webnovel

Chapter 235 : Putri Es dan Putri Pedang

"Senior Rid, bertandinglah denganku di pertandingan harian. Jika kamu menang, maka aku akan langsung bergabung menjadi anggota Elevrad," ucap Elaina.

"Bertanding melawanku ?," tanyaku sedikit terkejut.

"Iya," ucap Elaina.

"Eh, ada apa nih, putri pedang mau menantang Rid Archie yang dijuluki 'pahlawan' di surat kabar ?,"

"Ini mengejutkan,"

"Jika ini benar-benar terjadi, pasti pertandingan ini akan sangat seru," ucap murid-murid tahun pertama yang mendengar tentang obrolan kami.

Mereka pun langsung mengerumuni kami dan penasaran dengan obrolan kami selanjutnya. Aku melihat ke arah Elaina, dari tatapannya itu, sepertinya dia sangat serius untuk bertanding melawanku.

"Bertanding melawannya ya. Yah aku tidak masalah sih jika harus melawannya meskipun jika aku menang, aku hanya mendapatkan 150 poin karena lawanku merupakan juniorku. Sepertinya senior Florian sudah memprediksi akan hal ini, jadinya dia menyuruhku untuk datang merekrutnya," pikirku.

"Baiklah. Jika itu yang kamu mau, maka mari kita bertanding. Jika aku menang, kamu harus bergabung langsung dengan Elevrad," ucapku.

"Iya. Tapi jika aku menang, senior Rid, kamu harus putus dengan senior Irene dan berkencanlah denganku," ucap Elaina.

Aku terdiam mendengar itu, begitupun dengan Charles, Chloe dan Irene.

"Tunggu, barusan kamu bilang apa ?," tanyaku.

"Jika aku menang, kamu harus putus dengan senior Irene dan berkencan denganku, senior Rid," ucap Elaina.

Aku, Charles dan Chloe pun terkejut setelah mendengar itu, begitu juga dengan murid-murid yang mengerumuni kami.

"Apa?!?!,"

"Kenapa putri pedang membuat taruhan seperti itu ?

"Apa dia menyukai Rid Archie ?," ucap murid-murid yang terkejut itu.

"Bagaimana senior Rid, apa kamu menyetujuinya ?," tanya Elaina.

"Tunggu sebentar, aku sedang memikirkan apa yang sedang terjadi saat ini terlebih dahulu," ucapku.

Aku lalu terdiam dan berpikir.

"Kenapa dia mengajukan taruhan seperti itu, apa dia menyukaiku ? Tapi aku sama sekali tidak pernah bertemu dengannya, bagaimana bisa dia menyukai seseorang yang bahkan belum pernah bertemu sama sekali," pikirku.

Aku lalu melihat ke arahnya untuk membaca pikirannya namun tidak bisa.

"Sepertinya dia memakai suatu benda yang bisa menangkal sihir pembaca pikiranku, sama seperti Irene. Apa semua bangsawan selalu memakai benda seperti ini ? Tapi jika dilihat dari wajahnya, sepertinya dia serius," pikirku.

Sejak tadi, Elaina selalu memakai ekspresi yang serius. Bisa dibilang, ekspresi yang dia pakai mirip dengan Irene, meskipun tidak sedingin Irene.

"Yah. Sepertinya tidak apa-apa jika aku menerima taruhan itu, lagipula aku tinggal mengalahkannya saja agar aku tidak putus dengan Irene. Lagipula aku harus menuntaskan janjiku dengan Irene agar berkencan dengannya sampai acara itu gagal diselenggarakan atau sampai situasi sudah menguntungkan bagi Irene. Jadi aku tidak boleh kalah melawannya," pikirku.

"Baiklah, aku mene-," ucapku.

"Tunggu sebentar," ucap Irene.

Tiba-tiba Irene memotong pembicaraanku disaat aku belum menyelesaikannya.

"Ada apa, senior Irene ?," tanya Elaina.

"Kamu tidak perlu melawan Rid. Lawanlah aku, dengan taruhan yang sama," ucap Irene.

Aku, Charles, dan Chloe yang mendengar itu pun terkejut. Begitupun dengan murid-murid yang mengerumuni kami.

"Ada apa ini ? Apa putri es yang merupakan pacar Rid Archie saat ini tidak terima dengan taruhan yang diajukan putri pedang ?," ucap seorang murid yang bingung.

