webnovel

Dua

Kugigit bibirku lagi, membuka ponsel beberapa kali karena rasa bosan yang melanda. Aku kelelahan, secara mental alih-alih fisik. Sudah berapa materi yang di sampaikan di hari kedua ini.

Walau diselangi permainan, aku tidak bisa bohong kalau... ini melelahkan.

Kami juga diizinkan membuka ponsel masing-masing setelah makan. Aku biasanya harus mempunyai ponsel dan kuota sih tapi ternyata syukurnya aku bisa bertahan tanpa dua itu selama lebih dari lima jam.

Kakak-kakak OSIS adalah yang tersibuk.

Aku kasihan sekaligus kagum dengan mereka. Ah, yah. Dia juga.

Kakak kelas yang tengah tersenyum sambil menatapnya. Kemudian menertawakan sesuatu dengan... manis.

Ah, kenapa ya aku jadi berhenti dan mendeskripsikannya. Aku tidak sengaja. Sungguh. Reflek saja.... melihat matanya.

Oh, dia menoleh kini.

"Asia...?"

Aku menoleh ke sumber suara. Raut khawatir milik Dian membuatku bingung.

"Kenapa?"

"... Lo bengong."

Ah, aku kelepasan lagi.

Bukan salahku tapi.

Keberadaannya saja yang... entah kenapa mendistraksiku segitunya. Aku jadi terus 'menemukan' dirinya di antara kerumunan orang. Terus mengenali...

lalu akhirnya tahu,

namanya Kak Virgo.

Berbeda dengan namanya yang terkesan 'dingin' kak Virgo itu hangat, walau bukan aku yang mendapatkan kehangatan itu.

Well, lupakan.

Aku... salah berbicara.

Ku alihkan pandanganku sekali lagi, sebentar saja, hanya untuk memastikan apa yang aku lihat. Mereka masih tertawa. Aku... biasa saja.

Kuyakinkan diri untuk terus fokus pada kegiatanku.

Ya, menatapnya saja.

Aku suka senyumnya.

"Lihatin kak Virgo ya?" bisik Mika hampir membuatku terjungkal.

AKU KAGET!

Perempuan ini ya....

"Loh serius?" tanyanya dengan wajah polos padahal hampir membunuhku.

"Mika nggak boleh begitu!"

"Tapi kan dia beneran lihat kak Virgo..."

"Nggak! Mika sembarangan banget!" Belaku dengan delikan.

Sumpah, anak ini. Bisa tidak mengecilkan suaranya. Kami kan jadi sumber perhatian sekarang. Haduh. Punya teman modelnya begini....

"Oh, sorry."

"Mau ke toilet?" tanya Dian khawatir, membuatku mengangguk.

Lebih baik ke toilet daripada lama-lama diperhatikan. Apalagi kak Virgo tadi terlihat sekilas melirik. Astaga!

Bisa copot benaran jantungku ini!

"Ikut!"

"Mika di sini aja," jawabku dengan nada jengkel.

"Dendam banget sih. Beneran ya jangan-jangan!" tuduhnya sekali lagi menunjukku, sambil mencoba menyeimbangkan langkah kami.

Ya tuduhannya benar sih.

Aku menoleh kepada kak Virgo lagi. Dia tersenyum.

Jantungku...

Kenapa ya?

Aku mengalihkan pandangan. Nafasku sesak secara tiba-tiba. Mungkin... karena aku belum makan siang.

Iya kan?