irene.

"Saat ini sedang waktunya makan siang. Kamu mengganggu murid lain yang sedang makan siang. Jadi lebih baik hentikan ini," ucap Nadina.

"Ekspresi dinginmu itu tidak cocok digunakan saat menasehati orang lain, Nadine. Baiklah, baiklah, aku akan berhenti. Sherida, Riise, lepaskan mereka berdua," ucap putri Amelia.

Leandra dan Lily pun dilepaskan.

"Kamu kaku sekali, Nadine. Aku hanya sedang bercanda dengan putri Irene saja. Tanpa kamu datang pun, aku juga akan melepaskan mereka berdua" ucap putri Amelia.

"Begitu ya, tapi aku tidak yakin kamu akan melepaskan mereka berdua secara cuma-cuma jika aku tidak datang. Sebagai sesama anggota dari ~Elevrad~, aku harap kamu tidak akan melakukan ini lagi," ucap Nadine.

"Iya, iya," ucap putri Amelia.

"Dan lagi, aku harap kamu juga tidak membahas soal acara itu karena acara itu belum diumumkan ke publik. Memang kamu tidak menyebut jelas nama acara itu, tapi jika kamu terus membahas tentang itu, murid lain yang mendengarnya akan penasaran," ucap Nadine.

"Iya, iya. Kamu itu cerewet sekali, berbanding terbalik dengan ekspresi dinginmu itu. Kita pergi Sheride, Riise dan yang lainnya juga. Kita makan di luar saja," ucap putri Amelia yang perlahan pergi.

"Ah sebelum itu. Putri Irene, jika kamu ingin melawanku di pertandingan harian, datanglah kapanpun kamu mau. Aku akan dengan senang hati menerimanya. Tapi untuk hari ini aku tidak bisa, karena hari ini adalah hari pertamamu, aku tidak ingin poinmu menjadi minus di hari pertama. Sampai jumpa," ucap putri Amelia.

Putri Amelia dan anak buahnya pun pergi meninggalkan kantin.

"Apa kalian berdua tidak apa-apa ?," tanya Nadine kepada Leandra dan Lily.

"Iya, kami tidak apa-apa, nona Nadine. Terima kasih karena sudah membantu melepaskan kami," ucap Leandra.

"Sama-sama," ucap Nadine.

"Aku bahkan tidak bisa melepaskan diriku. Padahal aku adalah seorang Demi-Human yang harusnya mempunyai fisik yang lebih kuat," ucap Lily.

"Anak buahnya putri Amelia bukan murid sembarangan. Mereka adalah murid-murid yang kuat yang dipilih putri Amelia untuk menjadi anak buahnya. Lebih baik kalian menghindar jika bertemu dengan mereka, Irene juga," ucap Nadine.

"Baiklah. Terima kasih untuk sebelumnya, Nadine," ucap putri Irene.

"Sama-sama, kalau begitu aku pergi dulu. Kalian lanjutkan saja makan siangnya," ucap Nadine.

Nadine pun juga pergi dari kantin.

Kembali ke Rid dan lainnya.

"Aku tidak menyangka kalau senior yang ku temui tadi pagi merupakan orang yang penting. Bahkan dia bisa menghentikan putri Amelia dan kenal dekat dengan putri Irene. Tapi siapa dia sebenarnya ? lebih baik ku tanya Charles saja," pikirku.

"Murid senior yang tadi sepertinya kenal dekat dengan putri Irene. Apa kamu kenal dengannya, Charles ?," tanyaku.

"Iya, nama dia adalah Nadine Emerald. Dia adalah sepupu dari putri Irene. Ayahnya merupakan seorang Marquess of Armavir dan ayahnya juga merupakan adik dari Duke San Lucia. Dia tidak mendapatkan nama San Lucia pada namanya karena dia bukan anak dari Duke. Hanya keluarga inti Duke yang terdiri dari Duke & Duchess dan anak-anak merekalah yang boleh memakai nama dari nama daerah yang dikuasai oleh Duke. Meskipun begitu, aku dengar kalau keluarga San Lucia tidak membeda-bedakan keluarganya. Mereka yang berhubungan darah dengan Duke San Lucia tetap dianggap keluarga San Lucia dan diwarisi teknik ~San Lucia Art~," ucap Charles.

"Begitu ya. Pantas saja dia kenal dengan Irene dan ekspresinya pun sama dengan putri Irene yang sama-sama dingin. Apa semua keluarga San Lucia memang punya ciri khas begitu ya ?," tanyaku.

"Hahaha entahlah," ucap Charles.

"Tapi aku lega kalau perseturuan barusan bisa diselesaikan secara damai. Jika Putri es mengamuk di kantin ini, aku tidak akan bisa makan siang," ucap Noa.

"Kamu benar, Noa. Syukurlah perseturuan barusan bisa diselesaikan bahkan tanpa kehadiran diriku," ucap Charles.

"Kamu ngomong apa barusan, Charles ? Aku tidak mendengarnya," ucap Noa.

"Tidak ada apa-apa. Lebih baik kita melanjutkan makan siang kita," ucap Charles.

"Kamu benar. Aku juga sangat lapar," ucap Noa.

Kami pun bergegas kembali menuju meja makan kami. Tapi saat berjalan menuju meja makan, aku masih kepikiran soal murid yang bernama Nadine itu. Sepertinya dia juga merupakan anggota dari ~Elevrad~, tapi yang lebih membuatku terkejut adalah tentang senjata yang dia bawa. Dia membawa sebuah senapan panjang di punggungnya, dan sebuah senapan kecil di pinggangnya. Baru kali ini aku melihat murid yang memakai senjata senapan di akademi ini.

-

Setelah kami selesai makan siang, kamipun mengobrol di tempat kami makan.

"Setelah ini kamu mau kemana Rid ? Apa kamu ingin melakukan pertandingan harian ?," tanya Charles.

"Tidak tahu, aku ingin mencari lawanku sendiri tapi aku belum menemukannya. Apa kalian mau menjadi lawanku ?," tanyaku.

"Aku sepertinya tidak dulu, aku tidak mau kalah di hari pertama," ucap Charles.

"Aku juga tidak mau," ucap Noa, Chloe dan Enzo.

"Kenapa kalian beranggapan kalau kalian sudah pasti kalah melawanku ? baiklah kalau begitu kita pergi ke perpustakaan saja untuk melihat-lihat," ucapku.

"Baiklah," ucap mereka semua.

Saat kami sudah bangun dari tempat duduk kami, ada seorang murid yang menghampiri kami.

"Permisi tuan Rid, apa anda sudah menyelesaikan makan siang anda ?," ucap murid itu.

"Hmm sudah kok, tapi kenapa kamu memanggilku tuan ? Kita kan sesama murid dan ngomong-ngomong, kamu 1 kelas dengan kami juga kan ?," tanyaku setelah mengetahui siapa murid itu.

"Anda benar, nama saya Masahiko Kotaro. Izinkan saya untuk melakukan pertandingan dengan anda, tuan Rid," ucap murid itu.

"Bisa tidak hentikan panggilan "tuan" itu ? Tapi pertandingan harian ya ? Kebetulan sekali, aku juga sedang mencari lawan untuk bertanding," ucapku.

-Bersambung