"Dengan taruhan yang sama. Apa maksudmu jika aku menang melawanmu, kamu akan putus dengan senior Rid dan aku bisa berkencan dengannya ?," tanya Elaina.

"Iya. Tapi jika aku menang, kamu harus bergabung langsung dengan Elevrad dan izinkan aku untuk menambah satu taruhan lagi, yaitu jangan pernah berpikiran untuk berkencan dengan Rid lagi,"

"Jika kamu melawan Rid dengan taruhan apapun itu, kamu tidak akan bisa memenangkannya. Setidaknya jika melawanku, kamu masih memiliki kemungkinan untuk menang. Bagaimana ?," ucap Irene.

Irene dan Elaina saling memandang satu sama lain dengan pandangan serius.

"Putri es memberi syarat baru pada taruhan itu,"

"Sepertinya putri es juga tidak mau melepas Rid Archie,"

"Keduanya sama-sama memanas untuk memperebutkan Rid Archie," ucap murid-murid yang mengerumuni kami.

"Bagaimana perasaanmu saat diperebutkan oleh 2 perempuan, Rid ?," tanya Charles.

"Entahlah. Lagipula aku tidak tahu kenapa putri pedang tiba-tiba mengajukan syarat taruhan seperti itu. Kami saja tidak pernah bertemu sebelumnya," ucapku.

"Mungkin Elaina jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihatmu. Yah lagipula popuralitasmu sudah terkenal hinggal seluruh kerajaan ini. Bukan tidak mungkin kalau ada perempuan lain yang jatuh cinta denganmu juga," ucap Charles.

"Menjadi terkenal benar-benar merepotkan," ucapku.

Lalu aku melihat ke arah Chloe yang daritadi hanya diam saja. Entah kenapa dia seperti antusias saat melihat Irene dan Elaina. Sementara, Irene dan Elaina masih saling memandang dengan serius.

"Baiklah, aku terima tawaranmu itu, senior Irene. Lagipula sejak dulu aku juga ingin melawanmu. Kapan pertandingannya akan dilakukan ? Karena aku sekarang sudah melakukan pertandingan harian, aku sudah tidak bisa melakukan pertandingan harian lagi hari ini," ucap Elaina.

"Aku juga sama. Kalau begitu kita adakan pertandingannya besok jam 4 sore di arena pertandingan ini," ucap Irene.

"Baiklah, kalau begitu kita sepakat," ucap Elaina.

Elaina mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Irene, Irene pun menerima uluran tangan itu. Dan keduanya pun berjabat tangan.

"Sudah resmi, besok akan ada pertandingan besar. Beritahu yang lainnya,"

"Pertandingan antara kedua putri akan berlangsung besok,"

"Pertandingan ini tentu akan sangat seru karena pemenang pertandingan ini akan mendapatkan Rid Archie," ucap murid-murid itu.

"Kenapa namaku disebut-sebut seperti layaknya barang," ucapku.

"Ahahaha, mereka sepertinya sangat antusias dengan pertandingan antara Irene melawan Elaina," ucap Charles.

"Mereka yang antusias, aku yang pusing," ucapku.

-

Keesokan paginya, di tempat latihan tahun kedua.

"Jadi nanti nona Irene akan bertanding melawan putri pedang di pertandingan harian ?," tanya Leandra.

"Iya," ucap Irene.

"Sepertinya pertandingan itu akan sangat seru, kira-kira aku boleh datang untuk menontonnya tidak ?," tanya Leandra.

"Datang saja. Walaupun pertandingannya diadakan di arena pertandingan tahun pertama, murid tahun angkatan lain boleh datang ke arena pertandingan itu untuk mendukung teman mereka yang bertanding di arena pertandingan itu," ucap Irene.

"Begitu ya, kalau begitu aku akan datang bersama dengan yang lainnya," ucap Leandra.

Sementara itu, aku terdiam di sisi lain tempat latihan sambil memikirkan sesuatu. Lily yang melihatku sedang terdiam pun datang menghampiriku.

"Ada apa, Rid ?," tanya Lily.

"Aku hanya khawatir dengan pertandingan Irene nanti. Aku belum tahu seberapa kuat putri pedang jadi aku tidak bisa memastikan apakah Irene dapat menang atau tidak. Jika Irene kalah, itu berarti aku harus putus dengan Irene dan berkencan dengan putri pedang. Lagipula, kenapa Irene tiba-tiba mengajukan pertandingan melawan putri pedang dengan taruhan yang sama seperti yang putri pedang ajukan kepadaku. Jika aku yang melawan putri pedang seperti kesepakatan awal, aku yakin kalau aku bisa mengalahkannya. Semua ini membuatku pusing," ucapku.

"Kamu terlalu khawatiran, Rid. Lagipula nona pasti menang melawan putri pedang itu. Sepertinya nona mempunyai suatu alasan kenapa dia memutuskan untuk mengajukan pertandingan melawan putri pedang. Hmmm coba kita cari tahu, saat putri pedang menantangmu untuk melakukan pertandingan harian, taruhan apa yang awalnya kalian setujui ?," tanya Lily.

"Jika aku menang, putri pedang akan bergabung langsung dengan Elevrad. Sementara jika aku kalah, aku harus putus dengan Irene dan berkencan dengan putri pedang," ucapku.

"Hanya itu saja ?," tanya Lily.

"Iya, hanya itu saja," ucapku.

"Lalu apa taruhan yang disetujui nona Irene dan putri pedang yang membuat mereka mau melakukan pertandingan harian ?," tanya Lily.

"Dari yang aku dengar, jika putri pedang menang, maka Irene harus putus denganku dan putri pedang akan berkencan denganku. Lalu jika Irene menang, putri pedang harus bergabung langsung dengan Elevrad dan putri pedang tidak boleh lagi berpikiran untuk berkencan denganku," ucapku.

"Nah, itu yang membuat kenapa nona Irene memutuskan untuk mengajukan pertandingan melawan putri pedang untuk menggantikanmu. Karena nona Irene ingin mengajukan syarat tambahan yang tidak kamu ajukan. Nona Irene mengajukan syarat tambahan yaitu agar putri pedang tidak boleh berpikiran untuk berkencan denganmu lagi agar putri pedang tidak mengganggumu atau dekat-dekat denganmu lagi untuk menjadikanmu sebagai pacarnya," ucap Lily.

"Hmmm Benar juga. Kalau putri pedang mengajukan syarat seperti itu, ada kemungkinan kalau dia itu menyukaiku. Jadi jika aku dan putri pedang tetap bertanding dengan kesepakatan awal kami, apabila aku berhasil menang, putri pedang masih bebas mendekatiku atau menggangguku lagi untuk membuatku menjadi pacarnya. Makanya Irene berpikiran seperti itu agar jika putri pedang kalah, dia tidak akan berpikiran untuk membuatku menjadi pacarnya lagi. Aku tidak menyangka kalau Irene ternyata punya alasan sendiri untuk melakukan itu. Sepertinya dia ingin melindungiku agar hubungan pura-pura ini bisa bertahan sampai lama," ucapku.

"Yah aku rasa nona Irene punya alasan lain selain itu," ucap Lily.

Lalu tiba-tiba Irene dan Leandra pun menghampiriku dan Lily yang sedang mengobrol.

"Kamu tidak perlu khawatir, Rid. Aku pasti akan memenangkan pertandingan melawan putri pedang," ucap Irene dengan wajah yang serius.

Melihat itu, aku pun tersenyum.

"Iya, aku yakin kamu bisa mengalahkannya," ucapku.

Lalu tiba-tiba Noa pun juga ikut menghampiri kami.

"Hei, Rid, bagaimana rasanya diperebutkan oleh 2 perempuan ?," tanya Noa.

"Diam, Noa," ucapku.

-

Pukul 3 sore.

Setelah pembelajaran di akademi selesai, aku dan yang lainnya memutuskan untuk pergi ke ruang Elevrad terlebih dahulu sebelum pergi ke gedung tahun pertama.

"Jadi Irene dan putri pedang akan saling bertanding dan jika Irene menang, maka putri pedang akan bergabung secara langsung dengan Elevrad ?," tanya senior Florian.

"Itu benar, ketua," ucapku.

"Tapi jika Irene kalah, maka putri pedang tidak akan bergabung dengan Elevrad. Dan kamu juga harus putus dengan Irene lalu berkencan dengan putri pedang," ucap senior Florian.

"I-itu benar juga, ketua," ucapku.

"Kamu populer sekali ya, wakil ketua. Bahkan putri pedang juga tertarik kepadamu. Sepertinya jika ada perempuan lain yang mau merebut kamu, Irene akan pasang badan untuk melawan perempuan itu," ucap senior Vanina.

"Enaknya, aku juga ingin diperebutkan oleh banyak perempuan," ucap senior Darryl.

"Tenang saja, Darryl. Kamu pasti akan diperebutkan oleh banyak perempuan. Jika tidak sekarang, mungkin suatu saat nanti," ucap senior Klara.

"Kapan tepatnya 'suatu saat nanti' itu ?," tanya senior Darryl.

"Entahlah. Kamu teruslah berharap agar 'suatu saat nanti' itu berada dalam jarak waktu yang dekat," ucap senior Klara.

"Kamu sedikit kejam ya, ibu bendahara," ucap senior Darryl.

"Siapa yang kamu panggil 'ibu' ?," tanya senior Klara yang nampak kesal.

"Sudah, sudah, kalian berdua. Karena sebentar lagi sudah mau waktunya bagi Irene untuk bertanding, maka kita sudahi dulu sampai disini. Bagi kalian yang mau ikut untuk menonton pertandingan itu, silahkan ikut saja. Aku tidak bisa ikut karena masih ada beberapa urusan tapi aku yakin kalau kamu bisa menang, Irene. Aku mendukungmu," ucap senior Florian.

"Terima kasih, senior," ucap Irene.

"Aku juga mendukungmu, wakil ketua," ucap senior Florian.

"Kenapa aku juga ?," tanyaku.

"Aku mau ikut untuk menonton pertandingan Irene," ucap senior Nadine.

"Kalau begitu aku juga," ucap senior Vanina.

Setelah berkumpul di ruangan Elevrad, kami pun langsung pergi menuju gedung tahun pertama.

-

Di arena pertandingan lantai dua di gedung tahun pertama.

Arena pertandingan itu saat ini sudah sangat ramai dipenuhi oleh banyak penonton.

"Wah tempat ini sangat ramai ditonton oleh banyak murid, padahal ini hanya pertandingan harian," ucap senior Vanina.

"Mungkin karena pertandingan ini adalah pertandingan antara kedua putri," ucap senior Nadine.

"Putri es dan putri pedang ya. Di belakang kita juga ada seorang putri yaitu putri mawar," ucap senior Vanina sambil melihat ke belakang.

Di belakangnya ada putri Amelia yang ikut menonton.

"Ada apa, Vanina ?," tanya putri Amelia.

"Tidak ada apa-apa kok, Amelia," ucap senior Vanina.

Tidak hanya putri Amelia, Enzo pun juga ikut menonton pertandingan ini.

Keberadaan kami yang merupakan anggota Elevrad menarik banyak perhatian di arena pertandingan itu, tetapi kami tidak begitu terganggu dengan perhatian itu. Setelah itu, Irene dan Elaina pun mulai memasuki arena pertandingan. Para murid yang menonton pun bersorak untuk Elaina

"Putri pedang!!!,"

"Kalahkan putri es itu, putri pedang," ucap murid-murid yang menonton.

"Sepertinya dukungan untuk putri pedang sangat banyak di arena ini," ucap senior Vanina.

"Yah itu sudah jelas karena arena ini merupakan arena untuk murid tahun pertama. Bisa dibilang kalau ini merupakan kandang mereka," ucap senior Nadine.

"Semangat, Irene!!," teriak Chloe.

"Nona Irene, semangat!!," teriak Leandra dan Lily.

Tapi suara mereka terdengar kecil dibandingkan dengan suara sorakan murid tahun pertama yang menonton.

"Suara kita tidak terdengar," ucap Chloe.

"Tidak apa-apa. Yang terpenting kalian sudah bersorak untuk Irene," ucapku.

Lalu Irene dan Elaina pun saling berhadapan.

"Jangan lupa akan janjimu jika aku menang, senior Irene," ucap Elaina.

"Kamu juga jangan lupa akan janjimu jika aku menang," ucap Irene.

Mereka berdua saling bertatapan dengan wajah yang serius.

"Karena kedua murid sudah berada di arena, saya akan langsung memulai pertandingannya. Sebelum itu, saya akan bertanya kepada masing-masing murid. Apakah Irene Emerald San Lucia sudah siap ?," tanya tuan Elgin.

"Siap," ucap Irene.

"Apakah Elaina Stabile sudah siap ?," tanya pengawas Elgin.

"Siap," ucap Elaina.

"Kalau begitu, pertandingan dimulai!," ucap tuan Elgin.

-Bersambung